Tuesday, August 26, 2008

Bolu Gulung Meranti




Tadi siang aku belajar bikin bolu gulung sama temen-temen disini. Berhubung aku kembali demen belajar food photography, (sejak ketemu lagi sama Dita, yang jago banget soal ini, dan rajin berbagi ilmunya, thanks ya Dit :-)), sorenya setelah temen-temen pulang, sibuk lah aku menjepret si bolgul dengan berbagai posisi. Pegel, tapi asyiik...ternyata kesukaan yang satu ini bikin ketagihan euy! Lumayan deh, jadi tahu tips bikin bolgul berikut bisa latihan jeprat-jepret lagi.

Resep Bolu Gulung Meranti

Resep Asli Hadi Tuwendi modified By Vita NCC

Ingredients:
Bahan A
6 butir kuning telur
5 telur
125 gr gula pasir
10 gr emulsifier
20 gr susu bubuk
100 gr terigu
1 gr Baking powder
1 sdm air

Cairkan :
100 gr mentega
25 gr butter
1 sdm rhum bakar / vanilla flavour

Directions:
Kocok semua bahan A sampai mengembang (bila menggunakan mixer guedi -signora/kenwood, etc).
Lalu masukkan mentega cair
Bila menggunakan hand mixer, kocok telur dan gula, emulsifier sampai mengembang, masukkan air.
Tambahkan campuran terigu BP dan susu bubuk. Masukkan mentega cair

Panggang di loyang 28x28 atau 30x30 dengan suhu 180C

Penyelesaian :
Oles bolu dengan butter cream tipis, taburi keju parut. Pada satu sisi jejerkan keju yang sudah dipotong memanjang 1x1 cm sebanyak 3 buah. Gulung sambil dipadatkan

Catatan :
Bolu gulung digulung panas2 ..keluar dari oven ...balik kue diatas kertas roti yang sudah ditaburi gula tepung atau serbet bersih ..kemudian gulung dari arah yang paling dekat dengan badan menjauhi badan sambil dipadatkan ..boleh sambil ditekan dengan penggaris besi atau alat pengulung ..

Tips:
Setelah ngumpulin berbagai tips yang sarannya macem-macem, ternyata yang paling sukses adalah tips berikut:
- Kalo pake loyang ukuran 28x28 cm, adonan mendingan dibagi dua, karena hasilnya akan ketebelan dan susah dilipet. Kalo mau mending pake loyang ukuran 30x45 cm dijamin keren hasilnya. Intinya, ketebalan adonan di loyang sebaiknya sekira 1 cm aja.
- Critical point bikin bolgul adalah saat menggulung, karena kalo bikin bolu nya sih gampang banget, tinggal ikutin resep. Naa cara menggulung yang dijamin sukses dan sudah kami buktikan adalah sbb:
- Mau pake isi butter cream ataupun selai, setelah bolu matang dan dibalik di atas kertas roti, lebih baik dalam keadaan panas-panas, langsung gulung si bolu dengan kertas rotinya.
- Setelah itu buka lagi gulungan bolu, langsung isi dengan butter cream dan taburan keju, atau selai atau isian lainnya. Lalu gulung lagi dong tentu...
- Sebelum kertas roti dibuka dan bolgul dipotong, masukkan dulu dalam kulkas supaya betul-betul montok bolunya, ceile..gadis kali montok.
- Jangan lupa saat menggulung harus hati-hati dan usahakan betul-betul rapat supaya hasilnya keren. Oya saat menggulung tahan bagian ujung dengan penggaris atau benda keras lainnya.

Monday, August 25, 2008

Cooking with Love – A tribute to Bunda Inong Alm


                                http://web.me.com/pinot/cookinglove/video.html

Aku hanya mengenalnya di dunia maya. Dan aku memang hanya sejenak bertegur sapa dengannya. Tapi ketika mendengar dia tiada, hatiku seperti terbelah dua. Tiba-tiba saja air mataku menggenang di pelupuk mata. Tak henti aku membaca kisah detik-detik terakhir hidupnya, dan tak henti pula aku menyusut bulir-bulir air di sudut mata. Dia perempuan biasa yang luar biasa. Kehadirannya menjadi inspirasi bagi para ibu-ibu muda. Karena dia, banyak ibu-ibu muda tiba-tiba sembuh dari sakitnya. Haa? Sakit apa rupanya? Sakit alergi, alergi masuk dapur! Termasuk aku salah satunya.

Bunda Inong, begitu ia biasa disapa. Aku mengenalnya tak sengaja pada tahun dua ribu lima. Saat itu aku sedang  blog walking dan melihat-lihat blog nya. Foto dirinya dan keluarganya terpampang disana. Tiba-tiba saja suamiku yang berada di sebelahku berkata,”Rasanya aku kenal dengan suaminya. Itu kan Haris, teman seangkatanku waktu di elektro sembilan dua.”

Tak lama, aku pun meninggalkan ‘jejak’ dalam blog nya. Aku bertanya soal suaminya dan menitipkan salam dari suamiku kepada suaminya.  Dalam blog milikku ketika itu, tercatat balasan darinya:

Sunday 05 June - 2005&time=2:33:29 am:
Mbak Agnes, makasih ya udah mampir di blog kami, eh rupanya para ayah sudah saling kenal sejak lama, salam balik dari ayahnya anak2..”

Sejak itu aku mulai tertarik mengamati sosoknya. Bagiku, banyak persamaan diantara kami rasanya. Usia kami hampir sama dan kami sama-sama punya suami alumni elektro angkatan sembilan dua. Selain itu, kami sama-sama menemani suami kami tinggal di luar Indonesia. Jumlah anak kami pun sama, malah sama-sama sepasang pula. Bedanya, dia begitu piawai mengelola dapurnya. Dia suka menjual kue-kue buatannya  dan bahkan membuat komunitas memasak dalam milis ‘Dapur Bunda’. Sedangkan aku? Hmm…memasak  untuk keluargaku saja, aku masih terbata-bata.

Melihat resep-resep masakan dalam blog nya aku menjadi tergoda. Kalau dia bisa, mengapa aku tak bisa? Dan aku pun lalu kerap masuk dalam blognya, untuk mencotek resep-resep masakannya dan berkonsultasi tentu saja. Dari tulisan-tulisannya, aku bisa menangkap sosoknya yang hangat dan ramah. Dia rajin bertegur sapa dengan sesama blogger. Dia pun pernah mengunjungi blog milikku dan meninggalkan dua buah pesan disana. Pesan pertama darinya tercatat dalam salah satu tulisanku yang berjudul ‘Resep Fuyunghai Nyontek.” Saat itu aku bercerita tentang resep fuyunghai  yang aku contek dari penjual pujasera di Bandung. Dia mengomentari tulisanku dengan kocaknya.


inong said,

Thu, 2005-09-22 14:49

wah jangan2 pujaseranya bangkrut karena banyak yang ikutan nyontek resep..ihihihihihih

Pesan kedua ada dalam resep bakso yang aku buat. Duh..betapa tersanjungnya aku saat itu karena resepku ‘diintip’ sang pakar.

inong said,

Thu, 2005-09-22 14:46

mbak Agnes, saya boleh pinjem resepnya ya, mo dicoba di rumah, kalau sukses ntar saya cerita2,.... boleh ya? makasih..

salam
inong”

Tak banyak memang pesan-pesan yang ia tinggalkan dalam blog milikku. Setelah itu aku pun jarang kontak-kontakan lagi dengannya, walaupun aku tetap menjadi pembaca dan pencontek setia blog resep-resepnya. Tapi herannya, kabar duka yang datang tiba-tiba saat itu membuat tidurku tak nyenyak dua malam. Kami memang tak pernah bertemu muka. Kami memang hanya bersapa sejenak saja. Namun kehilangan dia seperti kehilangan sahabat lama. Seorang sahabat, yang telah memberiku semangat untuk bisa memasak apa saja. Dari kisah-kisah dalam blog resep miliknya, satu pesan yang kutangkap disana. ‘ Memasak apa pun menjadi mudah, asalkan dibuat dengan penuh cinta.’

Karena itulah ketika dua tahun lalu ada tawaran menjadi volunteer dalam ‘proyek cinta untuk Bunda Inong’ untuk mengenang kepergiannya, aku langsung mendaftarkan diri. Lama tak kudengar kabar tentang proyek buku resep itu. Tak tahunya, akhir bulan Juli lalu, aku mendapat email seperti ini dari Wiwit:

Dear mbak2 yang cantik, baik hati & pintar memasak,
Sebagian dari mbak2 mungkin sudah melihat pengumuman yang saya buat tentang volunteer terpilih dalam buku resep Bunda Inong disini

Bagi yang belum membaca, saya persilahkan untuk membaca jurnal tsb :)
Sekali lagi kami, selaku penyusun mengucapkan selamat kepada mbak-mbak yang terpilih dan terima kasih atas partisipasinya
. “

Saat itu aku masih belum ‘ngeh’ karena dua tahun bukan waktu yang sebentar. Lalu aku pun meluncur ke taut yang diberikan oleh Wiwit. Ternyata..oh ternyata…betapa girangnya hatiku, aku terpilih jadi volunteer untuk buku ‘Cooking With Love’(CWL) – A tribute to Bunda Inong Almh! Wah..tentu saja aku senang karena ternyata dari sekian banyak volunteer yang mendaftar hanya terpilih 20 orang saja.  Dan namaku akan masuk dalam sebuah buku resep, bareng dengan para koki beken, Pak Bondan Winarno 'Mak Nyuss' dan Bara Pattiradjawane! Wow…what a surprise! Hiii..norak ya! Cuma tertulis namanya aja seneng :-). Walau diembel-embeli norak sekalipun, yang jelas aku betul-betul bahagia karena bisa ikut berperan dalam buku resep ini. Buku yang dibuat dengan penuh cinta, untuk mewujudkan impian seorang bunda yang telah tiada.

Untuk Bunda Inong, untuk seorang sahabat yang telah memberiku semangat, semoga pesan cinta dalam buku  ini dapat kuat terserap, sehingga bukan saja tercipta hidangan yang lezat tapi juga bisa menebarkan aura cinta dimana-mana!

 

From Groningen with love….

Agnes, yang menulis sambil menyusut air mata hiks…


Ps: Congrat and big thanks buat para penyusun buku ini (Mba Wanda Hazman, Mba Sofie Dewayani, Mba Eva Y. Nukman, Mba Mamiek Syamil dan Wiwit Wijayanti) kalian betul-betul tim yang hebat! Salut bangeet! Mmuah…:-)

Saturday, August 16, 2008

Demam Molen Pisang




Di Groningen lagi demam molen pisang keju nih, hiperboldotcom. Maksudnya gara-gara liat Nisa (yang terkompori oleh mba Vitri bikin molen), lalu menular ke Intan, dan Intan malah sudah mendapat pesanan molen kemana-mana. Wah daku jadi penasaran juga. Sebab liat di MP nya mba Vitri bikinnya kayanya memang gampang banget. Selama ini aku ogah banget bikin molen karena ngebayangin musti bikin pastrynya. Dan ternyata dengan pastry siap jadi ini, bikinnya emang cepat dan gampaang. Rasanya bolehlah mengobati rasa kangenku ke molen kartika sari. Walaupun molen kartika rasa durian kesukaanku tetap tak tergantikan ihiks.

Resepnya aku copy paste dari mba Vitri di Austria biar ga lupa (thenkyu ya mbaa :-)) dan aku tambahin juga tips-tips dari temen-temen yang udah coba. Dan alhamdulillah langsung sukses euy! Kali ini aku nyoba berbagai rasa, ada molen isi pisang keju, pisang coklat dan rasa nanas. Yang paling enak menurutku tetep pisang keju, asal ngasih gulanya ga takut-takut, agak banyakan, akan muncul perpaduan rasa gurih dan manis yang pas. Hmm..lekker..apalagi kalo dimakan anget-anget..Slurrp!

Molen Gampang Berbagai Rasa

Bahan:
- Kulit pastry siap beli, kalo di Belanda belinya di AH atau Jumbo, namanya Bladerdeeg puff pastry, satu bungkus isi 10 buah.
- Chiquita Mini (rasanya enak kayak pisang muli)
- 1 sdm Butter
- 1/2 sdm Gula Demerara (Aku pake bastard suiker yang warna coklat)
- Keju slice, aku pake Old keju gouda batangan terus diiris
- Nanas kaleng yang sudah ditiriskan sampe ga ada airnya (kalau mau pake nanas)
- Coklat batangan (puur chocolade) dipotong-potong (Kalau mau pake coklat)

Olesan:
1/2 sdm Butter cair
1 butir Kuning Telur
1 sdt Madu

Cara membuat:
1. Keluarkan satu lembar pastry, (bagian yang ada kertasnya diletakkan menghadap keatas untuk diisi, supaya lebih gampang saat menempelkan ujung-ujung lipatannya (tips dari Intan).
2. Potong-potong pisang, keju, dan nanas.
3. Letakkan potongan pisang di tengah-tengah pastri, beri keju lalu taburi gula. Kalau mau isi nanas, masukkan nanas lalu taburi gula. Mau ditambah kayu manis bubuk biar wangi juga boleh (tips dari Intan). Kalau mau isi coklat beri pisang, lalu taburi potongan coklat dan gula diatasnya
4. Lalu lipat si pastry, lipat pingggiran atas ke bawah sehingga isi tertutup, juga lipat dengan arah sebaliknya, lipat dari arah kiri kanan juga. Tekan-tekan ujungnya sampe tertutup, supaya ga terlalu banyak gula atau keju yang mbleber keluar nantinya.
5. Balik si pastry yang sudah diisi, letakkan di atas loyang yang sudah diolesi mentega
6. Olesi bagian atas pastry dengan bahan olesan.
7. Panggang di oven kurleb 20-30 menit tergantung oven. Kalau aku harus pake oven no 3 (selama 30 menit), sebab kalo pake no 4 atau 4,5 jadi cepet gosong sementara bawahnya belum mateng.
8. Jadi deh..angkat saat molen sudah gak terlalu panas.

