Wednesday, December 30, 2009

Susu, Kawan atau Lawan?



Rupanya sejak bertahun-tahun lalu, memang telah terjadi pro dan kontra diantara para ahli mengenai
manfaat susu sapi. Pro dan kontra ini terjadi bukan tanpa dasar. Beberapa penelitian ilmiah tentang manfaat susu, hasilnya masih campur-campur.

“Ayo, jangan lupa minum susunya!” Peringatan itu hampir setiap pagi terdengar dari sudut-sudut rumah para keluarga, terutama di kota besar. Sejak jaman dulu ketika susu mulai dipercaya perlu dikonsumsi untuk kesehatan tulang hingga jaman sekarang, produk-produk susu sapi dan dairy produk lainnya laris manis di pasaran. Apalagi bagi anak-anak, remaja, ibu hamil dan menyusui serta manula yang nyata-nyata memang memerlukan asupan tinggi calsium. Bagi mereka, minum susu sudah seperti kewajiban.

Namun belakangan, tersiar kabar bahwa alih-alih dapat menguatkan tulang, susu malah bisa menyebabkan osteoporosis! Bahkan Prof. Dr. Hiromi Sinya, seorang ahli bedah yang bekerja di Beth Israel Medical Center New York, dalam bukunya yang menghebohkan, The Miracle of Enzyme, menyatakan bahwa susu sapi adalah minuman paling buruk untuk manusia. Susu sapi yang dulu merupakan sahabat manusia kini malah ditengarai sebagai biang kerok berbagai penyakit. Apakah benar demikian? Bagaimana para ahli menyikapi persoalan ini? Dan apa pula yang harus kita lakukan sebagai konsumen?

Rupanya sejak bertahun-tahun lalu memang telah terjadi pro dan kontra di antara para ahli mengenai manfaat susu sapi. Pro dan kontra ini terjadi bukan tanpa dasar. Beberapa penelitian ilmiah tentang manfaat susu hasilnya masih campur-campur. Kubu prosusu menyajikan data-data penelitian yang mendukung manfaat minum susu. Sementara kubu kontrasusu pun memberikan data-data penelitian yang memaparkan bahayanya mengonsumsi susu sapi. Membingungkan bukan?

Kontrasusu

Salah satu penelitian yang mendukung para ahli untuk memikirkan ulang tentang manfaat susu adalah penelitian yang dilakukan oleh Harvard’s Nurses’s Health Study terhadap 78.000 wanita selama 12 tahun. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa wanita yang meminum susu lebih dari satu gelas sehari malah memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengalami patah tulang akibat osteoporosis.

Penelitian lain menunjukkan, makin tinggi konsumsi susu dan dairy product di suatu negara, ternyata makin tinggi pula kejadian osteoporosisnya. Amerika Serikat, negara-negara Skandinavia, dan Finlandia adalah pengguna susu dan dairy product tertinggi di dunia, dan ternyata angka kejadian osteoporosis di sana pun tertinggi di dunia. Sementara di negara-Kontrasusu

Salah satu penelitian yang mendukung para ahli untuk memikirkan ulang tentang manfaat susu adalah penelitian yang dilakukan oleh Harvard’s Nurses’s Health Study terhadap 78.000 wanita selama 12 tahun. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa wanita yang meminum susu lebih dari satu gelas sehari malah memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengalami patah tulang akibat osteoporosis.

Penelitian lain menunjukkan, makin tinggi konsumsi susu dan dairy product di suatu negara, ternyata makin tinggi pula kejadian osteoporosisnya. Amerika Serikat, negara-negara Skandinavia, dan Finlandia adalah pengguna susu dan dairy product tertinggi di dunia, dan ternyata angka kejadian osteoporosis di sana pun tertinggi di dunia. Sementara di negara-negara yang konsumsi susu dan dairy product-nya rendah seperti Afrika Selatan atau Asia, angka kejadian osteoporosisnya malah tidak banyak.

