Saturday, August 21, 2010

East Europe Trip, Last day, Prague: 28Juli 2010




Rabu, 28 Juli 2010

Wenceslas Square dan Havelske Market Prague

Phfuih..akhirnya sampai juga di hari terakhir perjalanan kami. Kami harus sampai di airport jam 15.00 siang paling telat, karena pesawat kami ke Amsterdam akan berangkat pukul 17.05. Setelah check out dari hotel berikut aku kena diare, duh baru kali ini aku kena diare pas diperjalanan, akhirnya kami baru cabut jam 12 siang. Tujuannya tak lain tak bukan Old market, karena kemaren aku belum berhasil menemukan si market ini.

Setelah naik metro, kami pun tiba di Wenceslas Square, rupanya area ini merupakan area shopping. Ga heran kalo daerahnya luas banget dan toko-toko bermerk berjejer-jejer di tempat ini. Setelah foto-foto sejenak dan menemukan tumpukan brick wall di tengah jalan, kami berhenti lagi. Rupanya tumpukan kayu sebesar batu-bata warna krem ini sengaja dibuat untuk cari sumbangan, idenya bagus juga. Setiap orang boleh nulis apa aja dan menggambar apa saja, tapi harus bayar 5 euro satu balok kayu, nanti uangnya bakal disumbang untuk kemanusiaan. Lala dan Malik ambil satu balok dan menggambar barengan. Mereka menggambar bendera Belanda dan Indonesia lalu menuliskan nama masing-masing di sana.

Jam sudah semakin siang, untung akhirnya aku berhasil menemukan di Havelske Market yang ternyata letaknya di belakang gereja Church of Our Lady Before Tyn . Oalah rupanya pasar ini Cuma menjual souvenir di sisi kiri dan buah serta makanan khas Chezh di sisi kanan. Lumayan juga lah untuk liat-liatan. Yang unik ya banyak dijual maryonet, souvenir jam astronomical clock dan cemilan Chezh yang bentuknya bulat tipis sebesar piring, kalo dimakan kriuk-kriuk manis.

Belum puas rasanya menikmati pasar ini, tapi kami harus segera cabut. Kota Prague kalau diulik lagi mungkin sebenarnya memang cantik, meskipun menurutku lebih cantik Budapest, tapi berhubung kami disini di akhir perjalanan, sudah lelah dan sudah melewati kota-kota lain, jadi ya koq tampak biasa aja ya. Malik dan Lala juga menjadikan kota ini urutan favorit kedua paling bawah, berarti buat anak-anak memang kurang menarik kali ya. Anyway, Prague pastinya tetap cantik kalo di eksplore lagi lebih jauh dan dibaca lagi sejarahnya, karena memang tanpa tahu sejarah, kalao pergi melihat kota tua, pasti akan terasa garing dan ga dapat ruhnya, ciee….Bye…Bye..Prague..till we meet again someday, hopefully….!

Oya berikut ini daftar urutan tempat favoritnya Lala dan Malik selama jalan-jalan di Eropa Timur. Ketahuan banget kan betapa anak-anak ya maunya ke tempat yang anak-anak banget J.

1. Dresden karena ada dino parknya dan karena bisa main uno di rumah tante Nisa :D
2. Budapest, karena bisa berenang, kotanya cantik dan bisa ke labyrinth walaupun menakutkan.
3. Bratislava, karena ada patung cumil and friends
4. Wiena, karena ada atraksi maryonet
5. Prague, karena ada astronomical clock
6. Brno, kota paling membosankan hehe

Catatan lagi tentang anak-anak, ternyata makin besar, makin asyik jalan sama anak-anak karena mereka semakin mandiri dan bisa dimintain bantuan jadi ga bikin capek orangtuanya gituh. Misalnya:
1. Pas berangkat dan pulang, Lala dan Aik gantian dengan suka rela narik koper kecil.
2. Mereka antusias baca sendiri brosur-brosur yang buat mereka menarik, seperti misalnya Malik baca brosur tentang Labyrinth di Budapest, dan Lala diam-diam bacain buku guide yang dibawa ayahnya.
3. Mereka juga bisa bantuin solve problems kadang. Waktu di apartemen Budapest, Malik liat kursi yang bisa dijadiin tempat tidur, langsung deh Aik bergerak untuk membuat si kursi itu berubah jadi tempat tidur. Mba Lala juga bersedia nungguin koper-koper waktu aku dan suamiku lagi sibuk ngurus ini itu. Cihuy deh pokoknya.
4. Makannya juga jadi ga rewel, Lala mau coba segala macem makanan, Malik yang rada picky eater, tapinya dikasih roti beres dah.

East Europe Trip, Day 11: Old Town Prague, 27 Juli 2010




Selasa, 27 Juli 2010

Old Town Suare Prague : Astronomical Clock, Church of Our Lady Before Tyn, Church of St.Nicholas

Prague ternyata ruame buangeet sama turis! Cari parkir pun susahnya setengah mati. Dan karena Old Townnya bisa dilalui dengan jalan kaki, kami pun memutuskan untuk ga pake mobil, karena untungnya mobilnya juga memang harus waktunya untuk dibalikin. Jadi ketika suamiku ke airport mengembalikan mobil dan angkut koper, aku dan anak-anakku jalan-jalan sendiri di old town square nya Prague. Phfuih, aslii..dari kota-kota yang kami kunjungi di Eropa Timur, kota ini lah yang paling penuh sama turis. Mulai turis cina, jepang, malaysia, spain, france, Belanda, UK, USA, pokoknya dari seantero dunia kayanya ada deh di tempat ini. Agak heran juga sih kenapa ya, padahal menurutku kotanya lebih cozy dan indahan Budapest dan kalo siang hari, daerah Charles Bridge dan sekitaranya nya di Prague ini tampak kumuh menurutku. Tapi belakangan baru aku tau, tempat kongkow-kongkow nya lebih banyak di Prague dan kalo untuk yang berduit, pilihan masuk museum, konser dan tour-tour macem-macem lebih variatif di Prague. Selain itu, rupanya Prague itu terkenal sebagai tempat shoping yang relatif murah.

Yang paling jadi atraksi di Old Town Square ini sepertinya si Astronomical Clock. Ga heran kalau jam ini jadi landmark dan dimana-mana suvenir, gambarnya ya jam ini. Apalagi setiap beberapa jam sekali si jam bakal bunyi dan nongol tuh patung-patung kecil di bagian atas, yang kata Aik, patung-patung temennya Jesus alias nabi Isa. Jam 4 sore, orang-orang menyemut di depan Astronomical clock Cuma buat nungguin si jam bergerak dan patung-patungnya keluar satu-satu. Weleh weleeh…segitunya ya. Tapi si jam ini memang unik, ga heran kalau bisa menyedot turis. Jam yang dibuat tahun 1410 ini selain bisa menunjukan jam juga bisa menunjukan waktu terbit dan terbenamnya matahari, juga tempat bintang-bintang dan fase-fase bulan. Uniknya lagi, jam ini ada angka arabnya, angka biasa dan angka romawi.

Selain Astronomical Clock, suasana bangunan tua, dua buah gereka dengan arsitektur indah dan kereta kuda yang berseliweran membuat pengunjung merasa berputar ke mesin waktu ratusan tahun lalu. Di daerah ini pula lah aku mencoba mencicipi Czech Goulash karena penasaran, waktu di Budapest ga sempet ngerasain si Goulash ini. Kalo lagi traveling gini, aku terpaksa ga bisa strik soal makan, susah bo nyari dimana, yang penting ga babi lah jadinya. Dan setelah nyisipin si Goulash daging sapi ini aku makin kagum sama masakan Indonesia, masakan Indonesia memang ga ada duanya deh. Si Chezh Goulash ini mirip rendang penampakannya plus ditambah roti dan salad, sementara Hungarian Goulash bentuknya soup. Tapi rasanya wuih jauh kaditu kadieu lah sama rendang padang mah.

Di Old Town ini juga kami menemukan roti bolong bertabur gula dan kacang khas Chezh, namanya Trednil, dan juga Palacinky, pancake khas Chezh. Trednil menurutku rasanya lumayan lah, tapi kata temen-temen kalo dimakan anget-anget ini kue enak banget. Sementara si Palacinky, rasanya sama aja kaya pancake biasa, tapi bedanya ini lebih besar sebesar adonan martabak asin. Isinya kita bisa pilih macem-macem, mulai dari coklat, strawberry, pisang dan macem-macem deh.


Charles Bridge dan Malastrana

Setelah suamiku balik dari airport, kami pun melanjutkan perjalanan menyusuri Charles Bridge yang menghubungan daerah oldtown dengan Malastrana, daerah sebrangnya sungai. Bedanya sama Chain Bridge, Charles Bridge ini bisa dilewati pejalan kaki, dan di pinggir-pinggir jembatannya banyak patung-patung Jesus lagi disalib dan patung-patung lainnya. Sebelum lewat jembatan juga ada toko souvenir banyak banget yang buka sama jam 11 malem. Waktu aku coba ngelongok ke dalem, seorang perempuan asli Chezch menegur aku,”Halo apa kabar, Malaysia?” tanyanya. Rupanya menurutnya di kota ini banyak orang Malaysia yang belajar sekolah kedokteran di salah satu Universitas Prague.

Kami keliling old twon, charles bridge dan Malastrana sampe malem, karena kebetulan pas ada festival musik juga. Penonton tumplek blek nonton dari pinggir sungai karena panggungnya dibuat diatas sungai. DI Malastrana, ini mirip castle district nya Budapest, banyak rumah-rumah cantik dan gang-gang sempit juga, tapi castle district lebih mungil dan cozy. Di tempat ini juga banyak dijual seafood yang harganya cukup mahal. Lalu ada tour bour ala di Venezia juga untuk melihat sudut-sudut daerah Malastrana.

Info-Info:
- Ternyata cewe-cewe Chezh dan Budapest, biasa aja, dan tingginya juga relatif pendek-pendek, ternyata bener, orang asal Belanda itu memang termasuk orang-orang paling tinggi Sedunia kalo di rata-rata.

East Europe Trip, Day 10: Dresden: Bastei dan Chezh: Hernsko, 26Juli 2010




Senin, 26 Juli 2010

Saxonian Switzerland : Bastei dan Hernsko

Hari ini adalah hari terakhir di Dresden karena malamnya kami berencana melanjutkan perjalanan ke Prague. Nah jadinya sesudah sarapan di rumah tante Nisa, anak-anak susah bener diajak berangkat. Habis main Uno sekali mau lagi dan lagi dan nyuruh semua orang dewasa pada main. Akhirnya meski jam udah menunjuk angka 11 siang, kami malah masih asyik maen Uno. "Plis Bun..pliiis..." kata anak-anak barengan. Ayahnya juga ngedukung,"Kapan lagi coba." Ya wes akhirnya kami pun bergembira bersama tante Nisa, om Nandang dan om Ican main Uno, seru dan heboh. Habis itu kami juga foto bareng dengan berbagai gaya tea, mumpung ketemu sama sesama narsiser wkwkwk. Ada gaya hormat dari yang paling pendek sampe tinggi, gaya tanduk, sampe gaya ngehajar om Ican hehe, seru deh, makanya begitu berkesan buat anak-anak.

Setelah itu pergilah kami ke The Sächsische Schweiz (Saxon Switzerland) yang merupakan area national park dengan pemandangan formasi aneh batu-batu pasir. Konon batu-batu itu terbentuk karena erosi jutaan tahun yang lalu. Malah lucunya, jembatan Bastei bridge yang dibuat sekira tahun 1851 untuk menghubungkan batu satu ke batu lainnya, lalu juga ‘nge-blend’ dengan formasi-formasi batuan itu, jadi kaya bukan jembatan buatan. Tempat ini ada di ketinggian, jadi sering dijadikan area untuk bersepeda dan rock climbing. Tempat yang paling indah dan paling sering dikunjungi dari Saxon Switzerland adalah Bastei di Pirna. Katanya sejak 200 tahun lalu, sekira tahun 1800-an, tempat ini sudah dijadikan daerah turis.