Tips
1. Gula ditabur belakangan (setelah pisang dan keju), karena kalo diaduk diluar bersama pisang, jadinya meleleh.
2. Supaya hasilnya cantik, saat menyusun pastry molen di loyang, lebih baik dari satu molen ke molen lain diberi jarak, jangan terlalu mepet, karena dijamin si molen akan menggelembung dan makan tempat.
3. Supaya isi molen ga berongga, usahakan sekompak mungkin saat melipat.
4. Kalau mau pake nanas, menurutku enakan pake selai nanas daripada nanas kalengan, tapi selera yaa…
5. Kalau bahan olesan sudah menggumpal, sebaiknya panaskan lagi sebentaaar aja dengan api kecil, karena kalo tetep make yang gumpal-gumpal, hasil akhir si molen jadi ga kuning merata.
6. Sebaiknya gunakan loyang pendek, karena kalau pake loyang tinggi, nanti bagian yang bawah ga mateng sempurna.

Friday, August 15, 2008

Norway in a Nutshell

                  

Norway in a  Nutshell menawarkan beragam tour yang sudah dikemas sedemikian rupa ke tempat objek-objek menarik di Norway. Mereka bahkan menawarkan tour selama 3 hari. Kami memilih tour satu hari saja (satu hari aja bokek bo!), dari Bergen pagi hari lalu kembali ke Bergen di malam hari. Rasanya tidak percuma mengikuti tour ini karena pengalaman dan pemandangan yang ditawarkan memang spektakuler!

Bergen-Myrdal dengan kereta api  (08.40-10.49)

Kami berangkat pagi-pagi sekali dari camping park tempat kami menginap karena jam 8.40 kereta berangkat dari stasiun Bergen. Perjalanan selama dua jam di kereta ini cukup menarik dengan lembah, sungai, padang rumput yang indah dan melewati banyak tunnel tentu saja. Tapi lama kelamaan pemandangan menjadi biasa rasanya, apalagi  karena kami pun disergap rasa kantuk akibat perjalanan sebelumnya yang cukup melelahkan.

Myrdal-Flam dengan kereta api Flamsbana (10.55-11.50)

Alhamdulillah diriku bisa dikasih kesempatan buat mencicipi naik kereta api ini. Karena jalur kereta api ini merupakan salah satu ‘highlight’ nya atraksi turis di Norway. Jalur kereta ini  terkenal sebagai salah satu jalur kereta api paling tajam dan rumit pembuatannya di dunia. Bikinnya aja 20 tahun! Padahal jalurnya ga terlalu jauh. Sebetulnya rasanya naik kereta ini ya seperti naik kereta api biasa. Walaupun katanya kami juga melewati ‘hairpin tunel’ tikungan tajam berliku  dengan lengkungan 180 derajat. Tapi ya rasanya memang seperti naik turun di jalan kereta biasa saja. Malik aja sampe tanya,”mana achbann (roller coaster) nya Bun?” karena disangkanya kereta api ini bakal berlika-liku seperti naik roller coaster. Apalagi ada 20 tunnel yang kami lewati. Perjalanan 55 menit rasanya jadi habis buat melewati tunnel yang hanya ditemani remang cahaya lampu. Tapi diantara tunnel pemandangan memang cantik. Kami melewati beberapa desa, puncak-puncak gunung berjejeran, hamparan hijau, lembah Flam, tebing-tebing curam, sungai yang airnya super jernih, air terjun yang mengular cantik, domba-domba putih yang kata Uyung seperti kutu J, indah deh. Ditambah lagi, ditengah perjalanan ada kejutan. Tiba-tiba kereta berjalan pelan dan “Wow..” semua penumpang berteriak kaget sekaligus takjub karena di sebelah kanan kami terdengar suara gemuruh. Dan ternyataa…air terjun besar telah menanti kami, seperti raksasa berjubah putih yang menyambut tamunya dengan suara gelegar kali ya, ceileeh hiperbol mode on dah :-).

Pokoknya semua penumpang langsung buru-buru turun, karena penumpang memang diberi kesempatan untuk turun sejenak dan berfoto-foto. Air terjun itu namanya ‘Kjosfossen Water Fall’ tingginya 93 meter. Buatku ini pemandangan yang unik, ada kereta api punya ‘halte’ di dekat air terjun gitu loh :-). Setelah beberapa menit, peluit pak kondektur berbunyi dan penumpang pun kembali berhamburan naik kereta. Setelah membaca sedikit sejarah tentang pembuatan jalur kereta api flamsbana dan melihat maket penampakan jalur kereta ini di museum Flam, baru deh aku ngeh kenapa jalur kereta api ini begitu spesial. Bayangkan aja, membuat jalur kereta menembus gunung yang berliku-liku jeh. Dan 18 dari 20 tunnel yang ada itu dibuat dengan tangan ternyata! Untuk satu meter lorong saja, mereka butuh waktu kerja 150 jam. Jadi wajar banget kan kalau bikinnya pake acara lama J. Mulai dibuatnya tahun 1896 pulak, berarti peradaban orang-orang jaman dulu di Norway udah hebat bener kan.

Flam Village (11.50-15.10)

Aku suka sekali dengan desa yang berpenduduk sekira 400 orang ini. Rasanya cozzy banget berada disini. Sebuah desa kecil dikelilingi fyord dan tebing-tebing curam pegunungan, ditambah rumah-rumah kayu yang kebanyakan berwarna merah dan kuning dikejauhan, membuat desa ini tampak menawan. Apalagi di tepi danau menjulang sebuah kapal dengan banyak tali, duh kapal apa ya namanya, pokoknya keren deh. Kapal ini menjadi salah satu pusat perhatian karena ada live music diatasnya.

Kereta Flamsbana kami berhenti sekira pukul duabelas siang di desa ini. Kami punya waktu 3 jam untuk menikmati desa ini sebelum kemudian tour berlanjut dengan boat ke Gudvangen. Setelah kami turun, antrian orang yang hendak naik kereta kearah Myrdal pun tampak panjang. Banyak turis china, Spain, dan juga dari Norway sendiri. Malah ada sepasang turis suami istri berwajah melayu. Kerudung pun menutupi kepala sang istri.Sayang aku tak sempat bertanya dari mana mereka berasal. Oya, kami bahkan bertemu dengan tiga orang pemuda asal Indonesia. Mereka adalah awak buah kapal dari salah satu kapal yang berseliweran. Bapak-bapak sempat ngobrol dan berfoto dengan mereka.

Ga jauh dari tempat pemberhentian kereta ada berbagai macam toko yang bentuknya unik dan warnanya ‘menggigit’. Ada toko suvenir, Factory outlet, cafĂ©, restaurant, beberapa hotel dan ada juga Flam museum. Di museum ini lah kita bisa melihat sejarah pembuatan jalur kereta api Flamsbana. Di daerah sebelah kiri belakang stasiun  juga ada restaurant berbentuk kereta api, unik banget. Di seberangnya ada tempat bermain, lalu agak jauh ke belakang lagi ada jembatan lucu yang kedua lengannya melengkung. Wah pokoknya aku betah deh berada di desa ini. Kami juga sempat makan siang di salah satu restonya dan mencicipi makanannya. Rasanya so so lah…ikan gorengnya malah lebih enakan kibbeling ala Belanda. Tapi yang unik dan ga ada di Belanda, ada alarm antrian makanan (pinjem istilah Nisa J) di restaurant tempat kami makan. Jadi setelah bayar, kami diberi benda berbentuk bulat warna biru dengan nomor tertera diatasnya. Benda itu akan berbunyi dan menyala kalau makanan sudah siap. Walaupun kami duduk di luar yang tempatnya jauh, kami bisa segera berlari mengambil makanan yang sudah siap. Praktis kan :-).

Oya, di dekat museum Flam, ada sebuah jangkar besar keabuan bertengger. Anak-anak sempat main dan foto-foto disana. Jangkar itu katanya bekas jaman perang dunia II dulu. Pemandangan dari daerah ini juga cantiik deh.

Flam-Gudvangen dengan naik boat (15.10-17.00)

Perjalanan dengan boat ini sungguh memanja mata. Dua jam berjalan tanpa terasa, walaupun buat body sih terasa juga. Sesudahnya kepalaku pusing sebelah karena diserbu angin gelebuk selama di boat kali ya :-). Kapal berangkat pukul 15.10. Kami melewati teluk-teluk dengan pemandangan yang sangat indah. Fyord ini terbentuk dari es yang mencair jutaan tahun lalu. Fyord yang kami lewati kali ini termasuk dalam area Snogefyord yang dikenal sebagai ‘The King of Fyord’ in Norway. Fjord ini merupakan fyord yang terpanjang dan terdalam di Norway (180 km panjang dan 1300 m kedalamannya). Melewati fjord diantara jejeran gunung-gunung yang kadang tingginya tak sama, disitulah uniknya. Belum lagi gumpalan awan-awan di langit saat cerah. Bila langit cerah, suasana jadi lebih indah. Disaat awal kapal berangkat, hujan memang turun cukup deras. Mendung pun menggelantung di langit. Tapi tak lama hujan seperti mendengar doa para penumpang kapal. Ia mereda, dan awan pun ikut menghalau mendungnya.

Air teluk  warnanya hijau seperti hamparan pohon di gunung. Kadang kami melewati desa yang berpenduduk hanya sekian ratus jiwa dengan gereja di pusatnya. Kadang  kami melihat aliran sungai-sungai dengan domba-domba putih yang sedang merumput di sekitarnya. Kadang kami pun melihat air terjun dari kejauhan yang tampak cantik sekali. Lalu tiba-tiba burung-burung pun seolah menyerbu kapal kami.”Wow..banyak sekali!” Baru kali ini aku melihat burung yang terbang dekat di atas kepala dengan  terus mengembangkan sayapnya. Persis seperti layang-layang terbang yang tak hendak kembali pada tuannya. Penumpang kapal berebutan memotret burung-burung dalam berbagai gaya. Malah ada yang melemparkan remah-remah roti supaya mereka tetap berada dekat kapal. Kami pun bergantian berfoto, berharap bisa tergambar bersama burung yang sedang mengepakkan sayapnya.

Tempat yang menjadi ‘highlight’ selama perjalanan melewati Sognefyord ini adalah ‘Naeroyfjord’. Fyord ini masuk dalam daftar Unesco World heritage karena termasuk fyord yang paling sempit (hanya berjarak 300 m) dengan gunung menjulang  yang memiliki tinggi sekira 1700 m. Orang-orang berkerumun berebutan mengambil foto saat mendekati area ini. Wah pokoknya hampir sepanjang jalan suara jepretan kamera memang  tak pernah berhenti terdengar. Tapi ada juga lho penumpang yang duduk diam dengan manisnya hanya menatap saja pemandangan di sekitarnya. Tak ada kata narsis dalam hidup mereka hehe. Mereka umumnya orang-orang tua yang sudah pensiun dan ingin menikmati sisa hidupnya barangkali. Ada pula sepasang perempuan tua duduk di ujung kapal dekat bendera. Sejak berangkat mereka bergeming disana. Salah satunya memegang kertas dan pensil lalu melukiskan apa yang dilihatnya. Hmm begitu ya rupanya menikmati hari tua ala mereka.

Anak-anak bagaimana? Mereka malah asik maen petak umpet!”Gimana di kapal Ik, asik kan?” Tahu ga jawabannya apa.”Saai (boring) Bun,” katanya.

“Lho kan pemandangannya bagus sekali Ik. Subhanallah ya.”

“Iya, pemandangannya bagus tapi saai Bun,” keukeuh Aik. Wah maen petak umpet lebih asik buat mereka daripada memandang alam seindah ini rupanya. Ya iyalah, dunianya memang bermain sih ya :-).

Begitulah, akhirnya tiba saatnya meninggalkan pemandangan fyord nan mempesona. Kami pun tiba di Gudvangen. Desa ini mirip flam tapi lebi kecil areanya, penduduknya pun hanya sekira 100 orang saja. Desa ini dianggap sebagai ‘kepala’ nya Naeroyfjord. Jadi kalau mau melihat Naeroyfyord ya harus melewati desa ini. Katanya raja-raja Inggris dulu sering datang ketempat ini untuk berlayar dan mencicipi ikan Salmon yang banyak berada di sungai Naeroy di dekat daerah ini. Sayang kami cuma punya waktu 45 menit di desa ini sebelum kemudian naik bus ke Voss. Jadi kami ga sempat mengexplore lebih jauh desa ini.

Gudvangen-Voss dengan bus (17.45-19.05)

Aku pikir tour dengan pemandangan indah sudah berakhir dan kami tinggal tidur saja di bus. Eeh ternyata kami masih menikmati lagi pemandangan dan pengalaman yang asoy. Pantas saja dalam peta di buku guide yang diberikan ada gambar jalur zigzag antara Gudvangen-Voss, tepatnya antara Naeroydalen-Stalheim. Rupanya kami betul-betul akan melewati jalan zigzag dengan jalan yang luar biasa curam dan membuat jantung berdegup kencang. Tapi pemandangannya dong…benar-benar indah!

Orang-orang antri menaiki bus bertuliskan ‘Norway in a nutshell”. Kami pun berdesak-desakan mencari posisi. Tak lama bus kami berangkat dan supir bus mengeluarkan suaranya dalam 3 bahasa (kalau tidak salah) dan menjelaskan beberapa point of interest yang akan kami lewati.