Data tersebut baru mengaitkan susu dengan osteoporosis, belum lagi dengan masalah lain. Sekumpulan dokter dan pengacara yang tergabung dalam Physicians Committee for Responsible Medicines (PCRM) di Amerika, dalam situs webnya bahkan meminta orang tua untuk merenung ulang bila masih berpikir bahwa anak-anak butuh susu untuk pertumbuhan tulang yang kuat. Menurut PCRM, sebuah studi komprehensif yang diterbitkan pada tahun 2005 dalam Pediatrics memperlihatkan bahwa penambahan ekstrakalsium, baik dari susu maupun dari sumber lain ternyata tidak menimbulkan perbedaan pada densitas tulang anak-anak atau remaja. Selain itu, data-data membuktikan konsumsi susu ataupun dairy product lainnya malah berkontribusi terhadap terjadinya kegemukan, infeksi telinga, konstipasi, gangguan pernapasan, penyakit jantung, dan beberapa kanker.

Prosusu

Sementara itu menurut para ahli yang prosusu, penelitian sejak puluhan tahun lalu telah membuktikan bahwa cara terbaik untuk mencegah patah tulang karena osteoporosis adalah dengan meminum susu sejak kecil. Susu adalah sumber utama kalsium yang juga kaya akan nutrisi penguat tulang lain seperti vitamin D, protein, potasium, dan fosfor. "Ada lebih dari tiga ratus penelitian yang sudah dilakukan untuk melihat hubungan antara konsumsi dairy product (termasuk susu) terhadap kondisi tulang. Hasil dari penelitian-penelitian tersebut kebanyakan memperlihatkan bahwa asupan tinggi dairy product dan tinggi kalsium akan melindungi dan menguatkan tulang," kata dokter Robert Heaney, pakar biologi tulang dan kalsium dari Creighton University Omaha, Nebraska.

Salah satu contoh penelitian tersebut dilaporkan dalam Journal of the American Dietetic Association tahun 2004. Jurnal ini mengatakan bahwa anak-anak usia 3-13 tahun yang menolak minum susu mengalami patah tulang lebih sering daripada teman sebayanya yang minum susu. Contoh penelitian lain adalah laporan dari Journal of Nutrition tahun 2006. Penelitian ini menyimpulkan, asupan kalsium secara teratur pada gadis-gadis remaja, terutama dari susu, akan meningkatkan massa tulang dan tercapainya kepadatan maksimum pada tulang yang merupakan faktor penting dalam menentukan risiko osteoporosis dimasa tua.

Jadi bagaimana?

Yang pasti, meskipun di antara ahli masih terjadi perdebatan, mereka tetap sepakat bahwa kalsium memang sangat dibutuhkan untuk melindungi dan memperkuat tulang, serta mencegah osteoporosis. Permasalahannya adalah, apakah benar susu masih bisa dijadikan sumber utama kalsium? Para ahli yang prosusu sebetulnya sudah sepakat bahwa mengonsumsi susu, asalkan tidak berlebihan, tidak berbahaya. Akan tetapi, kubu kontrasusu tetap saja menyatakan bahwa susu tidak baik bagi kesehatan. Untuk menjembatani hal ini, Harvard School of Public Health (HSPH) dalam salah satu uraian di situswebnya memberikan solusi yang cukup bijak.

Menurut HSPH, bagi peminum susu, kuncinya adalah tidak berlebihan dalam minum susu karena belakangan ini tidak ada penelitian yang mendukung manfaat susu bila susu diminum lebih dari satu gelas sehari. Minum susu lebih dari segelas sehari tidak dapat mengurangi risiko terjadinya patah tulang akibat osteoporosis. Selain itu, minum susu berlebihan meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat dan ovarium. Akan tetapi sebetulnya, minum susu asalkan tidak berlebihan mempunyai dampak positif. Salah satunya, susu bisa menurunkan terjadinya risiko kanker usus besar dan menurunkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi.