Untungnya meskipun harus ngos-ngosan naik tangga ke atas dan jalan menyusuri batu-batu di ketinggian itu anak-anakku tetap semangat. Apalagi kalo ada bagian yang unik seperti angka Romawi di batu-batu yang menunjukan tahun 1800 sekian, cara orang jaman dulu bikin rumah disana dan yang unik-unik, pokoknya kalo diceritain mereka seneng deh. Malik apalagi, suka tiba-tiba ngilang padahal tempatnya tingginya minta ampun. Aku baru sadar sepertinya aku rada-rada takut ketinggian, karena waktu berada di tempat yang tinggi banget dan ngeliat ke bawah perutku langsung mules dan kepalaku langsung muter-muter pusiiing. Waduh apa gara-gara umur yang tambah tuwir yak. Pemandangan di daerah ini memang bagus banget, bener-bener laen setelah kami nyaris bosen ketemu kota-kota tua melulu. Apalagi kalo memandang ke bawah, pemandangan sungai Elbe yang tampak mengular disertai hijau rumput dan rumah-rumah di sekitarnya membuat tempat ini menjadi tambah indah.

Sorenya tadinya kami mau ke Gorlittz perbatasan German-Polandia, tapi berhubung udah kesorean, batal deh, belum jodoh. Sekira jam 6 kami pun cabut ke Prague. Mobil sewaan kami sempet kepotret karena suamiku ga sadar nyetir melebihi batas ‘50’ yang sudah ditentukan. Harusnya setiap kelebihan 1 km kena denda 5 euro, Jadi bakal didenda 50 euro deh karena kelebihan 10 km/jam. Tapi untungnya karena beda negara kali ya mobilnya, jadinya sampe sekarang ga ada tagihan, moga-moga aja bener apa yang dibilang oran di rental mobil bahwa kalo dari negara lain mah beneran ga akan ditagih.

Oya, dalam perjalanan dari Pirna-Prague, kami melewati daerah Koningstein karena tadinya mau mampir ke situ juga, tapi karena kudu bayar dan kayanya tempatnya ga begitu menjanjikan batal deh. Di daerah Koningstein itu ada Mythenpark dan park Koningstein yang letaknya di pinggir sungai Elbe, ngeliat sekilas kayanya seru banget dan ngiri banget berarti anak-anak Jerman betul-betul dimanjakan dengan banyak park yang kreatif dan berharga murah pulak huhuhu jauh amat sama Belanda.

Kami juga melewati daerah perbatasan German-Chezh Republic, namanya Hernsko. Tempatnya cukup unik karena di pinggir sungai Elbenya ada stasiun tua dan kereta api yang sering lewat. Lalu di pinggir jalan sisi lainnya ada tebing-tebing tinggi menjulang, kayanya masih area si batu-batu pasir yang mirip di Bastei. Di tempat ini juga banyak toko jual souvenir. Pemandangannya lumayan indah, kami berhenti sejenak untuk ke toilet, dan ternyata penjualnya kebanyakan orang Vietnam. Rupanya banyak banget orang Vietnam di daerah ini memang.

Friday, August 20, 2010

East Europe Trip, Day 9: Dresden: Saurierpark dan Schloss Moritzburg, 25Juli 2010




Minggu, 25 Juli 2010

SaurierPark dan Schloss Moritzburg

Kami berangkat jam 11 siang, tapi cuaca mendung bukan kepalang, di tengah jalan malah hujan. Tadinya hampir aja kami batal pergi ke Dino Park yang butuh satu jam perjalanan ke luar kota Dresden. Saurier Park ini terletak di kota kecil Bautzen, Kleinwelka. Untung akhirnya kami tetap lanjut karena ternyata lumayan juga park nya, Dino nya banyak banget dan park nya juga luas. Ada sekira 200 jenis Dino mulai dari yang terkenal-terkenal seperti Pteranodon, Tyrex, Brachiosaurus, Triceratops, sampe yang kecil-kecil yang entah apa namanya aku lupa.

Park itu terletak di tempat semacam hutan besar, jadi kami memang serasa berada di hutan. Tapi meskipun Dino nya dibuat besar-besar mirip aslinya ya tetep aja ketauan kalo itu ga asli. Selain Dino yang bertebaran dimana-mana dengan penjelasannya, banyak arena tempat main anak-anak yang berbentuk lucu-lucu. Ada ayunan berbentuk pteranodon, ada seluncuran setinggi Brachio, ada panjat tebing yang beneran berasa di hutan, pokoknya anak-anak selain puas liat dino juga puas main. Makanya mereka seneng banget. Hampir di setiap tempat yang ada Dinonya mereka foto-foto. Emak bapaknya juga ga mau kalah, pokoknya kami beraksi berbagai gaya mulai dari gaya ketakutan ngelirik dino, gaya lari dikejar dino, gaya ngintip dan macem-macem deh, sampe diliatin orang-orang saking noraknya hehe. Oya selain dino juga ada area khusus yang nampilin manusia purba jaman dulu. Ada patung orang jaman dulu tinggi besar kaya raksasa berewokan, ada monyet-monyet jaman dulu, ada juga patung gimana orang jaman dulu ngubur temennya.

Datang sekitar jam satu siang, menjelang tutup jam 6 sore kami cabut dari Saurier Park. Pemandangan di jalan bagus juga karena sepanjang jalan kiri kanan dipenuhi ladang gandum. Lalu di sebelahnya Saurierpark ternyata ada miniaturen park yang sepertinya asik juga. Jadi satu keluarga bisa mainin game yang mini-mini di area yang luas banget, dan butuh seharian juga kayanya, padahal bayarnya murah. Duh ngeliat harga-harga di Jerman bikin bete. Masuk dino park aja 22 euro satu keluarga, kalo di Belanda mana boleh, biasanya paling sedikit 20 euro satu orang. Si miniatur park itu lebih murah lagi 15 euro buat satu keluarga. Di jerman selalu ada paket family model gitu, buat transportasi juga, dan ternyata park di jerman buat anak-anak tuh banyak banget. Pas jalan di Koningstein, ada Mythonpark di pinggir sungai Elbe yang kayanya juga asyik banget. Duh duh bener-bener anak-anak di Jerman bisa termanjakan dong kalo begitu, ngiri mode on hehe.

Berhubung sampe di Dresden masih terang, akhirnya kami putuskan untuk mampir ke Moritzburg castle yang jaraknya sekira 15 km dari Dresden. Bukan mau masuk sih cuma mau ngadon foto doang hehe. Castle ini dulunya dipake tempat peristirahatan setelah berburu oleh raja August The Strong, raja yang katanya punya ratusan anak dari buanyak istri, makanya disebut ‘The strong’ kali ya hehe.

Castle ini bagusnya dipotret dari sebrang danau, jadi reflesinya kelihatan banget, dan dari sini lah kami ngambil foto, ngikutin yang ada di gambar. Hasilnya, mayan lah rada mirip sama di gambar-gambar :-).

Pulang dari Moritzburg, hari belum gelap, ya udah kami balik lagi ke oldtown nya Dresden. Aku pengen banget ngerasain Dresdener cheese cake alias Dresdener Eierschecke. Sebenernya ga pede juga masuk café-café keren di bawah Bruhl terrace, takut muahal. Tapinya, aku memberanikan diri bertanya, dan alhamdulillah café yang kutanya punya. Akhirnya memesan lah kami 3 potong cake itu yang masing-masing harganya 3 euro. Kami pikir saat itu wah murah, ternyata menurut Nisa, segitu tuh mahal biasanya mah 1 euroan, yah ga papa lah itung-itung bayar tempat.

Thursday, August 19, 2010

East Europe Trip, Day 8: Dresden: Hygiene Museum dan Old town, 24 Juli 2010




Sabtu, 24 Juli 2010

Kinder Museum di Hygiene Museum

Karena sampai di rumah Om Ican di Dresden udah tengah malam, kami pun baru berangkat siang kecapekan, setelah sarapan dulu dan anak-anak main Uno dulu sama om Ican. Wah anak-anak seneng banget main Uno di rumah tante nisa. Sampai-sampai dalam diary nya Malik dan Lala menjadikan Dresden sebagai kota yang paling asyik dikunjungi selama liburan. Alasannya selain karena ada dino park juga karena di rumah tante nisa bisa main uno seru. Dan malik inget aja waktu om Ican harus ngambil 12 kartu karena dapet plus 2 terus hehe. Ya gimana ga betah, selain main Uno, kami juga dijamu makanan enak terus sama tante Nisa sih. Aik ngabisin makanan kesukaannya tahu, sosis dan mangganya tante Nisa hehe. Makasi banyak ya tante Nisa Sayang....:-)

Setelah sekian hari kepanasan, ternyata di Dresden dingin dan hujan. Wah gawat mana bisa menikmati kota nih kalo hujan begini. Tadinya kami mau ngajak anak-anak naik kereta api yang dijalankan oleh anak-anak di Grosse Graten. Tapi berhubung hujan cukup deras, rencana batal. Kami pun mencari tempat berteduh di Hyegene Museum. Kata buku petunjuk, disitu ada museum untuk anak-anak. Ya sudah, mampirlah akhirnya kami kesana.

Ciri khas kinder museum ini ada bentuk tiga dimensi mata besar berikut bulu-bulu matanya yang lentik. Meskipun ternyata museumnya kecil, tapi anak-anak lumayan senang lah disini. Bisa main labyrinth kaca dan melihat-lihat tentang indra manusia. Aku sempet tidur di kursi saking capeknya sambil nunggu anak-anak maen hehe.

Ternyata kami cuma butuh satu jam lebih berada di tempat ini, sementara hujan di luar masih deras. Untungnya pas ada ekshebisi tentang keindahan. Lalu kami pun liat-liat sebentar tentang definisi keindahan dan ada juga ratu kecantikan asal jepang yang pernah dicopot ratunya gara-gara ketauan pernah operasi plastik 13 kali, wadaw!

Old Town Dresden : Altmarkt Square, Frauenkirche Church, Procession of Princes, Brühl Terrace, Albertinum, Royal Palace, Catedral, Semper Opera, Zwinger.

Menjelang sore, alhamdulillah hujan berhenti. Kami segera pergi ke Aldstadt. Pertama kami pergi ke gereja Frauenkirche dan sekitarnya. Kota tua Dresden cantik deh! Sayangnya banyak hitam-hitam bekas perang dunia dua. Memang kota Dresden hancur banget waktu perang dunia dua. Hebatnya mereka bisa membangun lagi mirip aslinya. Jadi kelihatan banget antara bangunan asli dan baru dari batu-batu yang menghitam. Malah kata Malik, kota Dresden jelek karena banyak hitam-hitamnya hehe.

Di dekat gereja Fraunkirche ini ada patung Marthin Luther dan beberapa toko yang menjual porselen khas Dresden namanya Meisen porselein, yang harganya aduuh mak, ga kuku! Masak miniatur sebesar jempol aja harganya seratus euro. Belum lagi yang gede-gede harganya bisa ribuan euro sendiri aje gile deeh!

Jalan lurus sedikit dari arah gereja ini ada café-café lalu ada tangga ke atas ke arah Brühl Terrace. Dari Brühl Terrace ini pemandangannya cantik banget. Kami bisa memandang sungai Elbe yang cantik. Saat berjalan di jembatan, kami bisa melihat jejeran bangunan-bangunan kuno seperti Albertinum, Royal Palace, Catedral, Semper Opera dan Zwinger, indah banget kelihatannya. Sayang cuaca mendung jadi foto yang kami dapatkan pun tak maksimal.

Yang cukup unik diantara bangunan-bangunan itu adalah lukisan tangan sepanjang 101 meter di atas porselein Meisen. Lukisan yang diberi nama Procession of Princes berada di dinding tembok di jalan Augusstrasse antara gereja Frauenkirche hingga Semper Opera. Lukisan setinggi 9,5 meter ini menghabiskan 250.000 buah porselen dan saking panjangnya, lukisan ini dinobatkan sebagai lukisan di atas porselein terbesar di dunia.

Selain itu Zwinger yang merupakan kompleks luas dengan halaman indah dan bangunan-bangunan tempat galeri. Bangunan terkenal unik di tempat ini yaitu Crown gate, sebuah gerbang yang bentuk atasnya persis mahkota. Waktu aku melihatnya dari luar, aku bilang ke Lala,”Koq bentuknya kaya mahkota ya La.” Terus dengan yakinnya Lala jawab,”Lho itu kan namanya memang crown gate Bun, mba lala baca di buku.” Waduuh gaya deh. Enaknya jalan sama anak yang udah cukup besar, mereka bisa baca sendiri sekarang.