Awalnya bus melewati jalur utama dengan pemandangan sungai dan lembah terhampar. Tak lama kemudian, di depan kami terpampang papan nama bertuliskan ‘Stalheimskleiva’ dengan panah mengarah ke kiri. Supir bus pun membelokkan kemudinya ke jalan yang hanya cukup dilewati satu mobil itu. Dan ternyata kemudian, ya ampuuun, jalannya mengerikan! Jantungku sampai berdegup kencang rasanya. Apalagi bila kami berpapasan dengan mobil, aduuh ngerinya. Si mobil kecil pun langsung mundur ke belakang. Tapi saat memandang keluar jendela, wow pemandangannya… luar biasa indah! Bayangkan saja, bus berjalan menanjak tinggi sekali, dan jalannya pun berbelok-belok membentuk huruf Z berkali-kali. Kami betul-betul dibawa mendaki gunung tinggi! Tapi setiap berada di tikungan, kami bisa menyaksikan lembah Naeroy, sungai, tebing, deretan gunung-gunung, air terjun (yang belakangan aku tahu namanya air terjun Stalheimsfossen and Sivlefossen). Wah pokoknya subhanallah spektakuler banget! Sampe bingung deh mengungkapkannya dengan kata-kata, ceile segitunye.

Setelah melewati beberapa tikungan zigzag, kami tiba di tempat paling puncak. Di tempat itu aku melihat sebuah hotel bertuliskan ‘Stalheim’. Rupanya ada 13 buah jalan zigzag  tajam yang sudah kami lewati. Jalan zigzag yang dibuat pada tahun 1842-1849 itu memang berujung di Stalheim. Di area ini terdapat hotel Stalheim dan folk museum Stalheim. Katanya banyak raja-raja dan artis menginap di hotel Stailheim ini.

Setelah turun, pemandangan tidak lagi seindah sebelumnya, walaupun ya tetap bagus. Setelah melewati beberapa lembah, desa dan tempat ski yang terkenal, kami pun tiba di Voss.

Voss-Bergen dengan kereta api (19.20-20.35)

Saat memasuki stasiun Voss, kami melihat sebuah gereja yang bentuknya seperti istana China. Gereja berbentuk seperti ini memang banyak kami jumpai di daerah Norway. Voss terletak di antara Snogfjord dan Hardangerfjord, raja dan ratu fyord di Norway yang menjadi pusat atraksi turis. Karenanya, tak heran kalau kami tidak cuma sekali melewati daerah ini. Sebelum sampai ke Bergen dan saat akan pulang meninggalkan Bergen, kami pun melalui daerah ini. Tapi sayangnya daerah yang juga terkenal sebagai ski resort ini tak sempat kami eksplore lebih jauh. Di kereta antara Voss-Bergen, kebanyakan peserta tidur karena kelelahan. Hingga akhirnya, satu jam berlalu, stasiun Bergen pun sudah di depan mata. Norway in a Nutshell tour berakhir, menyisakan kenangan indahnya alam ciptaan sang Maha dalam memori. Subhanallah!

 

Thursday, August 14, 2008

Edisi Narsis, Family in Norway




foto norway yang tertinggal.

Last Day, Starven-Larvik-Arhus-Groningen




Day 9: Jumat, 8 Agustus 2008

Starven-Larvik-Arhus-Hamburg-Groningen

Phfuih…akhirnya hari terakhir tiba juga. Kami sungguh kurang tidur pagi ini karena harus segera pergi dari camping park menuju pelabuhan. Kapal ferry kami dari Larvik menuju Denmark akan berangkat pukul 8.00 pagi. Jadi jam 6.00 pagi kami harus sudah berangkat menuju pelabuhan yang letaknya masih sekira setengah jam perjalanan. Ga enaknya tinggal di camping park, kamar berikut peralatannya harus dibersihkan hingga rapi, kalau tidak kami bisa kena denda. Untung saja kami telah bersih-bersih sejak malam hari, termasuk mandi. Dan lagi-lagi, untuk mandi dengan air hangat, kami harus membayar 1 NOK untuk 1 kali mandi. Dengan kartu gesek seharga 5 NOK (untuk 5 orang) kami pun mandi bergantian. Tapi ya ampuun air hangatnya Cuma mengalir sebentar bangeet! Alhasil belum selesai mandi, aku pun berteriak-teriak kedinginan, huaaa!

Setelah sedikit nyasar-nyasar, akhirnya kami tiba juga di kapal ferry. Kapal ferry kali ini ga jauh beda dengan sebelumnya. Bedanya, karena sekarang pagi hari , ada captain kids menghibur anak-anak! Captain kids seorang manusia yang berpakain ala badut captain. Badannya besar, apalagi pantatnya. Dengan topi di kepala, dan mata satunya, sang captain selalu tersenyum sambil memperlihatkan gigi ompongnya. Tapi dia baik, mau berfoto dengan siapa saja, termasuk kami tentunya. Selain itu untuk anak-anak juga diselenggarakan acara membuat balon dalam berbagai bentuk. Anak-anak dikumpulkan, lalu seorang crew kapal membagikan balon beserta alat tiupnya pada anak-anak. Dan si crew ini mengajarkan anak-anak bagaimana membuat anjing dan pedang dari balon. Wah anak-anak seneng banget.

Setelah itu sebagian dari kami tidur, tapi aku dan suamiku berkeliling menghabiskan waktu untuk foto-foto. Aku juga sempat menukar uang Swedia ku di kapal ini, karena Cuma di kapal ini kami bisa menukar uang dari tiga negara (selain di bank tentunya). Dan disini juga kami bisa menukar tax free hasil belanja.

Jam 12.00 siang kapal berlabuh. Kami pun melanjutkan perjalanan dan berhenti untuk makan siang di kota Arhus, Denmark. Kota ini biasa saja, hanya centrumnya yang lumayan menarik. Malah di pinggiran kota, coretan-coretan cat memenuhi bangunan dimana-mana. Setelah puas makan dan istirahat, mobil kami berjalan lagi. Kami sempat mampir sebentar di rumah pak Yayat, familinya mba Ine yang tinggal di Hamburg. Dan ternyata mereka tau aja kalo tamunya kelaparan. Kami disediakan mie goreng euy. Asyik…mie goreng senampan besar pun langsung tandas. Hii laper apa rakus yak J.

Aku terbangun menggeliatkan badan. Jam di tanganku sudah menunjuk pukul setengah dua malam. “Dimana ini?” Waa sudah sampai Groningen! Dan pelayanan E-travel memang hebat tenan, peserta diantarkan door to door ke rumah masing-masing coba! Terimakasih ya E-travel, semoga ga kapok dapat peserta yang sering ngilang karena keasyikan motret seperti kami ini :-). Perjalanan membelah Skandinavia berakhir sudah, hati senang dan perjalanan kali ini pun menjadi pengalaman yang mengesankan. Alhamdulillah!

Day 8, Bergen-Starven: Hardangerfjord, Lotefoss waterfall, Hardangevida




Day 8: Kamis, 7 Agustus 2008

Bergen-Hardangerfjord-Starven

Perjalanan membelah Skandinavia hampir berakhir. Rasanya kami tinggal tidur saja di mobil melepas lelah seminggu perjalanan. Tapi ternyata tetap tak bisa! Jalur perjalanan dari Bergen ke Starven yang kami lewati, melalui Hardangerfjord yang sering disebut sebagai ‘The Queen of fjord in Norway.” Dan seperti sang raja, si ratu tentu saja menawarkan pemandangan tak kalah cantik, yang membuat kami tak tahan untuk turun dan bernarsis ria tentu saja.

Awalnya perjalanan hanya sering melewati tunnel dengan pemandangan lembah-lembah dan gunung-gunung indah. Tetapi setelah menyebrang dengan ferry, pemandangan di depan mata kami menjadi spektakuler! Dengan fyord, gunung, kapal, lembah yang hampir sama dengan Snogfjord membuat mataku tak bisa terpejam barang sejenak, padahal maunya sih begitu.

Setelah berhenti sebentar dan foto-foto di sebuah daerah fjord yang indah, perjalanan kami lanjutkan. Di sebuah belokan tiba-tiba kami mendengar suara gemuruh. Apa itu? Ya ampuun ternyata air terjun besar! Air terjun ini mirip seperti air terjun di salah satu halte kereta Flamsbana. Bedanya tidak ada orang yang berebutan foto disini, karena tempat ini agak sepi, bukan pusat turis. Siip, sekarang puas deh foto-foto tanpa gangguan.

Walaupun cuaca mendung dan hujan rintik-rintik turun, semangat foto tak pernah kendur dong J. Puas? “Ayo lanjut.” Dan kami pun melanjutkan perjalanan. Rasanya sudah cukup lama mobil berjalan, aku kira sekarang waktuku untuk tidur telah tiba. Tapi tak lama kemudian, ada air terjun lagi!”Lah tadi kan udah, ga usah berhenti deh, nanti ga sampe-sampe,” kata kami. Lalu mobil pun membelok lebih jauh hendak melanjutkan perjalanan. Ternyata…”Baguuus! Air terjunnya dua seperti kembar!” teriak beberapa peserta. “Turun..turun..” Yaa..turun lagi deh, sayang banget kalau pemandangan seperti ini dilewatkan. Akhirnya mobil pun diparkir agak jauh dari tempat parkir. Dan ternyata air terjun ini memang unik. Namanya Latefoss waterfall. Air terjun ini berada di provinsi Hordaland Norway. Aku memandangi dua buah air terjun yang kemudian bersatu di tengah dan bermuara di sebuah sungai. Meski air memercik membasahi badan, tapi aku betah memandangnya berlama-lama karena keunikannya. Jembatan yang menopang jalan dibuat antik dengan model berbentuk melengkung. Kombinasi jembatan dan air terjun ini menjadi kombinasi pemandangan yang sangat indah!

Selesai? Wah ternyata beluum! Setelah kembali naik mobil dan berjalan beberapa lama, lagi-lagi kami melihat pemandangan cantik. Kali ini tidak ada fjord. Tapi kami melihat sebuah lembah yang seperti di negeri dongeng! Lembah luas dengan rumah kayu berwarna merah di beberapa tempat, kuda, sungai, gunung, wah pokoknya lembah ini luar biasa cantik! Setelah itu pun kami masih melewati daerah unik dengan banyak domba. Namanya Hardangervida. Sebetulnya ada satu tempat khusus yang memang dombanya banyak sekali, tapi tentu kami tak mungkin kesana karena tidak ada waktu. Rumah-rumah di area ini banyak sekali yang beratap rumput, bahkan haltenya pun beratap rumput. Lucuu banget. Setelah melewati area puncak dengan salju dimana-mana, pemandangan mulai biasa. Dan akhirnya…aku bisa tidur euy!

Kami tiba di Starven lewat pukul 9 malam. Lucunya sulit sekali menemukan nomor rumah di camping park karena urutan nomornya yang tidak jelas. Untungnya kami dibantu oleh seorang tetangga kamar yang bernama Tom. Tom sedang berlibur bersama istrinya, tapi istrinya sudah tidur. Dia berasal dari Norway juga. Kami menawarkan makan malam padanya, basa-basi sebetulnya. Eeh ternyata dia mau. Alhasil mengobrol lah bapak-bapak dengannya hingga cukup malam. “Yang ini pedas sekali aku ga tahan,” katanya waktu mencoba pecel sajian kami.”Tapi yang lainnya enak koq,” katanya sambil makan martabak mie dan ayam goreng. Setelah sekian lama ngobrol ngalor ngidul, Tom pun akhirnya pergi sambil menjabat tanganku eraat sekali (ya ampuun sampe mau copot rasanya L). Dan dia pun langsung menyodorkan pipinya satu kali (untung ga tiga kali kaya orang Belanda). Halaah..mana mungkin ditolak, wong aku sudah langsung ditarik mendekati wajahnya. Ya tak apalah, aku jadi tahu mungkin memang beginilah keramahtamahan ala orang Norway.

Tuesday, August 12, 2008

Day 7, Bergen: Norway in a Nutshell




Day 7: Rabu, 6 Agustus 2008

Hari ini kami habiskan dengan ikut tour ‘Norway in a Nutshell’, sejak jam delapan pagi hingga jam setengah sembilan malam. Biayanya memang cukup menguras kantong. Hmm tapi gimana ya, udah terlanjur sampe Bergen jeh, sayang banget kalo ga ikut. Padahal tawaran tournya sangat menarik. “Uang bisa dicari, tapi kesempatan ga datang dua kali,” prinsip itu kadang berguna banget buatku. Apalagi kalau inget pepatah orang Barat,”Poor man pay twice,” wah tambah-tambah deh aku ga mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Sebab dari pengalaman yang kualami, memang bener juga pepatah ini. Seringkali karena mau ngirit kami melewatkan kesempatan bagus, eeh ga taunya belakangan tetep aja jatohnya biaya ga jauh beda, tapi kesempatan emas malah terbang, sayang kan. Jadilah dengan duit yang sebenernya udah pas-pasan aku pun tetep semangat dunk! J.

“Belum ke Norway kalau belum menjelajahi Fyordnya,” begitu katanya. Dan ternyata buat aku dan suamiku, ga rugi dan ga nyesel ikut tour ini, karena pengalaman yang kami rasakan dan pemandangannya benar-bener spektakuler! Subhanallah deh pokoknya, indah banget. Pemandangan gunung-gunung di Indonesia lewat nih kali. Tour ini memang ga pake guide tour, tapi kami dikasih buku panduan yang isinya sudah menjelaskan tempat-tempat yang akan kami lewati. Hanya sewaktu naik bis dari Gudvangen ke Voss saja, ada guide, yaitu sang supir bus.

