Friday, June 23, 2006

Parenting Blues (Part I)


"Yah, aku lagi kena Parenting Blues nih Yah!"
Mendengarnya suamiku langsung mengernyitkan dahi lalu melebarkan
senyumnya. "Sekarang penyakit Mama keren-keren ya, canggih-canggih
banget, modern banget hehehe. Sekarang parenting blues. Rasanya
seminggu yang lalu baru ngeluh kena writing blues deh, sebelumnya lagi
baru kena cooking blues, baking blues. He he he...hebat tenan!" Suamiku
ngeledek.


Lha koq malah ngeledek. Bener lho, tenan, sueer... aku ini kayaknya
lagi kena Syndrom Parenting Blues. Memang sih nama penyakitnya aku
karang-karang sendiri, tapi maksudnya kalau yang ada blues-blues nya
kan asosiasinya ke arah penyakit depresi alias yang negatif-negatif
terhadap sesuatu gitu. Soo..boleh kan aku bikin nama penyakit baru buat
diriku sendiri hehe.


Soalnya aku tuh lagi malees banget berurusan sama yang namanya
pengasuhan. Baca-baca buku parenting bukannya malah bikin semangat
malah bikin aku down. Baca artikel-artikel parenting malees banget.
Yang ada aku malah bacain berita-berita dan gosip artis. Duh parah! Lho
itu mah biasa atuh, nggak pake acara kena parenting blues juga,
emak-emak dimana-mana senengnya pan memang baca gosip hehe.


Iya, tapi selain itu aku juga lagi nggak mood banget mengasuh
anak-anak dengan baik yang sesuai teori-teori gitu. Yaa..mengalir
begitu aja, malah cenderung ignore kalau inget peer ku sama anak-anak
yang bejibun. Kalau lagi kesel akhirnya aku diem aja sama anak-anak.
Lebih baik begitu deh daripada aku marah-marah dan mengeluarkan kata-kata
aneh ke anak-anakku.


Hmm...penyebabnya apa ya? Wah penyebabnya banyak, sibuk bikin kue pesenan mungkin salah satunya hehe. Tapi yang
jelas puncak-puncaknya beberapa hari lalu. Saat itu air mataku sampai
bercucuran. Aku sampai meratap sama Allah,"Ya Allah, susah bangeet sih
jadi orangtua. Padahal sejak anakku lahir, aku tuh udah berusaha banget
ya Allah. Berusahaa banget buat jadi orangtua yang baik. Aku lahap
buku-buku dan majalah parenting. Aku ikutin seminar-seminar terbaru.
Aku coba terapkan semuanya ke anak-anakku, walaupun tentu aja nggak
sempurna, banyak trial error dan mungkin lebih banyak errornya. Tapi
koq kayak gini ya hasilnya. Koq rasanya semua
percuma....hiks...hiks...hiks..." Begitu ratapanku.


Memangnya ada apa sih sampe segitunya? Ya begitu lah, aku sadar
banget koq bahwa anak-anakku itu berbeda, nggak bisa disamain sama
orang lain, unik. Aku juga tahu bahwa my daughter itu banyak berbedanya
sama anak seusianya. Mungkin karena dia gifted dengan disinkroni tea,
atau apa? Ah nggak ngerti, aku juga belum tau pasti. Yang jelas, aku
tahu bahwa dia berbeda. Yaa...kalau dalam kondisi normal sih, aku bisa
banget memahami dia. Tapi nggak mungkin kan aku selalu dalam kondisi
mood. Nah karena aku sedang mengalami parenting blues, lalu dilanjutkan
dengan ulah anakku yang bikin ngilu, akhirnya duoor! Meledaklah tangis
dan ratapan itu.


Ceritanya, waktu itu aku sama kedua anakku dan teman anakku baru
pulang dari belanja. Belanjaanku banyaak banget dan aku harus
membawanya naik ke rumahku yang berada di lantai dua. Tanpa diminta,
temen anakku itu langsung membantuku membawa barang-barang belanjaanku
ke atas dengan riang pula. Sedangkan my daughter? Oh no! Ia hanya
melenggang kangkung saja membawa tas dan jacketnya! Duh Allah...
ngiluuuu... rasanya hatiku! Hancur semua rasanya. Percuma aku selama
ini menerapkan teori-teori pengasuhan yang kubaca, ternyata nggak
ngepek! Hiks. Belum lagi kalau inget kejadian-kejadian lain yang
menunjukkan betapa cueknya my daughter, Oh!