Wednesday, August 18, 2010

East Europe Trip, Day 6-7: Vienna:Old town, Bratislava: Bibiana,Brno: Old Town, 22-23 Juli 2010




Kamis, 22 Juli 2010

Old Town Vienna-Austria

Karena Bratislava yang mungil, dan kota Wina Austria yang cuma satu jam perjalanan dari Bratislava akhirnya kami putuskan untuk menghabiskan satu hari ini di kota Wina. Sebetulnya dulu kami sudah pernah ke Wina, tapi anak-anak masih kecil. Jadi kami ulangi lagi pergi ke old town Wina.
Old town Wina sungguh luaaas dan megah, mirip di Paris. Karena susah cari tempat parkir, kami lalu parkir di Radhuis dan leyeh-leyeh sejenak di parknya. Kebetulan sedang ada festival rakyat disana, jadi ada layar lebar dan kursi-kursi di tempat terbuka beserta café-café dadakan untuk menonton film atau tari balet dari layar yang sudah disediakan.

Kami lalu berjalan ke arah old town, Graben Hoff dan St Stephens Catedral Wina yang terkenal itu. Tempat ini sungguh berbeda dengan Budapest maupun Bratislava. Turis-turis banyaak banget tumplek blek terutama di Graben Hoff, pedestrian street utama yang berujung ke catedral. Bedanya lagi banyak turis Arab dengan wanitanya yang berjubah hitam bahkan bercadar berseliweran di tempat ini. Kabarnya orang-orang kaya Arab itu memang senang menghabiskan liburan di Wina dan Munchen.

Yang paling menarik buat anak-anak di Wina ini karena banyak atraksi di dekat catedral. Ada atraksi musik klasik, badut dan yang paling seru adalah pertunjukan boneka maryonet. Beberapa maryonet di pegang oleh seorang lelaki. Lalu dengan musik rock sebuah maryonet beraksi memainkan terompetnya sambil berjalan-jalan mendekati penonton yang kebanyakan anak-anak. Satelah musik rock, boneka lain ganti beraksi dengan musik pop. Kalau ada yang memberi uang, si maryonet ini akan berhenti sejenak lalu mendekati si pemberi uang. Anak-anak pun kesenangan dan tertawa-tawa dibuatnya.

Jumat, 23 Juli 2010

Bibiana-Bratislava

Sebelum check out dari apartement Bratislava, kami menyempatkan dulu ke Bibiana, the International of Art for Children, kalo kata website sih. Kami bela-belain kesini karena bayarnya murah banget cuma 3 euro satu keluarga dan supaya anak-anak ga bosen lah liat kota tua melulu. Bagaimanapun tempat favorit anak-anak adalah taman bermain, berenang, atau ke tempat-tempat yang berbau anak-anak soalnya.

Sebenarnya tempat ini ya biasa aja, kecil dua tingkat ruangan agak besar ada display-display karya buat anak-anak. Tapi menuruku ya kreatif, dan anak-anak lumayan seneng karena bisa memainkan beberapa mainannya seperti sepak bola catur dan bisa gerak-gerakin kursi naga besar. Ada display lautan yang terbuat dari selimut, ada gua naga, tempat peri dan tempat main puzzle buat balita. Kami Cuma butuh satu jam di tempat ini, tapi lumayan lah anak-anak juga bilang tempat ini lumayan.

Brno-Czech Republic

Brno adalah tempat yang paling membosankan menurut anak-anak hehe. Tapi memang iya sih karena kami cuma pergi ke old town nya aja dan memang biasa aja. Yang paling disukai anak-anak di tempat ini cuma main air di air mancur di freedom square. Sejarah Dragon yang bentuknya buaya juga ga terlalu menarik buat mereka. Waktu diceritain tentang sclupture berbentuk unik yang miring di town hall nya Brno, dengan si dragon menggantung di bawah ruangannya, barulah anak-anak rada tertarik. Ternyata si sclupture yang bentuknya memanjang ke atas kaya pilar-pilar lancip berduri itu bagian tengahnya tadinya lurus. Tapi karena si pembuatnya ga dibayar sesuai janji yang telah disepakati, maka bete lah dia dan dibengkokkannya lah si pilar tengah itu.

Sebenarnya, kami hanya berniat sebentar saja berada di tempat ini. Tapi waktu aku sedang berada di information centre aku bertemu dengan pak Jan, yang sangat tertarik dengan orang Indonesia. Rupanya pak Jan yang ahli kupu-kupu ini menikah dengan orang Indonesia dan sangat cinta dengan Indonesia. Kami pun ngobrol panjang dan pak Jan sempat menjadi tourist guide kami sejenak.

Di Brno ini, kami hanya jalan-jalan di Zelny trh (vegetable market), lalu ke old town hall, dan ke freedom square nya. Di freedom square ini banyak orang-orang tua bergaya dan berbaju modern ala preman kongkow-kongkow. Lalu di salah satu sudutnya dipasang bak pasir di sebuah café dengan kursi dan payung ala pantai. Jadi lucu aja pemandangannya, di tengah kota ada orang berjemur serasa di pantai he.

Sebelum pulang kami sempat melihat folk dance. Lucu juga para lelakinya jago banget dan luwes banget menari khas Cheko dengan baju khas putih berompi warna-warni berbordir. Mereka menggerak-gerakkan kaki dan tangan dengan cepat dan bertepuk tangan dengan cepat pula. Pokoknya unik deh, lumayan lah jadi tau tarian khas orang Checko.

Berhubung kami baru cabut sekira jam 9 malam dari Brno, akhirnya kami baru tiba di Dresden jam 2 malam, mana hujan deres pulak, untung perjalanan lancar.

Tuesday, August 17, 2010

East Europe Trip, Day 5: Budapest : Heroes Square, Bratislava: Old town, 21 Juli 2010




Rabu, 21 July 2010

Heroes Square

Kami berangkat kesiangan, karena selain kecapekan juga kami harus ngepak barang berhubung kami akan check out. Sebelum membelokkan mobil ke arah tol menuju Bratislava, kami sempatkan sejenak untuk berfoto dan menikmati Heroes Square. Heroes Square ini juga dibuat dalam rangka memperingati 1000 tahun anniversary kedatangan orang-orang Hungaria ke tempat ini.Heroes Square berada di dekat city park, Szechenyi Bath, kebun binatang dan tempat sirkus. Jadi all in one tempat ini asyik buat kongkow-kongkow keluarga.

Old Town Bratislava

Sekitar dua jam setengah perjalanan, pukul 3 sore kami sampai di Bratislava. Melihat kota ini di siang hari langsung membuatku mengernyitkan dahi. “Ya ampuun, gariiing!”Menyesal aku menginap dua hari di ibu kota negara Slovakia ini.Susunan kota tampak semrawut. Coretan-coretan grafiti menghiasi gedung-gedung tua. Pepohonan juga jarang tampak. Pinggir sungan danube menjadi tempat yang tak menarik, termasuk pemandangan restoran flying ufo yang katanya merupakan salah satu tempat menarik di Bratislava.
Apartemen kami yang berada di lantai 5, dari luar pun tampak tua dan kumuh, mana ga ada lift pulak. Wadaw!Tangga menuju kamar sungguh butut dan kusam. Tapi ternyata dalam ruangan kamar waah, modern! Dan lumayan nyaman juga. Semua barang serba Ikea menjadi perabot di apartemen kami. Di sebelah apartemen kami juga ada restoran China yang ternyata di kelola oleh orang Vietnam yang harganya miring banget. Rasanya lumayan lah meskipun cenderung asin. Rupanya banyak orang Vietnam di Bratislava.
Sore-sore, kami pun menyusuri jalan menuju Old Town Bratislava. Ternyata ada toko Jawa yang menjual perabotan Indonesia di dekat old town itu. Suamiku dan putraku sempat masuk ke dalamnya. Mereka ngobrol banyak dengan si empunya toko. Ternyata pemiliknya memang cinta Indonesia, suamiku bahkan diberi buku berisi jualanya. Malik dengan bangga bilang,”Aik yang motret ayah sama yang punya toko Jawa itu Bun.”

Memasuki old town kota Bratislava, pandanganku seketika langsung berubah tentang kota ini. Ternyata old townnya mungil dan cozy! Dengan beberapa patung unik yang tersebar di old town square nya, tempat ini membuat anak-anakku betah. Ada si Cumil, man at work, yang kepalanya nongol dari bawah tanan, ada si tentara Napoleon yang berdiri di belakang sebuah bangku, ada si Carpet cleaner berwarna perak dan ada juga patung Paparazzi. Patung-patung ini memang menjadi daya tarik bagi turis karena lucu.
Berjalan agak jauh lagi, di depan Opera ada boulevard penuh pepohonan yang rindang, di sebelahnya berjejer café-café yang dipenuhi orang-orang. Ternyata old town nya betul-betul cozy, aku suka. Mentok old town, kita bisa liat jembatan, sungai Danube dan flying ufo dari kejauhan. Ada juga Bratislava castle yang katanya jadi salah satu highlight Bratislava, tapi kami malas menuju kesana.

Setelah kami membaca buku petunjuk tentang Bratislava, ternyata kekontrasan antara kota tua dan kota di sekitarnya ada ceritanya. Jadi dulu Bratislava itu memang indah, apalagi old townnya. Daerah ini juga sangat strategis dan disebut twin city dengan kota Wina. Hanya satu jam menyetir kita sudah bisa sampai ke kota Wina. Katanya dulu Ratu Sisi dari Austria sering menjadikan kota Bratislava sebagai tempat peristirahatannya. Tapi ketika daerah ini dikuasai oleh negara komunis Rusia, orang-orang pintar yang ada di kota ini semua di usir. Alhasil yang tinggal hanyalah orang-orang bodoh yang ga bisa mengurus kota. Maka, ga heran kalau akhirnya kotanya jadi semrawut dan tidak indah, dan ga heran pula kalau akhirnya kota ini disebut sebagai ‘contrast city’.

Uniknya karena sekarang yang tinggal di Bratislava kebanyakan anak-anak muda, mereka giat belajar dan bekerja lalu memajukan kotanya. Kabarnya tingkat pengangguran di kota ini sangat sedikit dan angka kemakmurannya terbilang tinggi. Mereka pun pelan-pelan berniat memperbaiki kotanya kali ya.

Monday, August 16, 2010

East Europe Trip, Day 4: Budapest : Synagog, Great Hall Market dan Labyrinth, 20 Juli 2010




Selasa, 20 july 2010

Synagog dan Great Market Hall

Kami cabut dari apartemen jam 11 siang. Tujuan kami hari ini adalah melihat Synagog terbesar kedua sedunia yang letaknya tak jauh dari apartemen kami, namanya Budapest Great Synagogue (Dohany utcai Zsinagoga). Hanya berjalan sejauh satu kilometer, sampailah kami di Synagog tersebut. Synagog itu atapnya cantik dan unik banget, dengan hiasan David ster dimana-mana.
Siangnya ke pasar Great Market Hall (Központi Vásárcsarnok) . Sayangnya karena ga pake tomtom kami nyasar-nyasar lebih dari satu jam, setelah ketemu tempat parkir di Szerb utea, menurut peta jalan sudah dekat, tapi lah kami ko malah nyasar juga, akhirnya dari jam satu siang kami baru sampai di pasar central market hall jam tiga sore. Pasar itu terdiri dari dua lantai, lantai bawah penuh dengan orang-orang yang berjualan rempah, sayuran, buah dan daging. Sementara di lantai dua, dipenuhi dengan jualan textile khas Hungary yaitu kain-kain sulaman dan souvenir lucu-lucu. Yang unik adalah sulaman tempat roti dan alas bir. Baju-baju handmade yang dibuat sendiri dengan tangan atas bawah khas Hongaria juga banyak dijual.

Di lantai satu, pernak-pernik paprika bergantungan selang-seling dengan bawang putih digantung. Hongaria terkenal dengan paprikanya, jadi suvenir paprika berikut paprikanya dikemas dalam bentuk-bentuk lucu dalam botol, dalam kantong, tempelan kulkas, wadah makanan, kebanyakan bergambar paprika, lucu deh.

Keluar dari pasar, kami baru sadar bahwa bangunan pasar itu tua,dengan arsitektur unik dan cantik, jalan sedikit ke sebelah atas, ternyata pemandangannya juga cantik, ada jembatan dan bangunan-bangunan kuno yang arsitekturnya bagus-bagus. Sebetulnya aku masih betah dan ingin melanjutkan perjalanan melihat suasana dekat jembatan, tapi apa daya kami sudah janji sama anak-anak mau ke Labyrinth di Castle district.