Jalur tour kami adalah sebagai berikut:
Bergen-Myrdal-Flam-Gudvangen-Voss-Bergen

Sayang karena cuaca mendung foto-fotonya jadi gelap, hanya beberapa foto yang sempat di edit. Dan cerita lengkap tentang Norway in a Nutshell aku tulis di blog. Dalam perjalanan akhir-akhir ini aku memang berusaha menulisnya dengan lengkap, sebab belakangan entah kenapa aku selalu teringat-ingat kata-kata Pramudya Ananta,”Orang boleh pintar setinggi langit. Tapi kalau tidak menulis, ia akan hilang ditelan jaman.” Wah kalau inget itu nyesel deh, catatan perjalananku yang dulu-dulu ga sempat aku tulis kumplit. Dan sekarang aku sedang mengais-ngais mengumpulkan diary perjalanan yang tercecer untuk kutulis, supaya semua kenangan dan kesempatan yang sudah diberikan Allah padaku untuk melihat banyak negeri ini, tidak hilang ditelan jaman. At least tulisan-tulisan yang kubuat ini membuatku kembali berlatih menulis setelah sekian lama terhenti karena berbagai hambatan. Dan tentu aja aku juga ingin tulisan ini bisa mengingatkan diriku sendiri kan semua kebesaranNya, sekaligus buat dibaca anak cucu gitu loh :-).

Day 6: Geilo-Finse-Bergen




Day 6: Selasa, 5 Agustus 2008

Geilo-Bergen, melewati daerah dekat Finse

Perjalanan Geilo-Bergen masih sekira 4 jam lagi, padahal kami berangkat dari camping park jam 9.00 pagi. Ditambah foto-foto di tengah jalan karena banyak pemandangan yang aduhai, ga heran dong kalau akhirnya kami sampai di Bergen hari sudah sore.

Dari Geilo ke arah Bergen, ternyata pemandangannya semakin cantik. Rasanya ga mungkin untuk ga berhenti dan melewatkan pemandangan indah itu. Tapi karena perjalanan makin mendaki, semakin lama pepohonan tinggi makin jarang. Mungkin karena ga bisa hidup lagi. Makin ke atas yang ada tinggal tumbuhan tundra yang menempel di atas gunung batu. Dan asyiknya kami melihat banyak salju! Padahal ini kan summer, gimana kalo winter ya. Tapi saljunya hanya seperti taburan kapas di atas rumput hijau, ga terlalu banyak.

Tak lama kemudian kami melewati daerah unik. Ada toko souvenir berbentuk rumah Iglo, tapi seluruh atapnya terbuat dari rumput. “Berhentiii!” Langsung deh kami minta berhenti. Ada beberapa rumah iglo beratap rumput disana. Semakin mendekati Bergen, di gunung-gunungnya memang banyak banget rumah beratap rumput, kereen banget. Dan sebelum kami memasuki toko souvenir itu, kami melihat beberapa tanduk rusa terpasang di atas meja. Wah rupanya ini suvenir tanduk rusa. Harganya 350 an NOK, mahal bo!. Kami tak lupa foto dong sama si tanduk rusa dan rumah iglo berumput itu, unik banget deh! Anehnya di area bebatuan, selalu tampak batu disusun ke atas seperti menara. Entah maksudnya apa.

Rupanya area tempat kami berhenti ini adalah area yang dekat dengan daerah Finse. Finse tempat yang antik karena tidak ada kendaraan yang bisa kesana selain kereta api. Dan stasiun kereta api di Finse adalah stasiun kereta api tertinggi di Norway. Saat summer, selain dengan kereta api, kita bisa mencapai daerah itu dengan jalan kaki atau naik sepeda. Di saat winter, Finse juga menjadi tempat pilihan bagi turis untuk bermain ski.

Setelah melewati Finse, jalan kembali turun, tapi pemandangan mulai luar biasa indah. Fyord dengan tebing-tebing curam dan gunung-gunung mulai tampak. Lembah di kaki gunung dengan hamparan rumput hijau beserta rumah-rumah kayu berwarna merah membuat mata semakin dimanja rasanya. Tomtom di mobil kami sempat berkata,”Take the ferry,”. Rupanya kami harus naik ferry untuk menyeberangi fyord. Dengan biaya sekitar 30 euro untuk mobil dan 11 penumpang, kami menyebrang fyord sekira 10 menit. Setelah itu di sepanjang perjalanan, kami banyak melewati lorong-lorong menembus gunung. Jadi, tak heran kalau Bergen dikatakan sebagai ‘kota diantara tujuh gunung.’ Karena memang dimana-mana ada gunung!

Bergen: Bryggen

Hari sudah sore ketika kami tiba di Bergen. Bangunan di kota Bergen tampak biasa-biasa saja, lebih indah Stockholm malah. Tapi kelebihan kota Bergen adalah pemandangan alam di sekeliling kotanya. Pantas saja dulu Bergen dijadikan ibu kota Norway, mungkin karena kecantikan alam di sekitarnya.

Kami langsung mencari Bryggen, jejeran rumah kayu warna-warni di dekat danau yang masuk dalam daftar Unesco World heritage. Ternyata rumah-rumah itu dipenuhi dengan toko souvenir. Ya sudah langsung deh ibu-ibu berburu souvenir dulu.

Di sebelah kiri dan kanan rumah-rumah kayu itu ada sepasang tugu berwarna hitam, yang menjelaskan bahwa daerah itu termasuk dalam list Unesco world heritage. Di bagian tengah ada gang yang bisa dilewati. Turis-turis memasuki jalan itu. Ternyata rumah yang ada gang nya itu adalah rumah yang sudah akan runtuh. Tapi rumah itu sedang direnovasi dan dipertahankan oleh Unesco supaya ga rusak. Disitu terlihat bahwa umur rumah kayu itu memang sudah tua karena dibangun di abad ke-18. Tampak warna hitam bekas kebakaran di sudut-sudut rumah, karena memang bangunan itu pernah terbakar. Rumah kayu memang gampang terbakar kan.

Setelah itu kami berjalan ke arah Torget, dimana fish market berada. Pasar ikan yang dulunya menjadi pusat perdagangan ikan di Norway itu masih buka hingga pukul 19.00. Anak-anak dan pak Eko beli makan dulu di Mc Donald. Aku langsung ‘tour de pasar’ dong. Liat-liat apa yang unik dan yang lucu di pasar itu. Ada lobster guede banget, ada kerang besar dengan isinya yang mungil, ada penjual cumi dan seafood mateng juga, tapi mahal euy. Hmm apa sih yang ga mahal di Norway. Selain ikan, lapak buah dan lapak suvenir juga ada di pasar itu. Ada juga lapak yang menjual kulit-kulit binatang untuk souvenir.

Dari Torget, belok ke arah kanan kita bisa melihat pemandangan Bryggen dari seberang danau. Cantik banget! Persis kaya yang ada di post card-post card. Kapal-kapal yang berlabuh di pinggir danau menambah indah pemandangan.

Karena laper akhirnya kami ikutan makan di Mc D. Perputaran uang diantara kami udah makin ga jelas. Masing-masing berhutang pada yang lain tapi dengan mata uang yang berbeda. Wis mbulet dan njelimet deh pokoknya J.

Malamnya kami cabut ke Bergen camping park, yang letaknya beberapa km dari Bryggen. Bergen kota yang tak terlalu besar. Tempat terindah kota itu tampaknya ada di area Bryggen dan Torget. Sebetulnya kalau ke atas sedikit pemandangan kota dan danau juga cantik. Sayangnya karena waktu yang singkat kami ga sempat naik Floei Bann alias funicular ke mount Floein. Dari situ sebetulnya kita bisa melihat kota Bergen dan sekitarnya tampak atas yang mesti cantik tentunya.

Di Bergen camping park ada taman bermain untuk anak-anak. Mereka langsung loncat dan berlari ke tempat itu. Disana mereka bertemu kenalan baru, namanya Floris. “Dia mau ke Oslo, Dia dari Belanda Bun,” kata Malik mengulang-ngulang ceritanya. Entah kenapa Floris begitu berkesan buat anak-anak. Sampai-sampai waktu aku tanya,”Aik seneng ga di Bergen?” Aik pun menjawab,”Seneng karena di Bergen Aik ketemu Floris.” Weleeh jauh-jauh ke Bergen yang disenengin Cuma si Floris hehe.

Day 5, Oslo-Bergen: Karl Johans Gate dan Geilo




Day 5: Senin, 4 Agustus 2008

Oslo, Karl Johans gate
Buat aku, tempat ini mungkin bisa dibilang tempat yang paling asik di Oslo, karena ada pedestrian street kesukaanku tentu :-). Apalagi cuaca hari itu tak sepanas sewaktu hari pertama kami ke Oslo. Pedestrian streetnya memanjang, dari arah central stasiun hingga ke Royal Palace. Di antaranya berdiri parlement building, Nathional theatre, University building dan Oslo Cathedral. Di tengah-tengah jalan panjang itu juga ada taman dengan air mancur, café terbuka serta boulevard.

Di samping kiri kanan Karl Johans gate dipenuhi oleh restorant, shopping area, dan café. Karena perut sudah keroncongan, kami sempat makan di sebuah resto Peppi Pizza yang banyak bertebaran di Norway. Still stand juga ada disana lho. Sayangnya kami tidak punya cukup coin NOK. Dan sebelnya, setelah Lala memberikan uang coin pada salah satu still stand yang tubuhnya dicat warna emas, badan si Still stand hanya bergerak menunduk separuh, ga sampai tegak. Sepertinya gara-gara uang yang diberikan oleh Lala hanya sedikit. Hiyaa matre deh si Still stand! Oya di Oslo juga banyak pengemis berkerudung gituh. Dari wajahnya sepertinya mereka orang Rusia, tapi ga tau juga denk. Duh pengemis kenapa dimana-mana suka kerudungan seh .

Oslo-Geilo Camping Park

Dalam rencana awal, kami akan bermalam di Oslo sebelum melanjutkan perjalanan ke Bergen. Tapi rencana kami berubah. Berhubung jarak Oslo-Bergen cukup jauh (sekira 8 jam perjalanan dengan mobil) esoknya perjalanan harus dimulai pukul 4 pagi supaya sampai di Bergen tidak terlalu malam. Tapi ini sungguh sebuah rencana yang sulit dijalankan mengingat badan yang sudah lelah. Akhirnya kami memutuskan melanjutkan perjalanan saja, ga jadi nginep di Oslo. Kami Cuma berharap semoga masih bisa mendapatkan camping park on the spot.

Perjalanan dari Oslo-Bergen cukup membuat mabuk kepayang alias jalannya sempit dan berliku-liku banget. Malik sampe muntah bahkan. Pemandangan sepanjang jalan mulai tak biasa. Indah, persis seperti lagu yang dinyanyikan Uyung,”Sungguh indah kampung halamanku, di kaki gunung yang biru.” J. Kadang-kadang kami melihat hamparan ladang gandum berwarna kecoklatan, kadang hamparan hijau dengan danau bening di dekatnya beserta pemandangan gunung-gunung dan rumah-rumah kayu cantik berwarna merah dan kuning. Oh indahnya…Puncak Jakarta lewat deh. Para fotografer ga berhenti jeprat-jepret. Pak sopir juga sempat berhenti beberapa kali. Malah sempet masuk ke pekarangan orang yang rumahnya di tepi danau. Suara gonggongan anjing langsung terdengar, disangka kami rampok kali hehe. Tapi rupanya si pemilik rumah baek koq. Dia ngajak kami ngobrol, malah kami boleh berenang di danaunya kalau mau katanya. Walaah.

Di tempat yang indah dimana biasanya mobil berhenti sejenak, selain mengagumi alam, tentu kami sekaligus foto-foto dong. Gaya ngapung di tempat sepi begini tak lupa juga kami lakukan, mumpung ga ada orang jeh. Pokoknya setelah pulang, kami sepertinya sudah layak mendapat diploma karena telah ahli dalam foto berbagai gaya ngapung J

Setelah hari gelap, alhamdulillah kami dapat tempat menginap. Daerahnya lumayan asyik. Nama tempat camping kami, Geilo camping park. Tapi alamaak disini dingiin! Ga heran karena daerah Geilo memang terletak di pegunungan, ketinggiannya sekira 800 m dari laut. Di Geilo ini banyak tempat peristirahatan yang katanya sudah ada sejak 100 tahun lalu. Rupanya Geilo memang merupakan ski resort. Malahan Geilo disebut-sebut berada di area ‘winter wonderland’. Di tempat ini lah terdapat salah satu ski lift yang tertinggi di dunia, dengan ketinggian 3887 kaki.

Area camping park kami terletak di pinggir danau dengan pemandangan hijau dan gunung-gunung di sekitarnya, bagus deh. Sesampainya di kamar, langsung deh kami masak makan malam dengan menu kornet goreng, telor goreng plus tempe tahu tumis. Wah ternyata makanan kaleng pun enak banget, meski ga sehat tentu aja. Ya tapi sekali-kali boleh lah yaw. Oya, kamar mandi di tempat camping ini terpisah. Kalau mau mandi air hangat, kami harus bayar pake coin Kron. Wah bener-bener deh di Norway, apa-apa mahal!


Day 4, Stockholm: Skansen Open Air Museum dan Museum di sekitarnya




Day 4: Minggu, 3 Agustus 2008

Skansen Open Air Museum

Walaupun harus bayar per orang dewasa sekira 10 euro dan anak-anak separuh harga, tapi ga rugi deh pergi ke tempat ini. Mungkin bisa dibilang belum ke Stockholm kalo belum ke Skansen. Museum di udara terbuka ini menawarkan keunikan tersendiri yang bisa membuat kita serasa benar-benar berada di abad ke-18 atau 19. Apalagi di sepanjang jalan tampak beberapa perempuan berbaju Sweden lalu lalang dengan membawa keranjang di tangan. Rasanya kita benar-benar diajak untuk kembali ke masa lalu. Skansen adalah open air museum pertama di dunia yang dibangun pada tahun 1891 oleh Arthur Harzelius. Rumah tempat ia lahir pun bisa kita liat di museum ini. Pergi ke tempat ini ga bisa sebentar, minimal harus setengah harian mengingat areanya yang sangat luas.