Sementara bagi mereka yang tidak bisa mengonsumsi susu karena alergi misalnya, ataupun memang karena antisusu, HSPH menganjurkan asupan kalsium dari bahan-bahan makanan yang banyak mengandung kalsium seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, dan buah-buahan.

Namun, bagaimana dengan anak-anak dan remaja yang butuh asupan tinggi kalsium? Sebetulnya pilihan bergantung pada orang tua. American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan bahwa selain rasanya enak, susu mengandung nutrisi penting lain yang dibutuhkan anak. Minum susu juga praktis bagi anak-anak. Keuntungan susu ini belum tergantikan oleh sumber makanan lain. Oleh karena itu, AAP merekomendasikan konsumsi susu rendah lemak untuk anak di atas dua tahun bagi mereka yang tidak punya masalah dengan susu. Mengonsumsi kalsium dari bahan makanan lain tanpa susu tentu saja memungkinkan. Namun diperlukan kerja ekstra orang tua untuk merencanakan dan memonitor asupan makanan tinggi kalsium dalam jumlah besar. Apalagi umumnya jenis makanan tinggi kalsium lain belum tentu disukai oleh anak-anak. Akan tetapi sekali lagi, tetap "berkawan" dengan susu atau menjadikannya "lawan", pilihan ada pada masing-masing. Yang jelas, untuk mencegah osteoporosis kita butuh asupan kalsium, olah raga, serta variasi sayur-sayuran dan buah-buahan yang cukup. Selamat memilih! (dr. Agnes Tri Harjaningrum)***

Selengkapnya baca di :

http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=115627

Monday, October 5, 2009

Junior Song Festival, Lomba yang Tak sekedar Lomba

"Ho-oo-o Beda bedidu bedabediduu yee.." Hari ini hampir di seantero Belanda, anak-anak menyanyikan dan membahas lagu dari pemenang Junior Song Festival 2009 di sekolahnya. Final pemilihan pemenang Junior Song Festival ini baru Sabtu lalu digelar. Pemenangnya adalah Ralf, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, dengan lagu Click-Clack yang menceritakan tentang tapdance. Lomba nyanyi ini memang hanya boleh ddiikuti oleh anak-anak berusia 10-15 tahun. Uniknya, lagu yang mereka bawakan adalah lagu ciptaan mereka sendiri. Kreatif kan. Jurinya pun melibatkan juri anak-anak. Selain juri anak-anak tentu saja ada pula juri dewasa dan perhitungan dari perolehan suara pemirsa yang masuk lewat sms. Tapi hebatnya, uang perolehan dari sms ini, bakal disumbangkan untuk Unicef! Wow, aku surprise waktu mendengar anak-anakku dengan lancar menceritakan soal ini. Karena rupanya, si pembawa acara memang menjelaskan pada penonton, untuk apa dan mengapa uang itu disumbangkan pada Unicef. Si pemenang pun tak mendapatkan hadiah neko-neko. Yang jelas ia mendapatkan tropi dan akan mewakili Belanda dalam pemilihan Junior Song Festival se Eropa yang akan dilaksanakan di Ukraina.

Di Belanda memang ada siaran berita khusus untuk anak-anak dan remaja, Jeugdjournal namanya. Dan aku selalu meminta anak-anakku untuk menonton acara berita jam tujuh malam itu. Ternyata dampaknya memang positif. Termasuk di dalamnya ada berita soal uang hasil sms dari acara Junior Song Festival yang bakal disumbangkan ke Unicef tadi. Awalnya aku agak underestimate dengan acara lomba nyanyi tersebut, kupikir paling-paling ya seperti lomba-lomba nyanyi lainnya. Weleh ternyata ada pelajaran moral juga yang diajarkan dari acara itu. Hmm kapan ya di Indonesia ada acara lomba-lombaan yang kreatif dan uang hasil perolehan sms nya disumbangkan untuk orang-orang yang membutuhkan? What a dream….Someday…semoga….