Labyrinth

Kami sampai di castle district sekira jam 5 sore. Dari luar pintu masuk ke dalam labyrinth hanya seperti rumah biasa, bagian depannya pun sempit. Jika melongok ke dalam pun hanya ada tangga ke bawah. Tapi setelah turun tangga, wow, ternyata, kami seperti berada dalam ruang bawah tanah yang dibuat cozy dan cantik. Dengan lampu remang-remang disana-sini, plus beberapa layar komputer dan bangku serta meja-meja klasik membuat tempat kassa dan cafe nya terlihat cozy.

Labyrinth sebenarnya dulu merupakan tempat tinggal orang-orang di masa prehistoric. Lalu pada saat perang dunia II, tempat ini pernah dijadikan rumah sakit dan tempat penampungan orang dan perbekalan makanan. Karena itu lah dibagian depan gua-guanya terdapat gambar-gambar binatang prehistoric. Meskipun gambar-gambar ini ga asli, tapi cukuplah untuk membuat anak-anakku terpesona sejenak menghilangkan ketakutan mereka. Yup! Lala dan Malik ketakutan banget masuk ke labirin ini, mau tapi takut gitu loh, apalagi Malik, sejak masuk tangannya udah dingin dan deg-degan katanya. Malah karena di dalam gua dingin banget ditambah takut juga Aik ga nahan mau pipis, ya gimana mau balik ke pintu masuk udah kadung di dalem. Akhirnya aik pipis di plastik yang aku selalu bawa dalam tas aku.

Sebetulnya masuk gua bawah tanah ini ya seperti masuk gua biasa, dingin, gelap ditambah suara tetesan-tetesan air kadang memang bikin serem kalau yang pergi sendirian. Tapi uniknya kami dibekelin lantern alias lentera, jadi bener-bener berasa mau mencari jalan dalam gua gelap yang ga tau ujungnya. Kami memang sempat nyasar beberapa kali, karena tempatnya asli gelaap banget. Terus setelah gambar-gambar binatang prehistoric, di bagian lebih ke dalam lagi suka tiba-tiba ada patung yang bikin anak-anak ketakutan. Yang paling unik adalah patung besar kepala raja yang tenggelam di tengah genangan air. Lalu ada juga patung kuda berkepala manusia. Yang paling indah, ada pohon anggur berikut air mancur wine mengitarinya berwarna kemerahan dengan hiasan lampu disana-sini, keren!

Selama di dalam, kami juga bertemu dengan pasangan-pasangan turis dari berbagai negara dengan berbagai bahasa ada Spain, Prancis, Inggris, macem-macem deh. Malik selalu mau bareng sama orang lain, sementara ayahnya masih asyik foto-foto. Pokoknya Malik ketakutan setengah mati. Sebelah tangannya pegang lantern, sebelah lagi pegang tanganku. Tapi mesti begitu, ternyata dia penasaran juga. Keluar dari tempat itu, brosur penjelasan tentang patung-patung dan sejarah yang ada di dalamnya dibaca juga, padahal berbahasa Inggris. Dan dengan pedenya dia jelaskan padaku hasil bacaannaya hehe.

Pulang dari sini kami sempet foto-foto lagi di Fisherman’s Bastion, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan ke arah rumah pak Aas dan bu Shinta. Kami dijamu makanan enak, bener-bener perbaikan gizi. Dan karena saat mau pulang pak Aas meminjamkan GPS nya, sejak itu kami hampir ga pernah nyasar ga jelas lagi, alhamdulillah!

Pulang dari rumah pak Aas jam 10 malam, kami sengaja hunting foto Chain Bridge tengah malam. Budapest tengah malam memang lebih indah dibandingkan siang hari. Gemerlap lampu yang menghiasi Buda dan Pest betul-betul memberikan nuansa berbeda, Budapest jadi ga keliatan kuno dan tua lagi, cantik deh!

Thursday, August 12, 2010

East Europe Trip, Day 3: Budapest Szechenyi Bath dan Castle District, 19 Juli 2010




19 Juli 2010, Senin

Szechenyi Bath dan City Park
Kegiatan yang paling ditunggu anak-anak adalah main air alias berenang tentu aja. Jadi mereka antusias banget waktu diajak ke tempat pemandian ini. Buat aku, karena yakin ga bakal nyemplung, aku udah niat mau hunting foto karena tempat pemandian ini keren dan indah banget kalo ngeliat di websitenya. Szechenyi Bath ini memang salah satu kolam yang paling terkenal di Budapest dan kabarnya merupakan medicinal Bath terbesar di Europa.

Setelah sampai disana sekira jam 11 siang, betul aja, tempatnya memang baguus! Meskipun cukup mahal ya worthy lah. Pemandian ini dibuat tahun 1913 dengan gaya Baroque style, jadi berada disini memang serasa berada di kolam mandinya raja-raja. Kami harus pesan kamar kecil untuk penitipan barang. Kabin-kabin ini ya ampuun jelek-jelek dan tua banget. Selain ada kolam besar terbuka di luar, di dalam ruangan juga ada kolam untuk laki-laki dan wanita terpisah, ada kolam untuk senam air dan berendam untuk kesehatan.

Kami langsung masuk ke bagian kolam terbuka, pemandangannya wow! Persis seperti gambar-gambar di websitenya yang cantik-cantik itu. Dengan air biru jernih, bunga disana-sini, berlatar bangunan dengan arsitek kuno memang menjadi pengalaman berenang yang berbeda. Anak-anak seneng banget main di air yang ada arus putarnya. Aku langsung mencari tempat berteduh untuk menunggu barang-barang sambil menonton orang-orang yang berenang. Menyesal juga aku kenapa ga bawa baju berenang muslimah. Kalo aku nyemplung dengan baju renang muslimah mungkin aku akan jadi bahan tontonan bahkan bakal masuk tipi wkwkwk. Sebab, aku ga nyemplung aja udah berasa artis, hampir setiap orang menatap padaku lama-lama, alien darimana nih gitu kali pikir mereka. Waktu aku duduk di kursi leyeh-leyeh setiap orang yang lewat pasti memandangku beberapa jenak baru kemudian melanjutkan langkahnya. Malah ada bapak-bapak berkacamata hitam melongin aku sejak dari dia masih di ujung kananku, sampe jalan maju ke ujung kiri, teruuus aja kepalanya nengok ke aku. Weleh gw kecakepan kali yak ampe dipelong kaya gitu wkwkw. Untung aja si bapak ga nubruk kecebur kolam hahaha. Ah tapi aku pede aja, aku malah nyegajain keliling-keliling kolam motret dengan berbagai gaya sok profesional wkwkw.

Dan ajaibnya, orang berbagai usia dan ga pandang bentuk tubuh, ada semua disini. Mulai dari bayi, balita, anak-anak, ABG, anak-anak muda atletis dan seksi, sampe kakek nenek yang lemaknya udah bergelantungan dimana-mana tetep aja pede berbikini dan ikutan nyemplung. Nenek-nenek tuwir banget yang udah keriput banget umurnya mungkin 70 tahunan juga ada. Malah ajaibnya aku juga liat ada orang berkursi roda di pinggir kolam! Ga ngerti apa dia nyemplung apa engga. Terus ada juga orang-orang yang berkebutuhan khusus seperti Down Syndrome gitu juga ikut nyemplung. Seru deh nano-nano.

Yang unik, dan sering tampak di gambar website info Budapest adalah pemandangan orang maen catur khas Hungarian di dalam air pinggir kolam. Dan aku juga menemukan bapak-bapak yang lagi asik main catur sambil berendam ini. Pantes aja orang-orang pada betah berjam-jam di tempat ini karena memang asyik si yah. Suami dan anak-anakku menghabiskan 4 jam bermain-main dan berenang di tempat ini sampai akhirnya udah pada menggigil kedinginan.

Setelah itu kami pun cabut dari bath ini dan leyeh-leyeh sejenak di City Park yang sungguh adem dengan pepohonan dimana-mana. Duh jadi ngebayangin coba di Bandung ada citi park yang penuh pohon pasti seger deh. Di sebelah ujung City park ini juga ada sirkus, kebun binatang dan tempat bermain. Betul-betul tempat yang menyejukkan di tengah kota yang padat deh pokoknya.

Castle District dan Fisherman’s Bastion

Sore hari kami pun melanjutkan perjalananan lagi ke arah Castle District. Tadinya mau masuk ke Labyrinth tapi berhubung sudah sore dan nyasar-nyasar kami Cuma jalan-jalan di sekitar Castle District aja. Castle District di abad ke-13 dihuni oleh orang-orang Hungaria setelah lepas dari jajahan Mongol. Tahun 1500 mereka sempat dijajah oleh Turki malah katanya gereja yang ada disana sempat dijadikan mesjid.

Aku suka dengan daerah ini, katanya castle district itu daerah elitnya orang-orang di Budapest. No wonder sih karena memang tempatnya indah dan unik. Daerahnya tinggi seperti di lembang tapi dengan satu komplek dihiasi rumah-rumah tua berarsitek kuno, di cat pastel warna-warni dengan jalan-jalan sempit dan jalan batu diatasnya. Duuh berasa di kampung jaman Romawi deh. Di jalan masuk Castle District ada bangunan besar dengan Vienna Gatenya dan museum Nasional Hungaria. Lalu di tengah-tengah district itu ada Mathias Church, gereja unik beratapkan mozaik-mozaik bernuansa coklat dan merah. Disitulah letak centrum Castle district, namanya Szentháromság tér (Holy Trinity Square). Di sinilah old town hall berada, juga Fisherman’s Bastion.

Fisherman’s Bastion berada di bibir bukit. Tempat ini seperti benteng tapi dihiasi dengan 7 buah castle yang membuat kami serasa berada di halaman istana. Di tempat inilah pengunjung bisa memandang kota Budapest dari atas, indah banget! Konon, Benteng berhiaskan castle-castle ini dibuat antara tahun 1895-1905 untuk memperingati anniversary ke 1000 suku Magyar (nenek moyang Hungarian). Tujuh menaranya juga dibuat untuk menggambarkan 7 suku Magyar yang datang tahun 896 ke tempat itu.

Tempat ini jadi tambah romantis karena di tengah-tengahnya ada café dengan pemusik yang mengalunkan musik-musik klasik nan mendayu. Orang-orang sibuk berfoto dan melepaskan pandang mengagumi keindahan dari atas. Kami pun menghabiskan waktu cukup lama di tempat yang indah ini.

East Europe Trip, Day 1-2: Amsterdam-Praha-Budapest, 17 dan 18 Juli 2010




17 Juli 2010, Sabtu

Amsterdam-Praha-Budapest

Liburan kali ini bener-bener beda, sebab gara-gara telat pesen ticket kereta Praha-Budapest, jadinya kami dapat harga muahal banget. Akhirnya kami mikir plan B. Alhamdulillahnya, suamiku udah ngurus SIM Internasional beberapa minggu sebelumnya, tadinya sih belum niat dipake karena belum berani setir kiri dan takut mahal kalo sewa mobil. Tapi ternyata, untuk pergi rombongan sekeluarga, sewa mobil itu jatuhnya sama aja dengan naik transportasi umum. Dengan catatan asal ga ngelanggar aja, karena kalo ngelanggar dendanya aduh maak! Jadi akhirnya kami putuskan untuk sewa mobil selama keliling-keliling di Eropa Timur, biaya sewa mobilnya per hari ‘Cuma’ 25 euro saja, sama dengan harga sewa mobil di Indo kan, jadi bener-bener mendingan sewa daripada beli harga tiket kereta Praha Budapest doang, yang kalo buat berempat harganya bisa melebihi harga sewa mobil untuk sepuluh hari.

Kami berangkat jam 17.45 naik pesawat Easy jet dari Schippol ke Praha yang harga tiketnya juga lebih murah daripada kalo naik kereta. Tapi berhubung cuaca buruk di Praha, pesawat delay, akhirnya kami baru berangkat jam 19.50. Sayangnya, aku lupa bawa nasi mateng, Cuma lauk pauknya doang, alhasil kami makan malam dengan tahu isi dan bihun yang memang aku bawa dari rumah. Ya lumayan deh buat ganjal perut di malam pertama.

Alhamdulillah, perjalanan pesawat lancar. Sampai airport Praha, langsung lah kami mencari alamat si tempat penyewaan mobil yang ga jauh dari airport. Deg-degan juga karena baru pertama kali ini suamiku bakal nyetir mobil di Eropa, setelah setahun ga nyetir mobil, harus bisa setir kiri pulak. ‘Kenalan’ sama mobilnya aja butuh satu jam kali hehe. Mulai dari liat-liat lampu, persneling, nyalain AC terus latihan maju mundur di tempat parkir, wah serba deg-degan deh. Tambah deg-degan lagi pas keluar tempat parkir karena kami nekat ga nyewa GPS, soalnya harga sewa GPS sama dengan harga sewa mobil jeh, ogah banget kan, jadi bismillah berbekal peta aja.