Disini kita bisa melihat kehidupan orang Sweden jaman dulu yang memperlihatkan juga bagaimana mereka dulu bekerja. Skansen menjadi semakin menarik karena perpaduan unsur masa lalu dan masa sekarang. Setelah membayar ticket dan masuk ke dalamnya, kita akan menemui eskalator tinggi sekali yang menembus bukit. Setelah keluar dari eskalator, tempat-tempat menarik telah menanti kita. Intinya, tempat ini terdiri dari berbagai jenis taman, rumah-rumah bersejarah berikut cara bekerjanya, centrum desa masa lalu, peternakan, dan kebun binatang dengan normadic animalnya. Tentu saja di dalamnya juga tersedia restaurant beserta toko-toko makanan khas sweden masa lalu.Di jam-jam tertentu malah ada folk dance dan musik khas Sweden.

Berikut ini beberapa atraksi yang ada di dalam skansen open air museum yang sempat kami lewati:

- Ada sekira 150 model rumah jaman dulu yang betul-betul asli dan memang dikumpulkan oleh tuan Arthur. Kalau tidak salah hanya dua buah rumah yang tidak asli.
- Ada rumah yang digunakan sebagai pabrik pembuatan gelas. Kami sempat menonton bagaimana cara mereka membuat gelas sehingga menjadi lucu-lucu bentuknya, malah ada yang berbentuk moose dan jamur segala. Tapi hmh…si peraga meuni jutek pisan, berikut lamaa bener sampe penonton kecewa dan bosen dan akhirnya kami pun satu persatu meninggalkannya.
- Ada pabrik mesin, yang didalamnya segala rupa mesin jadul ada, berikut mesin tik jadul banget juga ada. Oya diluar pabrik mesin ini ada sepeda jadul banget.
- Ada apothek yang menyediakan ramuan obat, salah satunya obat yang bau banget, yang katanya berasal dari setan?. Di seberang apothek ini ada café yang menjual cake. French Cake coklatnya enak!
- Saat perempuan-perempuan berbaju Swedia lalu lalang, langsung deh kami berebutan minta difoto bareng, norak ya J.
- Ada kereta api mini yang keliling skansen, tapi harus bayar lagi. Funicular juga ada, tapi harus bayar lagi juga.
- Aku paling suka berada di centrum desanya, duuh betul-betul serasa berada di masa lalu. Di centrum itu ada batu monumen di tengahnya. Lalu di pinggir jalannya ada warung penjual makanan, permen-permen khas Sweden. Warungnya unik dengan atap rumput. Penjualnya juga pake baju khas Sweden. Dan tentu aja, ada gereja disana, yang sebelahnya ada kuburan. Di depan gereja itu ada lahan buat naro jerami. Dan di dekat monumen batu ada juga restaurant yang modelnya juga khas warung sweden masa lalu. Kalo ga inget waktu, betah deh berlama-lama disini.
- Anak-anak seneng banget berada di kebun binatang. Aik apalagi, seneng banget pas ada di kandang pus. Kandangnya lucu, ada banyak banget dot warna-warni dihias lucu. Malah ada sumur dot segala. Tapi dot nya bauuu. Sepertinya itu dot bekas kucing-kucing.
- Di kandang kambing anak-anak bisa kasih makan kambing pake daun-daun yang ada rantingnya. Amira malah kambingnya dinaekin segala. Sedangkan Aik takut-takut saat ngelus kambing
- Ada normadic animal juga disini, moose dan reindeer adalah binatang yang paling spesial. Selain itu ada beruang dan patung beruang menghadap ke atas, anjing laut dan aquarium juga ada. Sayangnya kami harus bayar lagi kalau mau masuk.
- Dari kebun binatang, kami memasuki area peternakan. Di salah satu rumahnya yang remang-remang ada perempuan Sweden menunggui ‘warung kejunya’. Dia menjelaskan bagaimana proses keju dibuat. Naa di belakang rumah keju itu ada lahan miring yang ujungnya terbuat dari kayu, enak banget buat tempat loncat. Langsung deh kami bergaya loncat disana. Anak-anak hebat berani loncat semua. Tapi ibu-ibu ga ada yang berani, Cuma aku doang hehe. Ternyata difoto dengan gaya lompat itu asik walaupun rada sakit. Tapi aku serasa kembali ke masa anak-anak lagi. Dan saat itu kami puas ketawa-ketawa, menyegarkan hari deh pokoknya.
- Sami camp, unik banget tempat ini. Tempat ini seperti tenda segitiga tapi terbuat dari kayu. Ada nenek-nenek berkepang dan berbaju Sweden di dalamnya yang menjelaskan tentang tempat campingnya orang Sami kalo summer ini. Di dalam tenda ini ada kulit binatang tebel yang dijadikan alas seperti karpet dan ada tempat tidur bayi berbentuk sepatu dari kulit, unik banget.
- Ada rumah tempat lahirnya Arthur, penemu Skansen. Di dalamnya ada ruang tamu, ruang kerja, kamar dan dapur juga. Dapurnya bener-bener jadul banget!
- Ada rumah di atas panggung yang didalamnya kami mendapat penjelasan tentang cara membuat kain/karung dari jerami.
- Ada taman bermain lucu banget dengan 3 ekor domba yang dari jauh bener-bener mirip domba. Kruil-kruil lucu banget bulunya. Disana juga ada jamur-jamur raksasa buat main. Wah orang dewasa aja betah main di tempat ini.
- Rombongan sempet terpisah gara-gara aku dan teman-teman keasikan foto sama patung beruang hehe. Untung akhirnya kami bisa ketemuan lagi di Rose garden.

Begitulah kira-kira gambaran tentang Skansen Open Air Museum. Setelah itu kami sempat ke area Djurjangen lainnya. Sebuah komplek museum dipinggir sungai. Tempatnya indah banget. Ada cafĂ© di pinggir sungai dekat jembatan yang cafenya didekorasi oleh bunga-bunga merah. Ada kapal-kapal parkir di tepi sungai. Wah cantik banget pokoknya. Karena waktu terbatas kami Cuma foto-foto sejenak disana. Ternyata di tempat itu ada Nordic museum, Vasaat museum alias viking museum (yang didalamnya ada kapal viking besar banget), lalu ada juga Junibanken, tempat kalau mau ikut tour cerita anak-anak terkenal ‘Pipi si Kaus Kaki panjang’. Sayang tempat itu sudah tutup karena ketika kami tiba disana sudah jam 6 sore. Alhasil kami cuma foto-foto aja, padahal penasaran juga sebetulnya. Duuh Stockholm memang ga cukup dijelajah dalam 1,5 hari!

Monday, August 11, 2008

Day 3, Stockholm: Gamla Stan (old town)




Day 3: Sabtu, 2 Agustus 2008

Stockholm

Hari ini peserta lebih seger dan lebih bersemangat, tapi juga berangkat agak siang jadinya. Padahal perjalanan dari Karlstad ke Stockholm masih 4 jam lagi. Kami sampe di Stockholm sekitar jam 2 siang dan kami udah kelaperan. Sewaktu mulai memasuki kota Stockholm, aku memperhatikan dinding-dinding tebing batu yang ada di tepi-tepi jalan. Ternyata tebing-tebing batu itu ga dibiarkan begitu aja, tapi dibuat dengan corak tertentu sehingga enak dipandang mata. Dan makin mendekati old town, ternyata Stockholm makin cantik! Apartemen disusun unik dengan tembok warna kuning dan atap berbentuk kubah hitam, banyak juga bangunan dengan dominasi warna merah dengan atap-atap berbentuk unik. Bangunan-bangunan tua nan megah berdiri hampir di setiap sudut kota. Dan yang membuat Stockholm tampak semakin indah adalah karena dimana-mana banyak air! Stockholm memang terdiri dari beberapa kepulauan. Kapal-kapal yang berlabuh di tepi bangunan-bangunan tua, jembatan panjang yang mengitari kota, café-café cantik di pinggir perairan, wah semua membuat Stockholm begitu indah dipandang mata.

Sayangnya, begitu mobil kami parkir di area Gamla Stan (area pedestrian street yang jalannya cukup panjang dan asik), hujan turun cukup deras. Sampai-sampai sambil belanja souvenir kami terpaksa beli payung dan beli sepatu untuk Lala dan Malik yang sepatunya mendadak mangap karena basah. Ga heran kalau kota ini sering mendung dan hujan, karena matahari bersinar di kota ini hanya 2,5 bulan saja dalam setahun. Bahkan ketika winter, cuaca terang hanya 6 jam saja dalam sehari. Wiii biar kotanya cantik tapi kalau cuaca gelap melulu begini mikir-mikir juga kalau ditawarin tinggal disini J.

Area belanja di daerah ini luaas banget, kenyang deh kalau mau belanja. HnM katanya berpusat disini, karena itu toko baju ini banyak bertebaran disini. Dan yang bikin betah berada di Stockholm adalah, restoran Asianya! Yup! Banyak banget resto Asia bertebaran dimana-mana! Hwaa ngiri abiz deh. Di Belanda aja ga sebanyak disini. Berikut harganya murah pulak! Pendatang dari negara lain memang banyak di kota ini. Lalu kami mendadak seperti orang yang ga pernah makan sebulan setelah masuk ke sebuah Thai buffee (namanya Pong restaurant, recommended banget dah). Dengan harga yang ga terlalu mahal untuk ukuran buffee, berikut dalam menunya ga ada babi sama sekali, wuaah berpesta pora lah kami. Mana rasanya enak bangeet, cocok sekali di lidah kami yang penggemar makanan Asia. Buah-buahan tersaji lengkap, bahkan rambutan pun ada. Anak-anak laper mata ngambil rambutan satu piring, dan habis lho! Buah melon, leci, semangka, kumplit deh kaya di kondangan. Salad juga tersedia, ada salad sayuran, salad cumi dan salad ayam. Menu makanannya, wow, bener-bener kaya di hajatan. Ada nasi putih, nasi goreng, kwetiaw yang enak banget, ada sambel goreng udang, cumi tumis, ayam sate, capcay, daging bumbu kari, lumpia, macem-macem deh. Duuh jadi laper pokoknya kalo inget menunya J.

Gamla Stan

Aku suka berada di tempat ini. Walaupun hujan kadang deras kadang rintik turun, tapi aku tetap semangat dong menjelajahi tempat unik ini. Gamla stan berada di salah satu pulau kecil di pusatnya Stockholm. Berada di tempat ini seperti menjelajahi maze kota abad pertengahan. Kota tua Stockholm ini memang mulai ada sejak abad ke-13. Tapi bangunan-bangunan megahnya didirikan pada abad ke 17 dan 18. Katanya gaya bangunan-bangunan di Stockholm banyak terpengaruh dari bangunan di Jerman Utara. Banyak café, restaurant, bar dan tentu saja souvenir shop dengan atribut yang lucu-lucu disini.

Hampir setiap sudut Gamla Stan menarik untuk difoto karena cantiknya. Sayang cuaca kurang mendukung, jadi hasil foto-foto ga terlalu bagus. Kami juga sempat masuk ke jalan tersempit di Stockholm. Namanya ‘Marten Trotzig Grand’ yang lebarnya hanya 90 cm. Ada tangga curam ke atas menuju gang lain. Walaupun tampak agak kusam, tapi jalan ini memang unik. Di Gamla Stan juga ada catedral yang terkenal, tapi kami ga sempat kesana. Lalu ada juga Royal palace. Sebetulnya setiap jam 12 siang ada upacara pergantian penjaga yang cukup asyik untuk ditonton di halaman royal palace ini, tapi waktu kami di Stockholm sungguh singkat, jadi ya ga sempat liat. Saat kami melewati Royal Palace kebetulan sedang ada pergantian satpam. Satpam berbaju tentara berbaris rapi dengan senjata di tangan sambil hormat dan jalan serempak. Anak-anak melongo melihatnya. Lucunya, mereka langsung mempraktekkan apa yang mereka lihat. Rafdi sang komandan, memimpin anak buahnya Lala, Amira dan Malik, berbaris dan berkeliling jalan sambil berbekal payung ditangan. Payung itu dikepitkan di lengan persis seperti senjata, lucu banget ngeliatnya.”Dai-ly..A-gent…Dai-ly…A-gent,” kompak suara mereka menggema di sepanjang jalan. Turis-turis lain tersenyam senyum melihatnya. Malah ada yang langsung menjepretkan kamera melihat kelakuan anak-anak itu. Kelakuan mereka memang lucu sih, setiap orang yang lihat pasti minimal akan melebarkan senyum. Walaupun lama-lama suara keras mereka tentu saja mengganggu orang lain.

Stortorget, square di Gamla Stan

Sayang kami ga bisa berlama-lama di tempat ini karena hujan dan waktu yang mepet. Padahal tempat ini asyik banget menurutku. Dan ternyata stortorget katanya merupakan ‘jantungnya kota’. Ada bangunan cantik didominasi warna merah berdiri anggun disana. Ternyata bangunan itu adalah Borshuset (Stock exchange building) yang didalamnya ada museum noble. Ada pula batu ditengah-tengah square yang merupakan batu pengingat atas tragedi ‘"the Stockholm bloody bath". Tragedi sewaktu lebih dari 100 orang di eksekusi di tempat ini.

Yaa… waktu pun habis. Rasanya belum puas mengitari kota cantik ini. Tapi mobil kami harus segera melaju ke hotel Solna, yang letaknya aduhai ajaib sehingga sempet membuat kami nyasar-nyasar. Di hotel yang berbentuk bungalow ini ternyata ada dapurnya. Horee..bisa masak! Ga lama, langsung deh tersaji menu makan malam tahu goreng dan sayur lodeh. Hmm..yummy!