Thursday, September 10, 2009

Ketika Kejujuran Ramai-ramai Digadaikan

Setelah lima tahun tak pulang, tentu aku senang. Meski beberapa keadaan kadang membuatku bimbang. Banyak cerita-cerita yang ingin kutulis sebagai catatan. Tapi baru ini yang sempat tertuang.

Ketika Kejujuran Ramai-ramai Digadaikan

Pernah menyontek? Jujur, aku pernah. Masih tergambar jelas dalam ingatanku, ketika ibu guru matematika SMP ku menghampiri tempat dudukku.”Buka!” Ketusnya. Gemetaran, aku ambil lembar kertas paling atas di depanku. “Buka lagi!” Suaranya makin galak. Aku ikuti perintahnya sambil mengutuki degup jantungku yang bunyinya makin keras. “APA INI?!” Teriaknya. Tubuhku seketika lemas. Mati aku! SRET…SRET…! Ibu guru yang galak itu merobek-robek kertas contekanku. Uuh wajahku mendadak  bersemu merah bak kepiting rebus. Ingin rasanya aku berlari sekencang-kencangnya keluar kelas, agar terhindar dari tatapan mata teman-temanku.

Yup, di masa-masa badung itu aku memang kerap menyontek dan ketahuan menyontek. Kapok? Sebelum aku memutuskan memakai jilbabku, sayangnya tidak. Selain karena kemalasanku belajar, menyontek juga  menurutku saat itu asyik, karena membuat adrenalinku meningkat. Maklumlah namanya juga ABG, sambungan sel-sel dalam otaknya memang belum waras benar. Tapi aku berani sumpah, meski begitu, aku hanya menyontek di saat-saat ulangan harian. Masih ada kesadaran dalam diriku untuk menghargai  momen-momen ujian besar. Aku tidak berani dan tidak pernah menyontek saat ujian naik kelas apalagi ujian Ebtanas.

Belasan tahun berlalu sejak masa-masa itu. Masa yang membuat aku kini bisa geleng-geleng kepala tapi juga tertawa. Tapi aku bukan hanya geleng-geleng kepala. Aku terhenyak dan tak bisa lagi tertawa ketika mendengar cerita sahabat-sahabatku tentang menyontek berjamaah  yang kini sedang menjadi trend di lakukan di sekolah-sekolah di Indonesia.

“Anak-anak kelas 6 SD yang bersekolah di SD X itu semua menangis. Sebetulnya mereka selalu diajari untuk jujur oleh guru-gurunya. Tapi ketika hari H ujian Nasional tiba, guru pengawas dari sekolah lain malah memberitahu jawaban-jawaban soal ujian pada anak-anak itu. Tentu saja mereka menolak. Guru-guru SD X tak terima dan melaporkan kejadian itu pada dinas pendidikan. Rupanya pak pejabat cepat tanggap. Esoknya, si pejabat dinas sendiri yang datang mengawas. Dan ternyata oh ternyata…Tahu apa yang diucapkan oleh si Bapak dinas pendidikan yang terhormat ini pada anak-anak kelas 6 SD itu? Kalian anak-anak yang sombong! Diberi tahu jawaban supaya nilai kalian bagus malah tidak mau.” Begitu kira-kira cerita dari salah seorang sahabatku.

Haaa?! Aku melongo. Entah apa yang ada dalam pikiran para pejabat pendidikan itu. Rupanya kini sudah menjadi rahasia umum jika sebelum hari H ujian Nasional tiba, kunci-kunci jawaban mulai beredar. Bahkan ada peraturan tak tertulis, agar guru-guru pengawas diminta untuk membiarkan saja anak-anak murid menyontek. Kalau belum punya contekan ya diberi saja. Edan! Jaman sudah edan kan. Mendengarnya, aku jadi teringat guru matematiku dulu itu. Kemana perginya sosok-sosok guru macam itu, yang meski galak tapi tetap setia mengajarkan apa arti kejujuran.