Padahal aku tahu banget, orangtua temen anakku itu tipe yang nggak
neko-neko. Mereka mengasuh anak ya seperti pola pengasuhan orang tua
masa lalu. Pola pengasuhan yang aku dan suamiku berusaha hindari. Tapi
mengapa didikan yang seperti itu malah bisa menghasilkan anak yang tau
menempatkan diri dan punya empati? Sedangkan anakku? Hiks..hiks... Oke!
Kalau begitu, percuma aku ngikutin teori! Yang ada aku cuma capek dan
capeeek...sedangkan hasilnya? niks! Hu...hu...hu...Aku mutung!


Bukan cuma itu yang bikin ngilu. Waktu diajak sholat malam
sebelumnya, my daughter bilang gini sama ayahnya,"Ayah boleh kan aku
bilang keinginanku? Aku nggak suka sholat. Aku nggak mau sholat!"
Huaaa! Geger gonjang-ganjing! Hatiku semakin teriris rasanya. "Ya
Allah...aku capek! Aku berhenti! Aku prustasi! Aku mau sekolah aja ya
Allah! Aku nggak mau pusing sama semua ini ya Allaah! HEELP ME...."
ratapku lagi.


Untungnya, dalam kondisi seperti itu, selalu saja ada yang menarikku
untuk kembali ke dalam diri, mengambil sajadah dan menumpahkan semua
kepadaNya. "Engkau sangat dekat kan Allah, sedekat urat nadiku kan
Allah. Peluk aku, sirami aku dengan kesejukan itu Allah ku. Tolong
aku... Aku tak sanggup mendidik anak-anakku kalau bukan Engkau yang
memampukannya ya Allah. La haula walau quwata illah bilah...Mereka
milikMu ya Allah...Beri aku kekuatan...beri aku kekuatan...." Seperti
debu yang tersapu, perlahan kotoran itu sirna. Tetes-tetes air
mendinginkan hatiku.


Boleh lah aku sedang down dalam urusan parenting, tapi ternyata
Allah mengulurkan bantuaNya dengan caraNya.Keesokan harinya, ketika aku
masih belum ingin menyentuh buku-buku parenting, teori-teori parenting.
Ketika semangatku dalam hal parenting belum bangkit, dengan berapi-api
suamiku menceritakan tentang buku 'Google' yang sedang ia baca.


Suamiku mana sempat baca buku atau artikel parenting. Dia juga
kurang minat, ada banyak buku lain yang lebih menarik untuknya. Selama
ini dia percaya saja padaku dan menerima saja forward-forward artikel
parenting yang aku kirim. Seringnya dia lebih banyak mendengarkan aku
ngoceh soal parenting, dan kemudian mengiyakan atau menambah
masukan-masukan dalam diskusi kami.


Apa yang terjadi? Suamiku tersengat saat membaca buku 'Google'! Apa
hubungannya 'Google' dengan parenting? Jauh memang, tapi banyak hal
baru yang dia dapat dan membuatnya bersemangat menerapkan pola-pola
baru pengasuhan dalam keluargaku. "Aduuh pusing Yah, aku belum mau
diskusi soal parenting. Cerita Google ujung-ujungnya ngomongin rencana
ke anak-anak. Biar ngalir aja lah apa adanya Yah. Toh teman anak kita
itu, dengan pola pengasuhan masa lalu seperti itu, anaknya juga
hasilnya bagus." Keluhku. Suamiku tak bergeming. "Oke Ma biar Ayah yang
mulai terapkan ke anak-anak. Mama santai-santai aja ya," hiburnya.


Apakah yang membuatnya tersengat itu? Tunggu kelanjutannya di
bagian kedua...ceilee...kayak pelem ajah hehe...