Keluar dari tempat parkir, suamiku nyetir bener-bener merayap, makllum lah pemula berikut ga ngerti jalan pulak. Alhasil kami kukurilingan nyasar 1 jam kali di Praha sebelum akhirnya berhasil menemukan arah jalan tol ke Budapest yang harus melewati Brno dan Bratislava.

Sekitar jam 11 malem, setelah salah jalan itu akhirnya suamiku sudah mulai cukup lancar nyetirnya, langsung deh aku bisa tarik napas lega. Tapinya ditengah jalan hujan dueres pol, terpaksa mobil kami jalan pelan-pelan, berikut sekitar jam satu tengah malam, suamiku ngantuk berat. Kalo di Indo sih aku berani gantiin nyetir tapi disini aku ga punya SIM dan ga berani juga coba setir kiri takut didenda berabe dah. Alhasil, di tempat istirahat pinggir jalan kami berhenti dan tidur sejenak sekira 2 atau jam. Karena diluar hujan masih deres, kadang jendela di buka dikit, dalamnya mobil jadi kebasahan. Kalo AC dinyalain terus ga mungkin juga, kalo jendela ditutup, takut penghuni mobilnya mati semua hehe. Jadi aku sering bangun untuk buka jendela sekali-kali. Pokoknya tidur ga bisa nyenyak blas, berikut posisi tidur duduk ga nyaman banget. Bener-bener pengalaman pertama naik mobil yang mendebarkan dan melelahkan hehe.

18 Juli 2010, Minggu

Sekira jam 6 pagi kami tiba di Bratislava. Perjalanan dari Praha ke Budapest dengan mobil menurut om Google membutuhkan waktu sekira 5,5 jam lewat mobil, tapi gara-gara pemula setir kiri, ga pake GPS, hujan deras dan beberapa kali berhenti untuk tidur di jalan, akhirnya sampe Budapest baru sekitar jam setengah sembilan pagi padahal kami berangkat dari Praha jam 11 malem, gile kan ngaretnya berapa jam tuh.

Berhubung kami baru bisa check in apartemen jam dua siang, jadi kami keliling-keliling kota Budapest dulu sambil ngapalin jalan. Untungnya hari itu hari Minggu jadi jalanan lumayan lengang. Ga berbekal GPS memang cukup merepotkan karena perjalanan jadi lama banget, yang harusnya Cuma butuh setengah jam bisa jadi dua jam karena nyasar-nyasar.

Secara umum, kota tua Budapest menurutku cantik. Aku selalu suka dengan old town di Eropa, karena memang selalu menampilkan aura yang berbeda. Budapest terbagi dua area yaitu area ‘Buda’ dan Pest. Area ini dipisahkan oleh sungai Danube dengan beberapa jembatan megah diantaranya. Yang paling terkenal yaitu Chain Bridge, karena pemandangan dari promonade Danube memandang kemegahan jembatan dan daerah Buda Castle district disebrangnya memang sungguh memanja mata.

Citadella
Tadinya kami langsung ingin ke pusat old town nya, di Vorosmarty square, tapi berhubung nyasar-nyasar, akhirnya ngeliat tanda ke arah Citadella, ya udah langsung lah kami pergi ke Citadella.

Citadella berada di Gellert Hill yang merupakan daerah paling tinggi di Buda. Setelah jalan menanjak, di area paling atasnya ada patung Szabadság szobor atau Liberation Monument yang dibangun pada tahun 1947 untuk merayakan kebebasan Hungaria dari cengkeraman Nazi.

Di Citadella, kami bisa memandang Budapest dari atas, tentu saja pemandanganya sungguh cantik. Parliement, gedung tua mentereng berarsitektur indah yang terletak di Pest, juga jembatan-jembatan yang berjejer menghubungkan Buda dan Pest menambah keunikan tersendiri.

Sebelum sampai di puncak kami melihat jejeran jejeran toko souvenir di sebelah kiri dan beberapa tank-tank perang masa lalu di sebelah kanan. Wajar aja ada tank-tank perang dipejeng disitu, sebab di sebelah dalamnya terdapat museum perang yang cukup besar.

Setelah hampir dua jam menikmati Citadella, kami memutuskan untuk kembali ke Pest ke daerah old town. Tapi saat hendak pulang menuju tempat parkir kami bertemu dengan orang Indonesia! Namanya pak Aas orang KBRI Budapest yang sedang mengantarkan tamunya dari KBRI Roma. Alhamdulillah banget kami bisa bertemu dengan beliau karena beliau orangnya baik sekali, kami diundang ke rumahnya di hari berikutnya, dijamu sate ayam, gule dan es buah yang seger banget. Bahkan dengan relanya beliau meminjamkan GPS! Ya Allah…betul-betul kami dapat rejeki nomplok, pertolongan Allah memang ga pernah disangka-sangka ya. Padahal kami baru kenal, tapi beliau rela meminjamkan GPS nya sampai kami bawa ke Belanda dan nanti akan dikirimkan via pos. Alhamdulillah, berkat bantuan GPS beliau, akhirnya kami ga nyasar-nyasar lagi dan bisa lancar keliling Eropa Timur.

Vorosmarty Square

Kami pun lalu menuruni Gellert Hill menuju arah old town. Tapi karena saat itu belum berbekal GPS, kami lagi-lagi nyasar. Lah ga taunya koq rasanya aku melihat nama jalan apartement kami. Betul saja, segera kami mencari tempat parkir yang lumayan susah meski akhirnya dapat. Setelah check in dan ISOMA sejenak lalu kami cabut lagi ke arah Vorosmarty Square, yang merupakan salah satu pusatnya kota tua di daerah Pest.

Vorosmarty Square ini merupakan tempat kongkow-kongkow seperti centrum pada umumnya. Di sini ada Gerbeaud Café, café tua yang terkenal di Budapest. Menurut review yang aku baca, café ini terkenal dengan cake dan ice cream nya. Tapi berhubung melihat prist lijstnya kayanya mahal-mahal, kami lalu Cuma beli es krim nya aja. Dan ternyata es krim nya uenak! Dengan satu euro saja, kami sudah bisa makan es krim beralaskan wafel dengan rasa es krim yang slurup enak deh pokoknya! Ga salah itu si review J

Di tempat ini terdapat kantor-kantor penting juga tempat shoping toko-toko terkenal di Eropa seperti Berschka. Sehabis makan es krim, duduk-duduk di bangku yang banyak di sediakan di jalan sebelah Gerbeaud café, bahkan sempat tertidur karena semalaman kurang tidur, kami pun lalu melanjutkan perjalanan. Dari Vorosmarty Square kami berjalan ke arah Vaci Ut, yang merupakan pedestrian street terkenal di kota ini. Di sinilah toko-toko tempat shopping berjejer-jejer juga toko souvenir. Karena hari Minggu, toko-toko kebanyakan tutup. Kami hanya melihat toko souvenir saja yang buka. Souvenir khas Budapest adalah paprika! Hiasan paprika dalam beragam bentuk ada dimana-mana, contohnya tempelan magnet berbentuk paprika merah menyala bertuliskan ‘Budapest’. Gantungan paprika kering berjejer-jejer pun banyak menghiasi toko-toko souvenir.

Di ujung Vaci Ut kami menemukan pasar khusus souvenir yang letaknya di bawah jalan. Dua buah patung anak kecil berbaju merah, khas Hungaria berdiri menyambut. Kami pun segera masuk. Sayangnya harganya mahal-mahal banget. Secret box yang digemari anak-anak harganya mahal bukan kepalang, begitu juga dengan baju atasan bordir khas Hungarian, celemek-celemek dan catur ala Hungarian. Jadi ya cukup lah lihat-lihat saja.

Danube Promonade, Chain Bridge dan Parliement

Dari Vaci Ut, kami lalu berjalan terus menuju Danube Promonade. Menyusuri jalan ini sungguh asyik karena pemandangan Buda di seberang sungai Danube, Chain Bridge dari kejauhan sungguh indah, apalagi di malam hari. Selain itu, tram tua berwarna kuning yang berseliweran di pinggir sungai juga membuat tempat ini semakin unik dan klasik. Beberapa blok sebelum Chain Bridge, ada patung Litle Princes yang cukup terkenal. Patungnya sih begitu doang, seperti anak kecil mungil sedang duduk di atas pagar pinggir rel tram dekat sungai. Tapi entah kenapa patung ini begitu terkenal dan orang-orang yang lewat pasti memotret atau dipotret dengannya. Tapi dari tempat inilah katanya the best view chain bridge bisa terlihat.

Kami lalu teruus berjalan berkilo-kilo menyusuri promonade hingga jembatan, berjalan di atas jembatan Chain bridge, dan terus berjalan hingga sampai di seberang Parliement. Parliement ini begitu menonjol kalau dilihat dari atas. Di lihat dari seberang sungai pun, parliement tetap tampak indah. Karena sudah capek berjalan, foto-foto, sudah kelaparan dan hari pun sudah tambah gelap, kami ga kuat pulang balik jalan kaki. Akhirnya kami mencoba naik metro bawah tanah yang rupanya dibuat di bawah sungai, pantesan aja tangga menuju metronya curam setengah mati. Dalam sekejap kami pun sudah tiba lagi di Pest.

Sekilas info tentang Budapest:
- Ternyata ada pengemis juga disini, kami ketemu 2 orang pengemis di deket Chain Bridge, dan seperti biasa, kerudungan hmh…Selain pengemis, banyak juga orang cacat berkaki satu yang juga jadi peminta-minta.
- Disini jarang banget aku ngeliat perempuan pake kerudung, turis berkerudung pun langka. Plus orang berkulit gelap juga jarang lho, ga kaya di Belanda yang banyak bener.
- Mata uang Hungarian memakai Hungarian Forint ( HUF) dengan tanda Forint (Ft) yang cukup memusingkan karena nol nya banyak hehe. Satu Euro bisa dikatakan = 250 ft. Jadi kalau mau beli suvenir seharga 2000 Ft, berarti 8 euroan.
- Di dekat apartemen kami ada salon khusus anjing, dengan dekorasi salon yang childish dihiasi bunga-bunga, lucu banget, anjing-anjing pudel yang mungil dan manis-manis itu antri dipotong dan direbonding kali ya hihihi. Pantesan aja banyak nenek-nenek jalan bawa-bawa anjing pudel, kayanya orang Budapest seneng pelihara anjing-anjing mungil yang lucu ini.
- Jalanan di Budapest kecil-kecil, cari tempat parkir agak susah, tempat parkir mobil kami bahkan harus masuk beberapa lantai di bawah tanah dengan jalan sempit banget dan curam. Suamiku jadi makin tambah mahir parkir gara-gara tempat super sempit ini. Enaknya, parkir hari Minggu di Budapest gratis, dan parkir di tempat umum juga ga terlalu mahal, satu jam sekira 0,75 cent euro. Dan kalo nyari parkirnya di tempat yang agak jauh dari keramaian malah ga perlu bayar juga.

Monday, April 26, 2010

Ketika Anak Kepergok nonton film 'Serem'

"Ma, sini Ma!" panggil suamiku. Aku yang masih ngos-ngosan setelah lompat-lompat ngikutin program sport di VCD, ogah-ogahan."Duuh ntar deh Yah, masih cape banget nih." Eh tapi tumben-tumbennya suamiku keukeuh."Ma, harus kesini, this is important!" Tegasnya. Waduuw, ga berani nolak deh kalo suamiku udah ngomong begitu. Meski nafas masih ga keruan, aku segera turun tangga.


"Look what your son just watched!" tegas suamiku lagi. Deg! Irama jantungku mulai berdegup tambah kenceng."What? Film porno? Oh No!..my 8 year old Son's, yang masih imut dan lucu dan menggemaskan itu?! Yang masih demen maen boneka binatang itu?!" Aku mulai panik.


Lalu suamiku menunjukkan sebuah berita di youtube. Yup, sebetulnya itu cuma berita, tapi berita dan gambar tentang 100 orang perempuan segala usia yang bertelanjang ria dalam rangka cari dana buat anak-anak autism. (*sigh* apa ga ada cara laen yang lebih elegant?"). Oke bukan film porno berarti cukup 'aman' dong. Yup, beritanya sih cukup 'aman' tapi gambar link-link lain disampingnya pegimane? Kan mengerikan, gimana kalau anakku penasaran trus klik-klik yang lain juga. Ok deh anggep aja ga ngeklik yang laen-laen, dan memang dia sama sekali ga sengaja nge klik berita orang bugil itu, tapi kesalahan terbesar yang telah ia lakukan dan membuatku tetep tegang adalah, si bungsu sudah berbohong!