Lima tahun aku tak pulang ke negeriku. Tapi kepulanganku rupanya membawa cerita pilu. Tak hanya sekali aku mendengar cerita serupa ini. Lagi-lagi aku mendengar cerita yang sama ketika aku hendak mendaftarkan anak-anakku ke sebuah sekolah, sebut saja sekolah Y. Untuk masuk ke sekolah Y ini memang harus waiting list, karena itu meski aku akan kembali tinggal di tanah airku entah kapan, aku tetap saja mendaftar.

Seorang ibu guru yang ramah saat itu menemuiku. Aku bertanya soal macam-macam, termasuk tentang bagaimana output sekolah itu. Mendengar jawaban sang ibu guru, aku kembali terpaku. “Hmm..sulit untuk bicara soal output,” ujarnya pelan. “Kami selalu mengajarkan kejujuran pada anak didik kami. Tapi ketika dunia di luar sana berkata lain, apa yang bisa kami katakan,” Lirihnya. “Waktu itu, setelah ujian nasional matematika selesai, anak-anak SMP didikan saya berhamburan memeluk saya. ‘Hu..hu..hu…Ibuuuu! Mereka (siswa sekolah lain) sudah menyelesaikan soal hanya dalam waktu tigapuluh menit! Hu..hu..hu’. Anak-anak didik saya bertangisan. Saya hanya bisa diam. Anak-anak sekolah lain itu sudah mendapatkan jawaban soal dari guru-guru mereka sendiri sejak sehari sebelum ujian dimulai. Kami tentu saja tidak bisa melakukan itu dan saya tahu anak-anak didik saya tidak ikut-ikutan. Mereka tetap berjuang mati-matian menyelesaikan soal, tanpa sebelumnya tahu jawaban. Saya tak tahu lagi apa yang harus saya katakan. Saya hanya bisa bilang,’Yang pasti Allah tahu dan akan melihat kejujuran kita Sayang.”…

Mataku seketika berembun, terharu mendengar anak-anak itu yang mampu mempertahankan kejujuran . Kuhapus pelan-pelan air yang keluar dari sudut mataku, khawatir ibu guru itu memerhatikan.“Bahkan anak-anak yang tidak memiliki handphone pun, diminta untuk membawa handphone saat ujian, supaya bisa mendapatkan jawaban,” lanjut ibu guru. “Hasil ujian anak-anak didik saya memang menggembirakan. Tapi kalau anak-anak sekolah lain nilainya sepuluh semua, saya bisa apa?”

Hiks. Apa yang sesungguhnya terjadi Tuhan? Menyontek berjamaah, bahkan dianjurkan oleh para pejabat tingkat atas pendidikan. Ini gila! “Ibu, mengapa bisa terjadi seperti itu, maksud Diknas apa Bu?” Tanyaku tak sabar. “Saya tak tahu pasti. Tapi dengar-dengar sih , ada uang tambahan dari pemerintah jika sekolah-sekolah yang mereka pegang mendapat nilai rata-rata ujian yang memuaskan.” Glek! Aku hanya bisa menelan ludah. Lagi-lagi hanya karena uang? Hanya karena uang, para pejabat pendidikan itu mampu menggadaikan pentingnya sebuah kejujuran. Hah…aku betul-betul tak habis pikir! Mau jadi apa anak-anak itu nanti? “Ibu, kalau begini caranya, entah kapan saya akan benar-benar tinggal dan pulang ke negeri saya sendiri.” Si ibu hanya mengulum senyum. “Yah begitulah kondisi pendidikan di Indonesia sekarang,” ujarnya kelu.

Ketika aku menceritakan kejadian ini pada suamiku, ia bilang ini namanya ‘ripple’. Untuk menuju ke ‘steady state’, keadaan tenang, selalu ada jungkir balik gelombang sebelumnya. “Negara kita sekarang sedang bergelombang. Nanti ada saatnya ia menjadi tenang,” lanjut suamiku. Ya, mungkin suamiku memang salah seorang yang optimis terhadap nasib bangsa. Tapi tetap saja, sebuah keoptimisan, sebuah keadaan tenang harus diraih dengan sebuah perjuangan bukan?