Day 2, Oslo: Aker Brygge Wharf dan Vigeland Park




Day 2: Jumat, 1 Agustus 2008

Jam 2 pagi kami sampe di Larvik-Norway. Kami ga mungkin mau lanjut jalan ke Oslo, kagok karena udah malem, tapi mau nginep di hotel tentu aja kagok juga. Akhirnya menggelandang lah kami tidur di jalan somewhere outthere. Para wanita dan anak-anak tidur di mobil, alhasil, tidur ga lelap dan pas bangun badan pegel-pegelnya minta ampun. Sedangkan bapak-bapak tidur pake sleeping bag di jalan (yup! asli di atas jalan bo!) Untung aja ga hujan. Kata mereka tidur pake sleeping bag di atas jalan tuh enak dan pules, cuma bau pesing, halaaah mana tahaan.


Setelah cuci-cuci muka di tempat istirahat itu, berikut sarapan roti dan gosok gigi, anak-anak maen sebentar di tempat bermainnya. Aku dan nisa malah sempet pipis jongkok di semak-semak berhubung WC nya jorok. Duh ternyata di luar negeri begini, diriku ngalamin juga pipis di semak-semak, serasa di rumah mbah di kampung pedalaman Jawa sono dah. Sebab saat itu tukang bersih-bersih WC nya belum dateng, makanya jorok, dan pas dateng, ternyata doi cantik bener! Kalo di Indo mesti dah maen film deh :-). Lalu setelah semua beres, kami pun cabut ke Oslo.

Oslo

Pertama kali melihat kota Oslo, penonton langsung kecewa…”Yaa..gariing,” begitu kira-kira komentar penonton. Rasanya dari beberapa kota Skandinavia yang kami kunjungi, kota Oslo memang yang paling biasa (untuk ukuran ibu kota), tidak seindah yang aku bayangkan sebelumnya. Selain karena hari itu cuaca juga panas bangeet dan kami juga dalam keadaan kurang tidur, jadi kurang semangat menikmati kota itu barangkali. Tapi sebagai ibu kota Norway, yang kota-kota lainnya menawarkan pemandangan nan cantik, Oslo memang garing. Walaupun di Karl’s Johans Gate, pedestrian streetnya lumayan menarik juga sih. Mungkin karena ga banyak bangunan-bangunan tua yang biasanya bikin kota jadi cantik ya. Kota Oslo rasanya lebih banyak campuran antara bangunan modern dan bangunan tua. Tapi bagi yang suka museum, Oslo mungkin akan menampilkan inner beauty nya karena di kota ini banyak sekali museum, seperti Viking Museum, Norsk Folk Museum, Oslo City Museum dan juga museum noble.

Tujuan utama kami sebetulnya ke Aker brygge wharf, alias pelabuhan yang katanya jadi ‘Oslo’s number one meeting place’ dan salah satu atraksi utama di Oslo. Tapi kami sempat nyasar-nyasar, karena mobil kami banyak melewati terowongan dan si Tomtom salah kasih petunjuk. Jadilah akhirnya kami berfoto-foto sejenak di pelabuhan kecil yang namanya entah apa.

Aker Brygge wharf

Siang hari kami tiba di Aker Brygge Wharf. Seperti biasa, mobil kami harus keliling-keliling dulu cari tempat parkir. Dan ternyata bayar parkirnya per jam bikin melongo, 7 euro per jam! Aje gilee di Amsterdam aja Cuma 3 euro/jam. Wah Norway memang negara mahal! Setelah kebutuhan ibu-ibu belanja souvenir (yang juga muahal ihiks) dan perut juga sudah diisi, kami mulai menikmati kota. Ga heran kalau aker Brygge disebut sebagai tempat meeting point, karena selain pelabuhan, disini juga ada shopping mall besar, café, restaurant, dan beberapa museum. City hall dan museum noble juga ada di sekitar area ini. Di dalam city hall ada ruangan luas yang dindingnya dipenuhi dengan lukisan. Disitu lah rupanya setiap tanggal 5 Desember nobel perdamaian diberikan. Anak-anak malah asyik membaca buku kisah Troll. Lala bahkan ga mau pergi dari tempat itu sebelum menamatkan buku kisah Troll, legenda makhluk aneh dari Norwey. Si pemilik toko sampe mengingatkan supaya bukunya ga ditaro di bawah.

Di Aker brygge wharf ini ada pelabuhan tempat kapal-kapal yang menawarkan tour boat berlabuh. Di ujung sebelah kiri kalau kita memandang dari arah city hall, kita bisa melihat Akershus Castle, yang dibangun pada abad ke-12 oleh King Haakon Magnusson sebagai benteng pertahanan Oslo. Di akershus ini sebetulnya ada museum perang, dan juga gereja. Tapi karena panas dan lelah kami hanya masuk sebentar saja ke castle ini. Pemandangan dari atas Akershus ke pelabuhan lumayan indah. Anak-anak juga sempat bermain-main dibawah pohon yang rindang. Saat sedang berteduh di bawah pohon kami melihat sepasang pengantin yang baru menikah dan seorang penjaga dengan pakaian unik khas tentara Oslo. Ya begitulah hasil sight seeing Oslo setengah hari ini. Kesimpulannya Oslo tidak seindah yang dibayangkan deh.

Vigeland Sculpture Park

Walaupun dari website-website tentang Oslo yang kubaca katanya Vigeland Park ini merupakan ‘highlight’ yang tidak boleh terlewat, tapi kami sempat membatalkan acara ke tempat ini. Sebab setelah liat di websitenya, weleh isinya patung nudis semua! Tetapi berhubung penasaran, ya sudah lah mampir sebentaar aja, ga sampe satu jam. Untungnya di depan taman ada taman bermain anak-anak yang lumayan besar. Jadi aman deh, anak-anak ga perlu ikut melihat taman ini.

Taman ini dibuat oleh Gustav Vigeland. Konsepnya jadi tahun 1907, tapi baru mulai dibikin tahun 1924. Kalau melihat dari sisi sebuah karya, mengapa tempat ini jadi highligt mungkin karena idenya memang unik. Taman ini seluruhnya berisi patung nudis dengan berbagai tema. Ada ibu sedang menggendong anaknya, ada kakek-kakek, bapak menggendong banyak bayi sampe ke kaki-kakinya, ada patung orang pegangan tangan dibuat berbentuk lingkaran yang katanya menunjukkan ying dan yang, ada patung anak dengan muka marah kaya monster, ganjil deh. Tapi rupanya patung anak yang disebut ‘The little hot-head’ ini terkenal lho. Dan katanya lagi yang terkenal banget di tempat ini adalah ‘monolith’, tumpukan patung manusia yang menjulang hingga sekira 14 meter.

Setelah dengan kilat jalan ke atas dan melihat-lihat kami segera balik ke mobil. Hmm lumayan lah udah ga penasaran lagi. Rupanya ide kreatifitas manusia memang aneh-aneh ya. Lalu kami langsung cabut ke hotel Ibis di Karstad, kota diantara Oslo dan Stockholm dengan perjalanan sekira 3,5 jam dari Oslo. Sampe hotel langsung deh ibu-ibu masak Kimchi pake timun, sambil takut ketahuan sama pihak hotel. Untung Everything is under controle. Duuh si kimchi seger bangeet, enaak! Setelah itu tidurlah kami dengan pulas, tidur balas dendam!

Sunday, August 10, 2008

Perjalanan Membelah Skandinavia (31 July - 8 Agustus 2008), Day 1




Liburan summer kali ini betul-betul full buat aku. Baru pulang dari Turki, istirahat rasanya belum kenyang, malah diarynya aja belum selesai semua ditulis, lah tau-tau udah pergi lagi. Hmm gimana ya, tawaran E-travel untuk membelah Skandinavia menarik banget euy, sayang kalau dilewatkan. Pulang-pulang dari Norway baru istirahat dua hari, tau-tau anak-anak besok dah masuk sekolah, bener-bener hari berlalu tanpa terasa rasanya. Dan perjalanan membelah Skandinavia ini seruu! Malah pake ada acara menggelandang tidur di somewhere outthere segala lho. Dan ternyata Norway memang indah bangeet! Ga nyesel deh. Biar kata duit cekak abis-abisan yang penting heppiii hihihi.

Kamis, 31 July 2008
Day 1: Groningen-Aalborg-Hirtshal

Groningen-Aalborg:

Kami berangkat dari Groningen jam 6 pagi. Dengan dress code warna pinky, peserta jadi tambah manis-manis deh (Pede mode on). Perjalanan ke Aalborg, Denmark, sekitar 8 jam. Suasana di mobil selama perjalanan dari pergi sampe pulang lucu juga. Kadang dalam mobil sepi karena peserta pada tidur, hanya terdengar suara irama ngak ngik ngok bergantian dari arah belakang (maap-maap aku ga sebut nama lho xixixi). Kadang anak-anak merengek kelaperan, yang tua juga sama :-). Tapi kadang semua hepi sambil main tebak-tebakan. Kadang suasana heboh (apalagi kalau perut udah kenyang) karena anak-anak ribut sendiri sementara ibu-ibu pun bergosip sendiri, dan bapak-bapak yang duduk di depan juga ga mau ketinggalan, asik ngomongin politik.

Di awal perjalanan, cerita hantu penampakan permintaan Rafdi masih sering kedengaran. Tapi lama-lama para pendongeng kehabisan stok :-). Cerita pun berganti ke cerita lucu-lucuan. Yang paling diminati anak-anak sampe diminta berkali-kali adalah cerita ‘Mbok Bariyah’ ala pak Eko. Berkali-kali diceritain masih aja anak-anak pada ketawa, heran deh hehe. Kadang di dalam mobil ada juga suara-suara nyanyian terdengar, yang kalau suaranya mendadak fals pasti jadi bahan ketawaan :-). Lagu yang menjadi hits di awal perjalanan adalah lagu ‘Ketahuan’ yang dipopulerkan oleh Uyung,”O..O..kamu ketahuan, pacaran lagi dengan dirinya…” Wah semua peserta dan anak-anak pun sampe hapal tuh bagian reff itu hehe. Dan di akhir perjalanan, lagu ‘pocong’ yang bikin anak-anak ketawa kegelian mendadak populer setelah berkali-kali dinyanyikan oleh pak Eko dengan gayanya yang kocak. “Cong pocong pocong pocong, makannya kue pancong.” Nah lho sampe rumah anak-anak masih ketawa dan hapal kalo nyanyiin lagu itu hehe. Seru kaan :-).

Di tengah perjalanan ke Aalborg, kami sempat makan siang di salah satu pom bensin yang ada tempat istirahatnya. Duh asik banget, botram, membuka perbekalan. Menunya pun masih fresh, daging suwir, telor kentang, teri balado dan timun. Hmm yummiii! Orang-orang di sekitar kami sampe pada ngeliatan, “orang kampung dari manakah ini?” gitu kali ya pikir mereka hehe. EGP deh yang penting makan nikmaat!

Aalborg

Kami menjelajahi kota ini tak lama. Hanya sekira 2 hingga 3 jam saja. Disini kami mengunjungi centrumnya tentu saja. Kami sempat beli es krim. Dan dari toko es krim ini lah hutang piutang diantara peserta yang membingungkan berawal. Karena kemudian kami mengunjungi 3 negara berbeda dengan mata uang berbeda, sementara kadang toko atau restaurant tidak menerima maestro card. Maka sering terjadi pinjam meminjam uang. Akibatnya, pusiing deh itung-itungannya hehe.

Kota Aalborg menurutku biasa-biasa aja, lebih cantik Groningen malah. Kami sempat melewati bangunan Jens Bang Stenhus yang letaknya bersebrangan dengan tourist info. Bangunan ini dulunya rumah orang kaya, Jens Bang yang dibangun di abad ke-17. Lalu kami pergi ke arah pelabuhan. Disana ada air mancur dengan anak-anak tangga yang lucu. Setelah kongkow-kongkow sejenak menikmati pemandangan, dan anak-anak sempat main air sejenak, kami balik ke mobil sambil melewati HelligĂĄndsklostret (Monestary of the Holy Ghost). Tempat ini merupakan gereja , dibangun tahun 1431 dan masih digunakan hingga sekarang.

Karena masih ada waktu, kami mampir juga ke kuburan Viking, nenek moyangnya orang Norway yang terletak di daerah Noerresundby, pinggiran kota Aalborg. Awalnya suasana agak mencekam karena pengunjung hanya kami dan beberapa orang saja. Tapi ternyata menarik juga membaca cerita tentang kuburan tersebut. Yang awalnya kami enggan berfoto di tempat itu, laah ujung-ujungnya teuteuup narsis dimana pun kapanpun hehe. Ada sekira 682 makam yang ditemukan ditempat itu pada tahun 1952. Kebanyakan yang dikubur disana adalah para tentara Viking. Malah ada yang dikubur bersama anjingnya. Kuburannya lucu, satu kuburan dikelilingi batu-batu melingkar. Katanya malah ada beberapa mayat yang sudah dikremasi lalu dikubur juga.

Hirtshal dan Naik Ferry Denmark-Norway

Kami sampe pelabuhan Hirtshal sejak jam 8 malem, padahal kapal berangkat masih dua jam kemudian. Tapi antrian mobil memang sudah banyak. Di belakang kami ada sebuah mobil yang juga berasal dari belanda. Dalam mobil itu ada sepasang suami istri dan anjing mereka yang berwarna hitam. Anak-anak asyik maen bola, lalu digonggongin sama anjing. Mereka juga sibuk mencari kepik yang banyak menclok di batu-batu dekat pantai. Setelah sempat makan malam di mobil, sambil menunggu kapal, emak-emak makan kuaci, sampe kulitnya bertebaran kemana-mana. Pas mau sunset, kami juga sibuk foto-foto, berlomba-lomba mendapatkan foto burung.