Ya aku bisa maklum, sangat maklum kenapa dia ga berani berkata jujur. Tentu dia takut, ga ingin ketahuan dan ga ingin disalahkan dong karena telah melanggar kesepakatan yang kami buat bersama. Selama ini kami memang sudah membuat kesepakatan dengan segala alasannya bahwa kalau ada gambar orang ga pake baju atau porno ga usah diliat, langsung tutup aja. Dan ga seperti kakaknya yang taat aturan, si bungsu adalah tipikal anak yang demen arguing, agak-agak suka membangkang dan melanggar peraturan, meskipun di satu sisi dia adalah anak yang easy going, penyayang, cute, imut dan mau cerita apa aja ke orangtuanya.


Sewaktu ayahnya ga sengaja mergokin apa yang sedang dia lihat di youtube (potongan gambar orang bugil selama 2 detik), si bungsu langsung menutup link yang dia liat dan langsung membuka video lego. Suamiku tentu kaget dong, tapi lalu dia pura-pura ga tahu aja. "Aik udah dari tadi maen komputernya, udah dong gantian ayah. Ni kasihin pisang goreng buat Bunda ke atas ya Ik." Si bungsu ogah-ogahan masih ingin tetap di depan kompi, mungkin karena dia belum menghilangkan jejak apa yang barusan dilihatnya. "Ayah mau apa?" tanyanya. "Enggak ayah cuma mau liat gresnews.com aja koq. Ayo sana kasih ke bunda, aik kan udah lama nonton komputernya."


Segeralah si bungsu pergi ke atas, ngirim sepiring pisang goreng buatku. Tapi rupanya dia masih takut ketahuan, dia turun lagi ke bawah. Dia membuka pintu pelan-pelan dan mengintip apa yang sedang dilakukan ayahnya. Ayahnya sadar dong kalau ada seorang anak yang sedang takut ketahuan berbuat salah lalu mengintip untuk make sure bahwa everything is oke. Suamiku segera menoleh kebelakang dan tersenyum memandang si bungsu yang sedang mengintip dari balik pintu. "Ayah lagi apa?" tanya si bungsu lagi. "Enggak...ayah cuma liat gresnews.com aja koq nih liat nih." Si bungsu pun segera berlalu dan suamiku langsung memanggil aku.


"Sekarang, apa yang mau kita bilang ke dia?" tanya suamiku. Hmmhhh...aku menarik napas dalam-dalam. Suasana hatiku ga karuan, ya deg-degan takut kalo anakku udah ngeliat segala macem yang lain-lain, atau malah takut kalo ini bukan kali pertama dia melihat diam-diam, kecewa karena tahu dia sudah berkata ga jujur, dan agak-agak tegang memikirkan apa yang sebaiknya kulakukan dan kukatakan. Belum lagi kalo inget paparan temen-temen Belandanya di kelas, yang sepertinya agak menyeramkan, karena mereka sering bicara soal neuken atau vrijen (ML), meskipun mungkin pemahaman mereka belum terlalu jauh. Tapi meski begtu ada juga rasa syukurku karena suamiku pas kebeneran mergokin, alhamdulillah banget, coba kalo enggak, terus dia diem-dieman sering liat, dan ketagihan wuaduuh syerem banget kan.


"Ya, kita harus bilang sekarang, ga bisa didiemin," jawabku. "Tapi kan harus hati-hati Ma, jangan sampai dia jadi merasa dihakimi." Hmm...memang sih. Bingung juga. "Oke, biar aku yang ngomong," kataku yakin sambil dalam hati masih bingung, duh kudu gimana ngomongnya yak. "Aku inget dulu pas ikut pelatihan bicara seks pada anak, bu Elly Risman pernah bilang kasih liat mereka gambar-gambar penyakit akibat seks bebas, mungkin aku bisa mulai dari situ." Oke, bismillah...mau ga mau aku harus bilang bahwa apa yang dia lakukan salah, tapi disatu sisi juga memang membingungkan untuk membuat pertanyaan atau pernyataan yang tidak menghakimi. Tapi satu hal yang membuatku mantap untuk bicara sama si bungsu, aku lebih memilih aku yang bicara bukan ayahnya, karena hubunganku dengannya sangat dekat. Hampir setiap malam sebelum tidur kami pasti berpelukan dan saling cerita,'tadi hari ini ngapain aja.' Selain itu, sejak kecil aku sudah terbiasa mencicil topik-topik soal pendidikan seks disesuaikan dengan umur mereka, tugasku lebih ringanlah jadinya. Akhirnya, setelah kutarik napas dalam-dalam dan memohon pada Tuhan supaya lidahku dilancarkan, kupanggilah ia menemuiku.


"Ik, sini dong, pelukan yuuk bunda kangeen!" Kakaknya yang sadar bahwa sesuatu yang ga biasa telah terjadi langsung mau nimbrung."Aku mau denger, aku mau denger! katanya. "Mbak, sekarang giliran Aik dulu ya, nanti setelah aik baru mba lala oke."


Si bungsu pun datang, dengan wajah yang menurutku ga biasa, malu-malu ga jelas hehe. Aku tutup pintu kamar, dan kami pun berpelukan di bawah selimut. "Ik, cerita dong, tadi pagi Aik ngapain aja?" Ga seperti biasanya lagi, tubuhnya memunggungi aku dan mukanya dia tutup pake boneka palu barunya. Hmm...dari bahasa tubuhnya aja sebenernya nih anak udah nunjukin bahwa dia punya dosa hehe. Tapi aku tetep mikir gimana ngebawanya biar ga langsung menghakimi dia. "Gewoon Bun (biasa aja)," jawabnya.

"Aik tadi maen komputer kan, main game apa say, seru ga?"

"Aik maen handphonenya Bunda," wajahnya masih ga mau mandang wajahku.

"Aik liat kesini dong, kan ga enak kalo ngomong ga liat-liatan." Hmm oke deh, nih anak malah ga ngaku pulak kalau tadi maen komputer. Owkeh, cari akal laen dah.

"Mm..bunda mau cerita nih Ik, aik mau denger ga?"

"Mau." Kali ini wajah kami sudah berhadap-hadapan. Tapi kadang dia masih nutupin wajahnya dengan si boneka palu.

"Ik..Ik..kan dulu bunda dokter ya. Na waktu bunda kuliah, dulu bunda belajar tentang tubuh manusia. Bunda juga belajar segala macem penyakit. Penyakit di mata, di telinga, di mulut, di ketek."

"Haha penyakit di ketek apa Bun?" selanya.

"Di ketek itu kan ada kelenjer limph namanya Ik, bisa ada infeksi disana atau kanker juga bisa."

"Nah terus ada penyakit di paru-paru, lambung, penyakit di P* dan V* juga ada Ik, di kaki juga ada."

Si bungsu mulai gerak-gerak ga jelas.

"Aik dengerin bunda ga?"

"Iya aik denger."

"Oke, nah trus ya Ik, tau ga penyakit di P* dan V* itu kaya apa, hii serrem lo Ik." Wajah si bungsu mulai antusias.

"Ada nanahnya Ik, serem deh pokoknya."

"Nanah apa Bun?"

"Itu lho Ik, cairan putih-putih bau ada kumannya, itu kaya kalo ada roti atau nasi basi ada jamurnya, nah bentuknya kaya gitu terus keluar cairan, nanti bunda kasih liat deh gambarnya di internet ya." Aik mulai merhatiin baik-baik.


"Nah terus ya Ik, tau ga kenapa orang-orang bisa kena penyakit kelamin kaya gitu?" Aik menggeleng. "Itu tuh orang-orang yang suka vrijen sama siapa aja Ik. Nih kalo ayah bunda kan udah menikah, jadi ya vrijennya ga ganti-ganti, ayah ya sama bunda aja. Makanya di agama Islam, Allah bilang kita harus menikah dulu sebelulm vrijen. Kalo orang Belanda kan enggak, nanti kalo Aik udah puber, aik liat deh anak-anak Belanda misalnya verliefd (cinta) sama temennya terus mau vrijen, nanti bulan depannya lagi ganti sama yang lain, nah ini bikin penyakit Ik. Bisa kena penyakit gonorhoe, siphilis, malah bisa kena Aids Ik."


"Hiii..." komen Aik.


"Nah, Aik tau ga kenapa orang-orang itu suka kepengen vrijen terus. Karena mereka suka nonton film-film porno Ik, suka liatan orang-orang telanjang ga pake baju." O..O...mulai deh Aik jungkir balik ga jelas, makin nyungsep kedalem selimut maen-maenin boneka palunya.


"Ik..Ik..kalo Aik liat gambar perempuan ga pake baju rasanya gimana Ik? P* Aik berdiri ga?"


"Nee (ga)!" Jawab Aik segera.


"Ah masa sih Ik, dulu waktu aik umur 7 tahun aik pernah bilang bunda, kata Aik P* aik berdiri kalo liat yang seksi-seksi."


"Echt (bener) Bun? Aik pernah bilang gitu?" AIk nyengir malu-malu.


"Iya echt, kan bunda suka nulis diari tentang mba lala sama aik, ada tuh diarynya di komputernya bunda. Nah kalo misalnya nih Aik liat gambar-gambar di jalan kan banyak tuh perempuan yang cuma pake beha doang ato yang ga pake baju, P* aik berdiri ga?"


"Ya..ya Bun," Akhirnya...aik jawab sambil nyengir malu.


"Aik deg-degan ga Ik?"


"Nee!" Aku ga ngerti ini beneran apa enggak, justru aku pengen tahu anak umur segini reaksinya gimana sih kalo liat gambar kaya gitu.


"Oke, mungkin karena aik masih 8 tahun, nanti kalo aik udah puber, selain P* aik berdiri, aik juga deg-degan Ik."


Karena kulihat si bungsu udah mulai mau terbuka, langsung deh kupikir ini saat yang tepat buat nanya. Jadi mulailah aku bertanya soal yang paling berat.



"Nah Ik, Aik tau kan Allah suka sekali sama orang yang jujur. Bunda juga seneng sekali kalo Aik jujur. Bunda sama ayah ga akan marah ko kalo aik berbuat salah, tapi yang penting aik jujur."


"Okey! Itu cuma news Bun!" jawabnya tiba-tiba. Hwaaa alhamdulilah akhirnya dia ngaku.


"Tadi Aik nonton apa Ik? nonton orang ga pake baju kan?"


"Iya itu tapi news bun dan itu tangan!" Waduh tangan apaan rada ga mudeng nih aku.


"Haduuh bunda seneng banget aik jujur! Aik hebat!" Kupuji habis-habisan dia.


"Terus, pas aik nonton itu P* Aik berdiri ga?"


"Iya," katanya malu-malu.


"Waaah bunda seneng banget dengernya, berarti aik normal!"


Aik rada bengong denger emaknya malah kesenengan.


"Iya Ik, bunda seneng, berarrti aik normal, coba kalo engga, berarti aik homo dong."


"Oh dat is erg (Serius beneran), aik normal!" wajah aik kesenengan.


"Hehe iya Say, aik normal hebat itu, aik mau cerita berarti bunda tau aik normal, bunda seneng banget. Terus Aik nonton apa lagi Ik."


"Iya itu tangan, tapi itu cuma tangan Bun!" Tangan apaan sih dalam hati aku masih ga mudeng.


"Tangan itu apa Ik?"


"Itu kaya P*, terus dimasukin ke tangan yang lain yang kaya gambar hati gini." Waduh gubraks! Berarti dia nonton yang P* sama V* dimasukin dong mesti cuma pake tangan hiks hiks.


"Oke Ik, tapi lain kali pokoknya kalo ada yang gitu-gitu Aik ga usah liat, ya kalo Aik mau liat aik bilang sama ayah bunda, kita nonton bareng oke. Coba nanti kita tonton bareng yang aik liat, biar aik tahu apa yang terjadi sama tubuh aik kalo aik nonton yang kaya gitu."


"Oke.." jawab aik.


"Nah Ik, jadi ya sekarang kita bikin afgesproken ya Ik (kesepakatan). Bunda tau aik udah mau puber, aik pasti pengen tau kan, penasaran kan makanya aik liat, bunda sama ayah juga dulu gitu koq, sama. Tapinya, kalo aik ga bilang sama bunda atau ayah, nanti takutnya aik liat yang lain-lain yang serem-serem. Aik tau kan kenapa kita ga boleh liat yang porno-porno."