Di bulan ramadhan ini, aku menjalani puasaku di negeri orang, negeri yang katanya sekuler, tak percaya pada Tuhan. Ramadhan di negeri ini sungguh kontras dengan di negeriku. Di negeriku, gema suara adzan dimana-mana terdengar. Mesjid-mesjid pun ramai dikunjungi orang. Acara-acara rohani di TV tiba-tiba muncul seperti jamur di musim hujan. Acara buka puasa bersama dimana-mana digelar, khataman Quran, menyantuni anak yatim, pengajian; hampir seluruh kegiatan begitu agamis. Orang-orang pun begitu gembira menyambut ramadhan. Semua itu seolah menunjukkan betapa ‘sholeh’nya negeriku, negeri yang hampir seluruh penduduknya mengaku ber Tuhan. Namun bila kuingat lagi cerita sahabatku dan ibu guru itu, aku miris, sungguh miris. Apa artinya semua gembar-gembor itu, kalau arti sebuah kejujuran telah ramai-ramai digadaikan, bahkan oleh sebuah institusi yang bernama pendidikan! Adakah yang mau memperjuangkan? (Agnes Tri Harjaningrum)

Ps:
Tulisan ini dibuat tanpa mengurangi rasa hormatku pada para pendidik. Aku sadar, masih banyak pendidik yang sangat baik di negeriku. Masalahnya hanya terjadi pada segelintir orang yang kebetulan sedang memangku jabatan dan menjadi pengambil kebijakan.

Diemen, 10 September 2009
Ditulis untuk diary ramadhan deGromiest

Monday, April 13, 2009

Reunian di Keukenhof




Setelah dua bulan meninggalkan Groningen, daku kangen sama acara kumpul-kumpulnya deGromiest. Tapi alhamdulillah akhirnya bisa maen bareng lagi sama temen-temen dari Groningen di Keukenhof. Wah seperti biasa deh kami langsung menyalurkan hobi narsis yang sudah berbulan-bulan tidak tersalurkan hihi.

Dan seperti biasa juga, gaya terbang, gaya postwed ga ketinggalan dong. Yang seru kali ini para bapak aksinya ga kukuuu dah hihi, ga nyangka, ternyata mereka pada jago akting euy :-) dan para ibu ga mau kalah doong ikut beraksi juga. Pokoknya seru deh, moga-moga bisa bikin Nisa ngiri haha, judulnya foto-foto ini emang mau bikin sirik Nisa di Dresden hehehe, maap Nis becanda hehe. Makanya ntar reunian Mei balas dendam yuk hehe.

Dan pulang dari keukenhof temen-temen pada nginep di rumahku, waah ramee, makan bakso, makan bubur, nontonin Ican yang 'melet' anak-anak kecil, pokoknya weekend ini rumahku rame. Jangan pada kapok ya temans dan makasih udah mau maen bareng-bareng :-)

Pindahan




Pindahan memang selalu merepotkan. Tapi kalo dinikmatin ya asik-asik aja. Ini foto-foto yang sempat terekam selama proses kami pindahan, mulai dari angkut barang pertama dan kedua, juga selama mulai mencicil beresin rumah di Amsterdam. Hmm..betul-betul menguras tenaga lahir batin deh.

Biarpun telat, tapi aku mengucapkan terimakasih sekali buat teman-teman yang sudah berbaik hati membantu kami saat proses pindahan kami akhir januari lalu, baik teman-teman di Groningen maupun teman-teman di Amsterdam. Tanpa ada teman-teman sekalian, wah ga tau harus gimana deh proses pindahan kami. Pokoknya hanya Allah yang bisa membalas kebaikan hati teman-teman semua. Sekali lagi terimakasih ya temans...