Kapal brangkat jam 10. Kapalnya keren banget kaya kapal pesiar. Ada supermarket, ada restorant, ada café, ada tempat mainan anak-anak, tempat internetan, dan ada kursi-kursi nyaman di dalamnya. Di luar ruang kapal disediakan kursi-kursi bagus untuk memandang lautan. Pokoknya jauh deh kalau dibandingkan dengan kapal Ferry di Indo. Dan kapal ini bersih bangeet, ga ada bau-bau ga enak (ups ada denk bau kaki orang yang tidur hehe), berikut di beberapa tempat lantainya di alasi karpet tebal, nyaman banget deh. Hii norak ya dakuw, abis pegimane ye, memang baru pertama kali ini sih aku melihat kapal ferry nya orang bule.

Setelah sempat icip-icip chesee cake di cafenya, dan jalan keliling-keliling kapal, kami pun mencoba untuk mencari posisi tidur,dan tidur dengan berbagai posisi. Anak-anak? Sibuk berpetualang, heboh lari-larian dan blas ga tidur sampe kapal mendarat di Larvik jam dua pagi. Hmm..energi mereka emang luar biasa!

Saturday, August 9, 2008

Just the Two of Us in Turkey




Transportasi di Turki




Day 13, Istanbul-Duesseldorf-Groningen




Day 12-13, Istanbul: Grand Bazaar,Bosphorus Tour dan Kembali Pulang




Grand Bazaar

Siapa yang tak kenal Grand Bazaar di Istanbul? Pasar tradisional yang umurnya sudah berabad-abad ini merupakan salah satu 'covered market' tertua dan terbesar di dunia. Dibangun tahun 1461, Grand Bazaar kini bisa menyedot 250.000 hingga 400.000 pengunjung tiap harinya. Gimana enggak, ada 58 jalan-jalan antar lapak dan 1200 toko! Dijamin seharian baru kelar deh ngelilingin ini pasar.

Uniknya, di pasar ini di setiap blok nya ada mesjid kecil. Mesjid ini terletak di lantai dua, kalo waktu sholat tiba, muadzin akan naik ke mimbar mungil yang menonjol ke arah toko-toko, lalu dia akan adzan. Wah pokoknya berasa di padang pasir deh hehe. Apalagi barang-barang yang dijual disini juga segala macem barang ala Timur Tengah ada. Tentu aja, yang paling banyak ya barang khas Turki, evil eye dibuat berbagai bentuk, mulai dari kalung, gelang, souvenir sampe pajangan rumah.

Kalo ke pasar ini jangan lupa beli Turkish delight, lokum. Enak deh rasanya kaya moci. Dan jangan lupa juga beli apple tea khas Turki. Wuah pokoknya buat yang demen belanja, laper mataaaa!

Hipodrome dan German Fountain

German Fountain hiasan kubahnya baguus banget, paduan kaligrafi warna emas dan biru. Germain Fountain ini merupakan gazebo atau pavilion dan fountainnya dipake untuk wudhu. Bangunan ini dibuat waktu raja German Wilhelm II mau berkunjung ke Turki. Jadi dibuatnya di jerman, satu per satu diangkut ke Turki.

Dari Grand Bazaar kami mampir sejenak ke Hipodrome dan obelix di sebelahnya Blue Mosque. Hipodrome ini dulunya merupakan centernya Istanbul waktu jaman kekuasaan Byzantium dan Constantinople.

Bosphorus Tour

Sebetulnya kami udah males ikut tour ini, karena udah hari terakhir di Turki rasanya udah capek banget. Tapi anak-anak semangat banget. Waktu dari Istanbul mau ke Cappadoccia karena lupa ngunjungin Hipodrome, Aik bilang gini,"Bunda, Aik mau ke Turki lagi, kita belum ke Hipodrome." Yaelah Naak, masih juga hari ketiga di Turki udah pengen balik lagi ke Turki hehe. Ya wes lah daripada nanti ditagih lagi sama Malik akhirnya kami putuskan pergi. Sambil istirahat juga seh, soalnya pesawat kami berangkat shubuh dan kami berencana nginep di airport, jadi ya ngabisin waktu di Istanbul sekalian deh.

Untuk ikut tour ini, kita bisa naik dari pelabuhan Eminonu. Berhubung seberangnya pelabuhan Eminonu ini adalah Yeni Camii, alias mesjid baru yang di sebelahnya terdapat Spice market, jadilah aku mampir dulu di Spice market. Spice market terkenal dengan isinya yang penuh jualah rempah-rempah khas Turki meskipun souvenir dan makanan juga ada.

Yang menjadi highlight di perjalanan Bosphorus tour adalah kami bisa melihat daratan Asia, karena jembatan Bosphorus ini jembatan yang menghubungkan dataran Eropa dan Asia. Kami melewati banyak bangunan-bangunan cantik termasuk istananya raja Turki setelah pindah dari Topkapi Palace, namanya Dolmabahce palace. Kami juga melihat city wall europe-asia, sambil ga jelas juga sih karena udah kecapean.

Setelah ikut Bosphorus tour, kami cobain dinner di deket Eminonu, ternyata mahal dan tidak enak seafoodnya hiks padahal udah ngebayangin seafood ala pangandaran.

Lalu kami cabut ke airport dan mengambil barang-barang yang sudah disimpen di locker airport, berkemas-kemas dan siap-siap tidur. Airport Attaturk tengah malam ternyata ramee banget. Untung anak-anak bisa tidur sambil beralaskan apa aja yang diambilnya dari koper. Pagi harinya sampailah kami di Duesserdorlf lalu kami pun berkereta pulang ke Groningen.

Turki negara yang indah, dan banyak tempat indah lainnya yang belum aku kunjungi, suatu saat yaaa mudah-mudahan ada kesempatan lagi...

Day 11, Pamukkale




Pamukkale artinya 'cotton castle'. Di foto-foto dalam website pas aku hunting tempat tujuan, tempat ini kayanya indaaaah banget. Tapi ternyata tempatnya ga seindah dalam foto, rada-rada kuciwa soalnya jalan untuk ke tempat ini penuh perjuangan bener Jam 17.30 kami naik bus dari Antalya ke Denizli dulu. Sampe Denizli jam 9 malem, harus nunggu bus Denizli-Pamukkale selama 1 jam. Jam 10 malam mini bus yang umpel-umpelan itu baru berangkat. Busnya butuut banget, berasa di negara antah berantah deh pokoknya karena masuk pelosok-pelosok kota kecil gitu. Setelah sampe di Pamukkale, mau ke hotel bingung, katanya cuma 200 m, tapi tanya orang katanya jauh. Untung ga lama ada mobil khusus dari hotel Venus jemput kami, alhamdulillah ga perlu jalan, karena udah jam 11 malem teler bo!

Tapi ya lumayanlah anak-anak seneng. Hotel Venus yang kami tempati asik meski murah. Pantesan tempat ini jadi hotel recomended no 1 kalo liat review di website-website.

Besok paginya baru kami pergi ke tempat atraksi. Di Pamukkale ini ada air panas dan travertines (a terrestrial sedimentary rock, formed by the precipitation of carbonate minerals from geothermally heated hot-springs, terjemahin sendiri deh artinya puyeng kalo udah urusan sama geologi xixixi).

Untuk menuju tempat ini kami harus jalan cukup jauh dari hotel 2 kilo apa 3 kilo ada kali, dan lagi-lagi problemnya adalah, panaaas! Meski ga sepanas di Konyaalti beach tapi ya panas. Jadi daripada terpanggang matahari, siang-siang kami malah istirahat sejenak di sebuah cafe, lamaa bener istirahatnya padahal pesen makannya cuma dikit hehe.

Yang unik, ada makanan khas daerah Pamukkale, namanya Gozleme, sepertinya bahannya sama kaya bikin kulit martabak, tapi ditambahin daun bawang. Dan bikinnya dengan tangan kosong dong, yang kebersihannya hmm wallahualam bissawab.

Setelah jam dua an barulah kami naik ke traventines. Anak-anak seneng banget berendem disana, berikut ayahnya. Oiya celananya malik yang dijemur hilang, aik sempet nangis karena kehilangan celananya. Tapi anak-anak ya seneng aja karena puas berenang. Hasilnya kulit anak-anakku makin gosong song! Eh lucunya, di tempat ini kami ketemu sama pemilik hotel pas di Antalya, anak-anaknya lucu-lucu montok-montok.

Day 10, Antalya: Konyaalti Beach




Pantai ini indah sih, tapi panasnyaaa ampuun, 45 derajat C! Jadi aku mendadak kehilangan jiwa narsis deh disini, lebih banyak baeud hehe. Rasanya udah ga nikmat lagi dalam cuaca sepanas itu, terutama perjalanan dari hotel menuju pantai.

Oya, untuk pergi ke pantai ini harus naik tram dulu dari city center old town, tapi setelah itu ya jalan lagi, jauuuh! Pokoknya berjalan jauh di tempat sepanas itu penderitaan deh. Maklum lah budget traveler, pengiritan jadinya kami ga pake taksi-taksian yang ber AC.

Untungnya pas di pantai rada seger karena ada angin. Tapi pas mau ke kota lagi haduuuh...mana naik pulak jalannya, wadaw ! Anak-anak sepanjang jalan juga rewel, untungnya setelah nyemplung di pantai sih seneng aja dan gosooong!

Kalau mau berjemur dan bersantai di tempat ini, udah ada kapling-kapling khusus, makin jauh makin murah bayarnya. Pokoknya inilah tempat yang palling membuatku menderita selama di Turki hehe.

Day 9, Antalya: Old Town dan Antalya Harbour




Old Town Antalya kota yang cantik. Tapi kalo summer, panasnya maaak, ampuun!
Saking panasnya, di deket Hadrian gates saat itu banyak orang-orangtua kongkow-kongkow cari kesejukan.

Sebetulnya banyak tempat menarik di kota pinggir Antalya. Roman, Byzantine, Seljuk dan Ottoman- architecture serta cultures banyak dijumpai di kota ini. Tapi kami betul-betul ingin menikmati kota old town nya aja. Anak-anak lebih seneng berenang di hotel. Hotelnya meski murah tapi ada kolam renang mungil.

Yang bisa dinikmati di old town Antalya (Kaleici: historical centre di Antalya) sambil jalan kaki:
- Kesik Minare alias broken minaret.
- Hadrian Gates, dibangun pada abad ke 2 M, dijaman Romawi, untuk menghormati raja Hadrian.
- Pasar Antalya
- Clock Tower
- Yilvi minaret, simbol kota Antalya yang letaknya di pusat kota.

Jadi jalurnya dari Hadrian gates, jalan lewat pasar, nanti keluar ujungnya ada patung Atalos II, dari situ keliatan semua deh Yivli Minaret dan clock Tower, karena pusat old Town Antalya ada disitu.

Yang jauh lebih cantik menurutku adalah old harbournya. Pantes kalau old harbour ini sempet dapet award katanya. Perpaduan antara pelabuhan yang bentuknya melengkung, kapal-kapal dan gunung-gunung di kejauhan membuat Antalya old harbour jadi tempat yang menyedot turis.Ada paket-paket perjalanan naik kapal ke tempat-tempat asik di sekitar pantai Antalya, banyak juga resto-resto menjual seafood, tapi mahal bo! Ya pasti lah sebab, tempatnya memang cantik. Pokoknya old town Antalya ini termasuk recomended destination bagi yang suka pantai.

DI tempat ini kami bertemu beberapa orang Turki yang tinggal di Belanda. Ada yang nyetir sendiri 3 hari sama keluarga, ada juga yang naik pesawat. Mereka tentu aja bisa bahasa Belanda dan mengajak Malik dan Lala ngobrol bahasa Belanda.

Day 7 and 8, Konya




Konya adalah kota yang kabarnya paling agamis di Turki. Tak salah memang, karena ketika aku menginjakkan di kota ini, jumlah orang yang berkerudung sungguh banyak, yang sholat di mesjid juga banyak.Kota ini menurutku agak gersang, apalagi di stasiunnya. Tapi setelah berada di pusat kota, dimana mesjid Sultan Semi berada, barulah terasa agak rimbun karena ada taman besar dan banyak pohon. Dan yang rada ajaib di kota ini, hotelnya murah banget! Tapi kalau di bulan Desember hotel-hotel sering penuh dan harga naik karena selalu ada acara memperingati kelahiran atau kematian Rumi ya lupa deh. Jadi semua pengagumnya dari seluruh dunia biasanya datang berkunjung.

Mevlana Museum
Di kota inilah makam Jalaludin Rumi berada, tepatnya di bawah kubah hijau dalam Mevlana museum. Mevlana museum ini menjadi atraksi paling menarik di Turki. Kebanyakan pengunjung datang ke Konya selain ingin melihat tarian Rumi yang terkenal (Whirling dervhishes) juga ingin mengetahui sejarah Rumi dan berziarah ke makamnya. Semua orang mengadahkan tangan berdoa ketika tiba di depan makam Rumi. Sebelum masuk area makam, semua orang harus pake 'kaos kaki' plastik warna biru, jadi ga boleh pake sepatu. Bule-bule dan turis yang ga berkerudung pun mendadak harus beli kerudung diluar karena untuk masuk ke dalam museum ini harus pake baju sopan. Di dalam museum ga boleh foto, tapi yang jelas sejak masuk sampe keluar ruangan, iringan suasana musik yang shahdu dipadu cahaya remang artistik membuat pengunjung larut dalam suasana.