"Enggak," halaah cape deeh padahal udah sering banget diulang-ulang tapi nih anak suka jawab yang gampangnya doang.


"Oke Ik, gini ya, nanti kalo aik udah puber, kalo aik liat perempuan ga pake baju, terus aik deg-degan, P* aik berdiri, ditambah aik nanti seneng, terus pengen liat terus, terus pengen vrijen, padahal aik kan belum menikah, nanti aik verslaaf (addict). Kalo liat yang porn-porn itu bikin verslaaf Ik ngerusak otak. Makanya kalo aik penasaran pengen tau bilang sama ayah bunda, nanti kita nonton bareng. Nanti juga kalo aik udah mimpi basah, ayah pasti ajak Aik nonton film porn itu, soalnya aik pasti pengen tau kan, ato aik nanti diajak temen-temen aik, nah kalo sama temen aik bahaya ik, nanti malah liat yang lebih serem yang bikin aik tambah verslaaf."


"Mimpi basah itu ngompol Bun."


"Bukan sayang, mimpi basah itu kalo aik mimpi ketemu sama perempuan yang ga pake baju, terus P* aik berdiri, terus keluar sperma dari P* aik." Phfuih..vulgar banget gw yak, kataku dalam hati. Tapi udah kepalang basah deh, soalnya nih anak temen-temen Belandanya juga vulgar mending aku kasih gambaran aja duluan lebih detil."


"Itu kalo aik 10 tahun Bun?"


"Ya beda-beda Ik, ada yang 11, ada yang 12 tahun, nanti pasti ayah kasih tau aik. Yuk sekarang kita liat gambar gimana orang yang sakit kelamin yuk."


Lalu aku pangku si bungsuku itu, kami nonton gambar-gambar orang berpenyakit gonore, siphilis dan aids bareng-bareng. Nah sekarang kita liat yuk yang tadi aik liat, biar aik tau apa yang terjadi sama tubuh aik pas aik nonton.


Aku pun nonton bareng si berita itu sambil megangin dadanya Aik. Ketika giliran perempuan-perempuan pada buka baju, aku ngerasa, detak jantung aik berdegup lebih kencang.


"Tuh kan ik, aik jadi deg-degan."


"Oh ya, echt," jwabnya nyengir.


"P* aik berdiri ga?"


"Nah berdiri juga kan," kataku sambil nyenggol P nya hehe. Aik tambah nyengir.


Setelah selesai, aku ulangi sekali lagi kesepakatan yang kami buat bahwa kalau aik penasaran, pengen tau sesuatu, aik harus bilang sama ayah bunda biar kita nonton bareng.


"Oke," katanya terus ngeloyor pergi.


Huwaaah legaaaa! Lalu berceritalah aku ke suamiku. Ga lama aik nongol. Aku puji-puji lagi dia habis-habisan. "Ayah, aik hebat lo yah, aik mau jujur, terus aik juga mau cerita soal P* aik yang berdiri, kita juga bikin kesepakatan kalo aik pengen tau, aik harus bilang dan nanti aik dan ayah bakal nonton bareng. Dan aik ternyata normal Yah."


"Horeee! Aik normal!Aik ga homo! " kami bertiga berpelukan, celebrating kenormalan aik hihi. Tau-tau aik bilang gini," Bunda, aik boleh dapet hadiah karena aik udah gitu tadi?" Oalaah tauuu aja deh niy anak cara buat dapetin hadiah hehe.


"Oke, aik boleh dapet stiker," kata ayahnya. Akhirnya aik dan ayahnya nempel satu stiker. Karena emang kami lagi bikin program stiker berbuat baik, Kalo bisa ngumpulin 7 stiker dapet 1 euro buat ditabung beli lego atau apapun maunya mereka. Untung dapet stiker pun aik udah seneng.


Hmmh..tarik napas dulu. Karena tugas satunya menanti, si anak gadis belum diceritain euy! Lalu gantianlah, aku panggil anak gadisku. Terus aku peluk dan ceritain soal adeknya yang ga sengaja liat gambar serem. Setelah selesai, aku tentu tambahin dong karena laki dan perempuan beda.


"Jadi mba, bunda ceritain ke mba Lala, supaya mba Lala tau apa yang terjadi sama tubuh kita kalo kita liat gambar-gambar orang telanjang atau yang porno. Terus mba lala kan bentar lagi dapet pendidikan seks di sekolah. Orang Belanda sama kita kan laen. Kita harus menikah dulu, kalo mereka enggak. Makanya kata temen bunda anak perempuan Belanda, kalo udah mens sama mamanya suka di kasih pil KB atau kondom. Mba lala tau kan itu apa?"


"Nee.." Hmm aku bingung nih nih anak tau beneran apa sebenernya ga tau.


"Pokoknya anak belanda itu boleh vrijen sama siapa aja kalo mereka udah mens, kita ga gitu mba. nanti kalo hamill, anaknya jadi ga jelas, ga sholeh karena bapaknya juga ga jelas. Mba lala tau kan vrijen itu apa?" Karena aku udah panjang lebar sama si bungsu ngomongi ini jadi aku udah cukup rileks ngomong sama si sulung. Dan untungnya si sulung kali ini cukup terbuka ga tertutup kaya biasanya.


"Itu kalo ada laki-laki sama perempuan ga pake baju, terus peluk-pelukan cium-cium gitu," Jawab si sulung sambil nyengir malu.


Waah! Akhirnya aku tau pemahaman dia. Siip! ya udah lah karena udah tau sampe jauh gitu, sekalian aja aku kasih tau yang lebih dalem, soalnya daripada dia tau lebih parah dari sekolahnya beberapa bulan lagi, aku bekelin aja dulu dari sekarang.


"Iya mba gitu, terus mba lala tau nggak gimana bisa jadi anak?"


"Nee."


"Si P* nya laki-lalki yang berdiri itu mba nanti dimasukin ke V* nya perempuan terus dari P* nya keluar sperma, dari V nya keluar sel telur, nanti ketemu, jadi deh anak."


"Hiiiii dat is fiiiss! (itu jijay!)" jawab lala sambil memperlihatkan wajah jijay.


"Hehe iya itu jijay buat anak sepuluh taun mba, tapi nanti kalo mba lala udah nikah engga. Jadi harus nikah dulu baru boleh vrijen. Dan mbak lala juga sama kaya aik kalo penasaran, bilang nanti kita tonton sama-sama okeh."


"nee Ik wil niet (ga aku ga mau nonton)"


"Oke bagus kalo mba lala ga mau ya ga usah, kalo perempuan memang biasanya ga deg-degan mba, kecuali kalo nonton film cinta yang pelukan ciuman gitu. Bunda juga dulu gitu, suka kalo nonton film-film cinta terus bunda jadi deg-degan. Mba lala juga gitu ga?"


"Ja, enbetje (ja dikit)" Yes! Akhirnya mau ngaku juga anak gadisku siiip.


"nah nanti kalo mba lala udah mens, udah beneran puber, tambah seneng mba nonton yang gitu. Ada deg-degan, ada mules di perut, ada rasa seneng, ada keluar cairan dari V, pokoknya macem-macem. Tapi ya udah ga boleh diterusin ke nonton yang lebih jorok, kan bahaya karena belum nikah. Kalo hamil gimana. Makanya mba lala harus jaga tubuh mba lala, hati-hati. Laki-laki suka sama dadanya wanita, harus ditutup dan juga auratnya harus dijaga. Kalo anak belanda karena mereka ga ada aturan di agamanya, makanya anak perempuan kecil-kecil udah minum pil dan dikasih kondom. Kondom itu buat cegah hamil mba, bentuknya kaya P nanti dimasukin ke P yang berdiri supaya sperma yang keluar ga ketemu sama ovum."


Hiiiiii....Lala tambah nyengir.


"Oke ngerti ya mba sekarang, jadi mba lala kalo dengerin pendidikan seks dari sekolah udah tau, terus cerita ke bunda, karena kan beda antara orang Islam sama orang belanda."


Phfuiih..selesai..legaaaa!
Pokoknya terus kita sama-sama lega. Rasanya aku seperti orang baru melahirkan, udah berhasil ngasih elmu yang paling tabu buat disampein ke anak gadisnya. Mungkin ada yang bilang mestinya ga perlu sejauh itu kali ya. Tapi ya piye, anakku taunya udah banyak jeh, malah sebentar lagi mau dapet pendidikan seks dari sekolah yang menurut temenku, caranya tuh bakal diliatan boneka asli orang ML, wadaw!. Soo....legaaa bagent rasanya udah berhasil ngeluarin kata-kata palilng berat soal si P ketemu V itu, phfhuih....berasa udah mau mantu dah xixixi.


Lucunya, pas aku lagi ngetik. Aik liat. Terus dia protes berat. "bunda ga boleh ceritain yang tadi di fesbuk."

"Tapi cerita aik bagus banget lo Ik, bisa jadi inspirasi buat yang lain. Aik jadi pahlawan, karena orangtua lain jadi dapat ide gimana cara bilang ke anaknya soal yang susah kaya gini."


"Neee!" Aik keukeuh ga mau malah sampe nangis.

"Oke deh oke, engga ko Ik ini cuma buat diari bunda." Aku sempet berpikir bener-bener ga akan posting tulisan ini dan cuma akan tarok di diariku karena aku tentu harus menghargai privacy Aik. Tapi aku juga mikir, wah sayang sebenernya, pasti kejadian kaya gini kerap dialami orangtua lain dan menarik untuk dibagi kisahnya. Ya sudahlah gimana nanti aja pikirku.


Nah ternyata, emang Allah udah atur kali ya, pas sambil ngetik aku kan sambil makan coklat almond kesukaanku. AIk kepengen. Aku kasih lah 2 biji. Eh ga lama, doi balik lagi,"Lagi bun, enak!"

Oke aku kasih 3 biji, terakhir ya, pesenku. Pokoknya si emak pelit mode on kalo soal coklat kesukaannya ini xixixi. "Eh rupanya ketagihan dia, masih balik minta lagi. Tuing-tuing langsung dong aku mikir. "Ik sebetulnya aik echt bagus lo pengalamannya, kalo bunda ceritain ke orang lain, aik menolong banyak anak lain. Boleh ga ceritanya bunda taro di fesbuk, nanti aik boleh ambil semua coklat bunda." Mulanya aik diem aja, tapi terus ga lama dia jawab..."Okeee!" Setelah semua coklat ada ditangan, dia pun mamerin ke kakaknya. "Yippiiii! Lala! Ik krijg de hele chocola van Bunda (Hore, Lala, aku dapet semua coklat punya bunda)!


Bwhaahaha ternyata si bungsu beneran masih anak-anak, masih polos bener, buktinya ceritanya masih boleh dituker sama coklat, cihuuuuy! hehehe





Sunday, March 21, 2010

Getting Old

Getting older isn’t nice, is it? I’m always happy if someone said that I’m still like a teenager or a student. My heart always flies if my new friends were surprised and said “ What? Do you already have two big children? Are you kidding? You look so young!” I smiled gleefully when I walked with my children, met with other people and they said,”Are they your nephew and niece?” Or even worse they would said,”Are they your brother and sister?” What? My children? Brother and sister? Oh come on, I’m not that young, they are my children, indeed! Even though I was a bit insulted but there was a pleasant feeling crept, deep in my heart.

But, if I looked at the mirror, saw a white-hair in my head, my heart would trembling. If I touched and noticed a large lump under my belly skin, my heart would screaming. If I realized that the age of forty is crawling to me in the upcoming years, I was scared. All of those fact saying that being young always makes me glad, but being old is a nightmare. I wish I could live forever young. I wish I could drink every pills that could prevent my aging time.

Sometimes, when I woke up and realized that I’m getting older, I sat still and pondered,”Where am I now? What I have been doing in my life? I just feel like I was still studying and enjoying my youth, but that was 15 years ago. And it seems that I just married and was cuddling my first baby, but that was 10 years ago. Hmm, the next 10 years my children should be in the university and the next 15 years perhaps I will have a grandchild. Oh God, how fast time flies! Then, my heart pounded and my stomach lurched. I sank in an anxiety feeling, the fear of being old.