Antara Groningen-Amsterdam


Tak terasa, sudah dua bulan lebih aku tinggal di Diemen-Amsterdam. Wah, waktu seperti berlari, karena sejak datang aku dan suamiku sibuk beres-beres rumah yang kosong melompong. Suamiku mencicil pasang laminat, pasang wall paper, angkat-angkat barang dan kerjaan berat lainnya, aku bagian bersih-bersih. Tapi hingga sekarang belum juga kelar finishingnya, meski sudah nyaman buat dihuni. Lalu aku juga mulai sibuk beraktifitas, jadi betul-betul waktu berlalu begitu aja ga kerasa. Tapi aku menikmati sekali fase baru dalam hidupku ini, repotnya pindahan, repotnya cari rumah, hunting isi rumah sesuai budget yang terbatas, repotnya beberes rumah, cari sekolah anak-anak, lalu adaptasi. Tapi alhamdulillah semuanya lancar dan mengasyikkan deh.

Selama dua bulan lebih disini dan memerhatikan kondisi di tempat baru ini, adaptasi ga terlalu sulit, karena masih sama-sama di Belanda. Bedanya....Ini dia bedanya..:
- Sekarang ga berasa tinggal di dusun lagi, karena tempat yang diliat pilihannya banyak, pilihan pasarnya juga banyak, ga cuma centrum dan oriental kaya di Groningen :-).
- Tinggal di Amsterdam bisa seperti merasakan suasana di negara lain. Kalo belanja ke daerah Biljmerplein, Amsterdam Zuid Oost, kita kaya lagi ada di Afrika, karena banyak Black people. Nanti kalo pergi ke arah pertengahan Diemen-centrum Amsterdam, ke pasar Dappermarkt, berasa ada di negara Timur Tengah deh, banyak cewe-cewe kerudungan cantik-cantik, dan laki-laki berjubah atau bersorban.
- Setiap pergi kemana-mana, bahasa yang kedengeran juga selalu macem-macem, ke Amsterdam Zuid Oost kedengeran orang ngomong bahasa Afrika, India, ke Dappermarkt, bahasa Maroko, Turki, Arab. Naa giliran naik tram ke centrum, ntar kedengeran bahasa Itali, bahasa Spain, bahasa Cina, bahasa Prancis. Tapi yang pasti setiap naik tram, kereta, atau bus, selalu aja ada kedengeran orang ngomong berbahasa Inggris.
- Enaknya tinggal di Diemen, meski ga terlalu rame, tapi kalo mau cari keramean tinggal naik tram atau metro atau kereta  20 menit. Enaknya lagi kemana-mana masih bisa naik sepeda, ga perlu terus-terusan naik tram/bus/metro.
- Tempatku tinggal children friendly banget, banyak tempat bermain buat anak-anak dan banyak anak-anak. Jadi anak-anak lebih bisa sering main diluar. Waktu di Groningen kan banyaknya oma-oma dan Opa :-).
- Yang aku rindukan adalah acara kumpul-kumpulnya deGromiest, beda deh kumpul-kumpulnya student sama pekerja di sini. Ga bisa maen kartu lagi, maen memori, nyanyi-nyanyi gigitaran, makan enak tiap weekend wah pokoknya kumpul-kumpulnya dG ngangenin deh. Untungnya, berhubung rumahku deket Schippol, sebulan dua kali, biasanya ada temen yang nginep di rumah, jadi mengobati kangen deh :-).
- Bedanya lagi, di sini tempat belanja murah kaya Aldi dan action gitu rada jauh. Kalo dulu kan tinggal jalan ke belakang rumah, sekarang kudu naik bus hiks.
-Bule-bule disini lebih familiar sama orang asing, jadi mereka terlihat lebih ramah dan welcome.
- Kalo belanja daging di toko Turki wah kumplit euy, jeroan halal ada, daging paha atas or paha bawah ayam yang udah dikulitin ada, daging ayam giling dan ceker halal juga ada. Malahan otak sapi, kepala sapi, lidah dan yang aneh-aneh gitu juga ada seh, pokoknya perdagingan halal disini kumplit :-)
- Hmm..apalagi ya, kayanya baru segitu yang kerasa beda, yang lainnya ya sama aja, wong masih sama-sama tinggal di Belanda :-)