Selain ke Mevlana museum kami juga istirahat sejenak di mesjid Sultan Selim, yang letaknya persis di sebelah Mevlana museum. Sore-sore pas baru aja datang, kami juga menyempatkan diri untuk pergi ke Alaadin mosque di Alaettin Hill, mesjid ini dulunya dibangun saat Sultan Seljuk era, usianya sudah lebih dari 1000 tahun. Di mesjid ini dulu Rumi juga suka sholat.

Jalan sedikit di sekitar Alaadin Mosque ini ada Ince Minare madrese, yang dulunya merupakan sekolah agama di abad 13, tapi sekarang sudah berubah jadi museum batu dan wooden inscriptions. Lucunya di tempat ini karena sudah tutup, kami cuma foto-foto di depannya, lalu satpam ngeliat kami. Akhirnya kami diajak ngobrol dan disuguhin teh. Salah seorang dari mereka bilang,"Cariin aku jodoh orang Indonesia dong," katanya hihi. Dia serius ngasih nama dan alamat email.

Day 6, Cappadoccia Tour




Goreme Open Air Museum, Pasabag Valley, Drevent Valley, Avanos, Kaymaykali underground city, Pigeon valley, Uchisar, Urgup

Menjelajahi Cappadocia yang indah tidak mungkin kita lakukan dengan jalan kaki. Medannya yang berliku dan saling berjauhan mau ga mau mengharuskan kita ikut tour. Kalau kita bisa sewa mobil sendiri lebih asyik sebetulnya, karena biaya tour lumayan mahal juga.Tapi karena tidak ada pilihan lain, jadi kali ini kami ikut tour yang ternyata private, padahal tau gitu ikut yang rame-rame aja. Tapi sayang tour yang sudah kami booked udah ga bisa di cancel. Ya ga pa pa juga sih sekali-kali ngerasain seperti orang kaya yang selalu ikut tour private J. Enaknya, tour yang kami pilih ini udah bisa mengunjungi hampir semua tempat ‘highlight’ di Cappadocia. Walaupun agak terburu-buru, tapi setelah dijelaskan oleh guide kami, suamiku masih sempat menjelaskan ulang ke anak-anak.

Goreme Open Air Museum (GOAM)

Tour guide kami bernama Faiza. Dia seorang gadis Turki asal Nevsehir. Umurnya kira-kira 28 tahun. Bahasa Inggrisnya sebetulnya kurang bagus untuk ukuran seorang tour guide. Tapi ya gimana lagi, dia yang nongol menjemput di hotel kami, masak mau disuruh pergi hehe. Dia datang bersama seorang supir tua bernama Mehmet. Di Turkey nama Mehmet pasaran buanget. Kami dijemput dengan mobil model kijang gitu, tapi lebih nyaman dan keren. Duh noraknya daku, setelah bertahun-tahun naek sepeda terus kemana-mana gitu loh. Wah pokoknya berasa jadi orang kaya deh xixixi.

Kami langsung dibawa ke GOAM yang letaknya tak jauh dari desa Goreme. GOAM ini daerahnya berbukit-bukit batu. Di beberapa tempat terdapat banyak ‘fairy chimney’ yang di dalamnya ada gereja-gereja peninggalan jaman Byzantium. Katanya gereja ini dibuat oleh para pendeta di abad 10 hingga 12. Jangan bayangkan gereja yang megah dan mewah. Gerejanya ya berada di dalam gua yang sempit itu. Hanya ada altar kecil ditengah, beberapa kuburan dan lukisan-lukisan para santa di dinding dinding gua. Khas yang bisa diliat di GOAM ini memang lukisan-lukisan di dinding gua gereja. Nama gerejanya dibuat oleh orang setempat. Ada Apple church, santa barbara church, snake Church, Sanders Church dan lain-lain. Mereka mengajarkan ajaran Kristen dulu lewat gambar-gambar di dinding karena pada saat itu orang belum bisa baca tulis. Di salah satu gereja ada lukisan Jesus waktu masih muda. Lalu di gereja yang lain ada lukisan seorang pendeta berpayudara besar tapi berjenggot. Rupanya dulu ia adalah pendeta perempuan yang ingin menjadi laki-laki. Gambarnya unik-unik deh. Aku jadi melihat orang jaman dulu yang tampaknya lebih dekat dengan Tuhan, ga seperti orang di jaman sekarang yang makin lama makin sekuler.

Pasabag Valley alias Monk Valley

Setelah melanjutkan perjalanan lagi, kami berhenti di sebuah lembah. Lembah ini punya keunikan tersendiri karena ujung-ujung batu berbentuk chimney itu seperti berkepala. Di dalamnya terdapat banyak lubang-lubang. Rupanya batu berlubang ini dulu dijadikan para Monk untuk tempat bermeditasi. Mereka bisa bermeditasi disana selama 1-2 bulan. Karena itu lah lembah ini disebut Monk Valley

Drevent Valley
Lembah ini disebut juga Imajinary Valley. Selama perjalanan ke lembah ini Faiza bercerita tentang proses terjadinya keunikan daerah Cappadocia. Cappadocia artinya ‘the land of beautiful horses’. Dulu, jutaan tahun yang lalu ada sekira 3- 6 buah gunung berapi di area ini, yang kemudian meletus dan mengeluarkan material yang membentuk batu-batuan. Akibat banjir dan erosi, batu-batuan itu terkikis, tapi hanya sampai bagian ‘leher’ nya saja. Karena itu lah formasi batu-batuannya seperti membentuk kepala.

Ada cerita versi lain yang menjelaskan kenapa daerah Cappadocia formasi nya menjadi seperti susunan cerobong asap. Tapi ini hanya mitos belaka. Katanya orang jaman duluuu sekali, yang pertama kali datang ke Cappadocia masih percaya sama peri-peri. Dan mereka percaya bahwa dulu peri-peri tinggal di dalam tanah. Batu-batuan berbentuk cerobong asap itu adalah cerobong-cerobong asap rumah para peri. Hmm…ga masuk akal banget kan. Yaa namanya juga mitos J.

Kembali ke Drevent Valley, di lembah ini banyak sekali formasi batu-batuan yang bentuknya lucu-lucu dan aneh. Kita bisa melihatnya sebagai bentuk apapun sesuai imajinasi kita. Itu lah sebabnya lembah ini disebut juga Imajinary Valley. Yang paling terkenal di lembah ini adalah batu berbentuk Onta, dan memang bentuknya persis banget Onta. Lala dan Malik aku minta untuk berimajinasi melihat batu-batuan itu. Lala menemukan batu berbentuk kepala lumba-lumba, kangguru dan marmut. Sedangkan Malik melihat huruf H dan kepala hiu. Pokoknya bebaskan pikiran sebebas-bebasnya dan kita akan melihat bentuk batu beraneka rupa sesuai imajinasi kita.

Sarikaya Cave Resto Uranos
Tak terasa, siang sudah menjelang. Perut tentu saja keroncongan. Kami ga menyangka kalau kami bakal dibawa ke restoran yang super unik. Mobil membawa kami ke sebuah daerah bernama Uranos. Dari kejauhan kami melihat sebuah bukit. Memang bukit itu terkesan garing dan biasa-biasa saja. Tapi uniknya di bawah bukit ada bangunan seperti pintu besar yang di depannya ada sepasang patung burung elang. Di dinding sebelah atas tertera tulisan,”Sarikaya Cave Restaurant’. Wow, restaurant dalam gua rupanya? Batinku. Lalu Faiza mengajak kami masuk. Dan ternyata..eng..ing..eng, benar saja, restorant ini memang berada di dalam gua si bukit itu! Tapi tentu saja sudah didekorasi sedemikian rupa sehingga menjadi nyaman dan enak dipandang.

Di dalam ruang utama sudah banyak turis yang rupanya makan disana juga. Kayanya semua turis yang ikut tour dibawa makan ke tempat ini deh. Makanannya lumayan enak. Pottery kebabnya paling enak diantara pottery kebab di tempat lain yang pernah kumakan. Dan baklava nya dong, duuuh… the best baklava in my life deh, ceilee J. Rasa baklava nya ga terlalu manis, ga giung, tapi gurih manis, waah pokoknya toop banget!

Baru pertama kali ini aku makan kumplit ada appetizer, makanan utama dan dessert. Berasa orang kaya bener hehe. Appetizernya dua macam sup, sup lentil yang dikasih daging asap dan sup bayam. Menu utama disini memang pottery kebab, tapi aku pilih ikan. Sayangnya ikannya bener-bener ga dibumbuin apa-apa Cuma dipanggang doang. Tinggal kita sendiri yang kasih bumbu jeruk nipis dan garam, waah nyesel tau gitu pesen pottery kebab deh. Dessertnya ya si baklava yang uenak tenan itu dan buah-buahan.

Asyiknya lagi, di tengah-tengah ruangan ada pemusik yang memainkan musik khas Turki. Pemusik ini jadi kerubungan anak-anak dan tentu aja jadi objek foto juga.

Avanos
Saat mobil berjalan menuju Avanos, pemandangan sedikit berubah. Di pinggir-pinggir jalan berbukit ini aku melihat kebun kentang, melon, anggur dan buah apricot tentu saja. Buah bulat berwarna kuning itu memang banyak tersebar dimana-mana di Cappadoccia. Malik senang mengambil apricot yang berjatuhan di tanah dan mencicipinya. Ternyata rasanya manis!

Tak lama, mobil kami telah parkir di depan sebuah rumah. Rumah ini mengingatkan aku pada rumah- rumah di Indonesia. Rumah besar dan tua dengan halaman yang luas. Seorang pria paruh baya menyambut kami.”Ibrahim,” katanya mengulurkan tangan pada suamiku. Ibrahim rupanya adalah salah satu pemilik pottery maker ini. Perusahaan keluarga milik Ibrahim telah berjalan puluhan tahun. Kami memasuki sebuah ruang workshop. Seorang lelaki berkacamata menyambut kami. Ibrahim yang bahasa Inggrisnya cukup bagus, langsung memintanya untuk mempraktekan cara membuat keramik.

Pria itu mengambil segumpal tanah liat yang kemudian dicelupkannya ke dalam air. Diremas-remasnya si tanah liat lalu ia meletakkan tanah lempung itu diatas sebuah alat putar. Alat putar bekerja bila ia menggesek-gesek kakinya ke kaki alat. “Misi Aik ketemu!” sahut Aik. Misi Aik kali ini memang mencari mesin pembuat pottery. Lala dan Malik terpukau melihat bagaimana segumpal tanah liat berubah menjadi sebuah botol keramik dengan pinggang di tengahnya. Pria yang sudah bekerja selama 17 tahun bersama Ibrahim itu memegang-megang bagian atas botol dengan telunjuknya. Dan taraa! Ujung atas botol keramik berubah menjadi seperti bunga. Botol keramik ini harus dikeringkan selama 2 minggu sebelum kemudian diproses lebih lanjut.

Kami kemudian dibawa masuk ke showroom milik Ibrahim. Wow! Aku tak menyangka, rumah yang dari depan tampak biasa-biasa ini, ternyata memiliki show room begitu luas. Piring-piring keramik beragam jenis bergantungan di dinding, mulai dari yang murah hingga yang paling mahal. Di tengah-tengah ruangan, segala jenis keramik mulai dari kaligrafi, gambar bunga, lukisan manusia terpajang di atas meja. Malah di sebelah pojok ruangan ada keramik gentong raksasa setinggi pinggangku.

Lalu kami bertemu lagi dengan seorang lelaki berkacamata yang sedang mengukir sebuah piring besar. Rupanya setelah tanah liat menjadi sebuah piring, proses selanjutnya adalah menghias keramik tersebut. Untuk melukis di piring sang pelukis harus membuat polanya terlebih dulu. Setelah pola jadi, baru lah ia bisa melukisnya dengan berbagai warna. Dan ternyata ia tak boleh melakukan kesalahan, karena salah sedikit saja si piring akan cacat. Karena itu proses melukis di atas keramik harus dilakukan dengan hati-hati sekali. Tak heran kalau akhirnya piring besar ini baru selesai dikerjakan setelah 2 bulan! Hmm..kebayang betapa harus telatennya sang pelukis.

Sambil melihat keramik-keramik pajangan, Ibrahim menjelaskan tentang arti lambang bunga tulip yang menjadi simbol negara Turki. Rupanya saat jaman Ottoman, orang-orang kerap mengekspresikan cinta lewat bunga tulip. Mereka pun menggambarkan bunga tulip dalam lukisan-lukisan sebagai lambang cinta. Tulip merupakan lambang cinta bagi mereka. Itu lah sebabnya lantas negara Turki mengambilnya sebagai simbol negara.

Kaymaykali Underground city

Kami keluar dari rumah Ibrahim pukul empat sore. Tour kami akan berlanjut ke Kaymaykali Underground city. Kota di bawah tanah ini letaknya agak jauh dari Avanos, hampir satu jam perjalanan. Aku dan anak-anak malah sempat tertidur karena lelah. Tak terasa, tiba-tiba kami sudah sampai di pelataran parkir Kaymaykali. Setelah pelataran parkir, kami disambut oleh jejeran toko-toko souvenir. Faiza terburu-buru mengajak kami masuk karena khawatir kota bawah tanah ini akan segera tutup. Ketika memasuki gerbang Kaymaykali, kami seperti hendak memasuki sebuah gua. Hawa luar yang panas mendadak menjadi sejuk bahkan lama-lama malah dingin menggigit.

Pigeon Valley
Di daerah ini, penampakan formasi batuannya lucu, seperti cerobong asap, tapi dipuncak-puncaknya berbentuk jamur dan disitu jaman dulu para pigeon’ membuat sarangnya. Makanya disebut Pigeon Valley.

Uchisar
Disini ada ‘the three beauty’, formasi batuan yang berjejer 3.

Urgup

Desa di sebelahnya Goreme, tapi menurutku lebih unik Goreme. Di sini juga banyak cave hotel, tapi desa ini ga se-cozy Goreme.