Terrible, isn’t it? But, that is women. Ups, oke, not all of women of course. At least, that is me, a woman who suddenly have those feeling on her birthday. Luckily, I’m surrounded by love so I can get out from my worry. My husband always ‘wake’ me up and my children always cheer me up. When my daughter made a wish for me, she said,”Ya Allah, I hope my mom will still alive after her thirty six years old.” And my son continued,” Ya Allah, I hope my mom can still kind and beautiful always.Amin.” I smiled and giggled, what a beautiful wishes. I couldn’t imagine it came out from the lips of my two babies who look so mature now. Then, they made a small party for me. Each of us threw a balloon up with our left hand and the other hand tried to fall down others balloons. We jumped, ran, screamed and laughed! I laughed and felt so grateful. “Hmm, being old with all of what I have is not bad, actually,” I murmured.

A while later, when my children had slept, I lied in my bed and remembered what was happened a day before at 12 o’clock in the night. Here came besides me, a man whom I shared all of my live in the last 12 years. “Happy birthday Honey, I wish your dream come true. I don’t know why, but with our happiness and sorrow that we have been going through, with your struggling to live with me here that I know is so hard, day by day, I love you more and more. I wish we will always be together, forever.” My heart was melting. My tears was hovering in my eyes. We hugged to each other so fast as if we will never be apart. Then, we talked about our past time that we have been going through together. We smiled at our sweet memories; tears of our sorrow, difficulties when nurturing our kids, our traveling, our spiritual journey and our age that getting older, and then I said, ”You are the best birthday present in my live, I’m so grateful to have you. I never regret spending my last 12 years with you, even though there are a lot of bitterness, but there are always sweetness in the end.”

That night was so sweet as a happy ending story in an Indian movie. But our conversation then make me realize that being old together with him, raising my children together with him, watching our children growing together, and reaching our dream together is a bless. How if I should live alone and getting older without someone besides me? Having a family is a gift because not everybody can build a family. I should thankful with what I have. So why should I worry about getting older then? Yes of course, because I’m not a holly man that have no worried about the future. But, well at least, I realize more now that my family is my germ. I shouldn’t worry about being old, I should worry if I’m getting old but I can’t be a good spouse for my husband and a lovely mom for my children. As Plato said,” The spiritual eyesight improves as the physical eyesight declines,” getting older means that I should be a better person inside even though I loose my beauty outside.

So now, am I happy if my belly getting bigger and there is no more people say that I’m look young? Uhm..I’m afraid…I’m not that good. Again, I’m not a holly man who doesn’t care about more wrinkle and the tummy fat. But, well at least, now I can say that getting older is a fact but looking older and getting rotten inside is a choice. And I choose not to look older nor get rotten inside. I hope, I’ll try…

Monday, March 15, 2010

Lala dan Malik bicara ‘vrijen’ (hubungan suami istri)

Kapan hari sepulang sekolah, Malik, 8 tahun, tiba-tiba nggremeng sendiri sambil nyanyi-nyanyi, ngomong gini,”Ik heb seks met Liane, Ik heb seks met Liane.” What?! Langsung dong telinga ku berdiri dengernya. Waduh, anak gw mulai ngomong-ngomong soal ginian, pasti dari temen-temennya nih, mulai panik dong diriku, kuatir temen-temennya udah meracuni dia yang enggak-enggak. Aku yang ada di lantai dua sampe turun tangga dan mencoba mendengarkan lagi baik-baik takut aku salah denger. Tapi enggak tuh, Malik bener-bener ngomong gitu, dan aku tahu banget, Liane itu satu-satunya temen perempuan sekelas Aik yang dianggap temen sama Aik. Temen perempuan lainnya kata Aik bukan temen, bener-bener cuma Liane seorang. Jadi menurut Aik, temen Aik itu adalah temen laki-laki yang deket sama Aik (ada 10 orang) plus Liane, padahal ada 30 orang anak di kelas Aik.

Hmm…aku langsung tuing-tuing lah, suara sirene gawat darurat mulai meraung-raung di telingaku, wah ini ga bisa didiemin aja nih. Aku lalu turun pura-pura ke dapur terus nyamperin Aik dan Lala (10 tahun) yang lagi baca di ruang tamu.

“Ik, tadi dari atas Bunda denger Aik ngomong tentang Liane, Aik bilang apa Ik?”

Iets, (ngomong dikit),” jawab Aik singkat, sambil matanya tetep ngeliat lego di depannya.

“Ngomong apa tuh Ik?”

Niks (nothing),” Aik  tetep cool maenin legonya di meja.

“Oh Bunda tau, aik tadi bilang ‘Ik heb seks met Liane kan.”

Aik nyengir malu. “Itu Alex yang bilang Bun, Aik cuma ikutin temen Aik.”

“Mm..seks itu apa sih ik?”

“Ga tauu.” Aik jawab cool  sambil tetep maenin legonya.

Ik heb seks met liane itu artinya aik menikah sama Liane, aik samen slapen (tidur bareng)  sama Liane.”

Wat?!Owh..” Aik nyengir kuda sambil kaget dan rada malu. Rupanya AIk bener-bener sekedar ikut-ikutan.

Lalu aku cerita ke suamiku  malemnya, tapi kata suamiku,”Ga mungkin deh dia taunya cuma dikit, pasti dia tau lebih banyak dari temen-temennya itu, anak Belanda gitu lho.” Akhirnya aku sepakat sama suamiku bahwa sudah saatnya kami harus diskusi lebih jauh soal ini sama anak-anak, pelan-pelan, karena sadar umur mereka sudah beranjak besar dan kami mau mereka tahu soal itu bukan dari temen-temennya, takutnya malah ngawur. Kami pengen orangtuanya dulu deh yang jelasin, dengan catatan ya harus dengan yang ringan dan lucu dong, biar anak-anak ga ragu dan malu ngomong soal gituan sama orangtuanya.

Malamnya, kebetulan kami lagi liat majalah anak-anak bareng, ada cerita tentang valentin, anak ABG lagi jatuh cinta dan ciuman. Mulai deh suamiku mancing-mancing  Aik sambil ngajak maen-maen.

Ik heb seks met Aik, Ik heb seks met Aik,” kata suamiku sambil belagak joget-joget dan nyengir.

“Ayah! Itu ga boleh! Ga boleh toh Bunda?” sengit Aik.

“Iya itu namanya homo dong. Seks itu harus menikah dulu kan, sebelum samen slapen.”

“Aik juga samen slapen sama ayah, sama bunda.”  jawab Aik polos tersenyum manis sambil meluk ayahnya.

Hwalaah hihihi, si Emak mulai bingung dah, jawabnya pegimane ye.

“Hehe, maksudnya samen slapen yang sampe bisa bikin anak gitu Ik.”

Si Emak ketar-ketir, kuatir anak lakinya ini tanya lebih jauh lagi. Eh tapinya terus Aik diem aja, ga nanya lebih lanjut dan ga tertarik. Sip, berarti bahasan soal ini bisa berhenti dulu deh.

Hari berlanjut, sejak itu ga ada lagi pembahasan yang bikin ketar ketir itu, sampe tadi setelah makan malem. Tadi itu, suamiku masih nemenin aku di dapur dan Lala nemenin juga di meja makan sambil baca buku (Duh, perasaan kalo nulis soal Lala, pasti lagi baca buku mulu hehe), sementara Aik, lagi asyik maenin bola.

Nah ceritanya, aku tuh lagi ngajak suamiku ngerumpi, biasa deh emak-emak, urusan ngerumpi susah bener insapnya, ampyuun! Kalo suamiku nolak dengerin, terus ngingetin ga boleh ngomongin orang, eeh aku malah bete.”Hii ayah, kan cuma diomongin ke ayah doang, diambil hikmahnya dong Yah, masa ga boleh. “ Akhirnya si Ayah yang ga doyan ngerumpi terpaksa nurut daripada dibetein bininya xixixi. Dulu-dulu sih acara ngrumpi-ngrumpi di depan anak-anak tuh selalu tenang dan damai, mereka ga pernah pengen tau. Tapi setelah keduanya beranjak besar, mereka pengen tauuu aja, wuaduh, tanda-tanda si Emak kudu insap ngerumpi kali yee hehe.

Jadi pas aku lagi seru-serunya cerita ke suamiku, anak-anak ribut nanya,”Apa Bun, apa?” Siapa Bun, siapa?” Hoalaaah, gawaaat! Terpaksa deh si Emak nyeritain dengan versi lain yang kudu ada moral of the storynya dong biar  si Emak tetap tampil baik, bukan tukang ngerumpi gitu loh, judulnya si Emak ga tau malu xixixi!

“Itu lho Nak, ada temen Bunda, yang vrijen, padahal belum menikah.” Aku ngomong vrijen dengan enteng aja ke Lala, karena Lala suka baca buku dan waktu itu aku tanya vrijen dia bilang dia udah tau, meski aku ga tau sejauh apa dia tau.

“ Pokoknya ya, nanti mba Lala kan perempuan nih, udah mau puber, kalau mba Lala verliefd (jatuh cinta) ya nggak boleh pegang-pegang, cium-cium apalagi samen slapen sebelum nikah. Ada lho yang masih SMP atau SMA belum nikah, vrijen, terus hamil, gimana coba anaknya kan kasian, terus sekolahnya juga jadi ga bener. Aik juga nanti kalo udah besar, laki-lagi ga boleh bikin hamil sebelum nikah. Oke?”

Lala yang aku tahu lebih tertutup dan ga se-open Malik dalam ngomongin apapun, cuma ngangguk. Aik terus pergi maen di ruang tamu yang ga jauh dari dapur. Hmm..syukurlah Aik ga tanya lebih jauh, artinya kupikir dia memang taunya belum dalem-dalem amat dan ga terekspos yang buruk-buruk amat dari temen-temennya.

“Mba..mba…,” Aku lanjutin topik ke Lala, ga mau nyia-nyiain golden moment ceritanya. “Mba Lala kan sebentar lagi grup 8 (kelas 6 SD) dapet pelajaran seks dari sekolah kan. Nanti mba Lala cerita sama Bunda ya, mba lala diterangin apa aja di sekolah, biar Bunda bisa kasih tau mana yang kita ga boleh. Soalnya kita beda sama orang Belanda La. Orang Belanda boleh-boleh aja vrijen belum menikah, kalo kita kan ga boleh.”

“Oke Bun.” Lala cuma jawab gitu doang, terus balik lagi melototin bukunya.

“Ntar..ntar…by the way..Vrijen itu apa sih La? Emang mba Lala tau?“ Hehe Bunda nyengir rada ketar-ketir sambil berharap mba lala mau terbuka.

“Iya tau.” Lala nyengir malu-malu.

“Apa sih, Bunda pengen tau?”

“Ya itu Bun, aku ga bisa jelasin,” kata Lala. Waduh nih anak bikin si Bunda meraba-raba kebingungan.

Vrijen itu neuken,” Aik yang lagi maen di ruang tamu tiba-tiba nyaut.

“Hahaha neuken in de keuken (di dapur),” kata ayah. Duh si ayah saruu!

Aku kedip-kedip dong sama suamiku, wah ternyata bener, Aik tau lebih banyak!

“Apa itu Mba?”

“Ya itu yang dibilang Aik hehehe.” Lala nyengir lagi.

“Apa itu Ik?”

“Ya itu Bun.”

Halaah susah amat ngoreknya. “Itu apa sih Ik bunda ga ngerti nih, bahasa Indonesianya gimana, coba coba kasih tau Bunda.”

Vrijen itu kalo pegang-pegang aurat,” sahut Aik lagi.

Hwaaa Aik beneran tau lebih! Aku tambah kedip-kedip lagi sama suamiku.

“Wah iya Ik, Aik betul!” kataku. Terus Aik nyamperin kami ke meja makan mau ambil sesuatu. Eh tiba-tiba, Aik menggerak-gerakkan badannya  kaya orang nari, sambil telapak tangannya megang-megang perut, dada dan  bagian tubuh yang lainnya, terus dia meliuk-liukkan pinggangnya. Sambil nari-nari bergaya penari stiptis gitu, Aik cengar-cengir berulang-ulang ngomong gini.”Ik vrijen met mijn self, Ik vrijen met mijn self.”

Bwhahahaha kontan kami semua ngakak ngeliat gayanya Aik plus omongannya yang kaya gitu hihihi. Karena vrijen = pegang-pegang aurat, berarti vrijen met mijn self itu = vrijen megang-megang aurat sendiri hahaha! Duh gimana gw ga ngakak coba xixixi.

Tapi meski sambil keketawaan gitu, lumayanlah aku jadi tahu sejauh mana pemahaman anak-anakkku soal vrijen ini dan anak-anak mudah-mudahan tetep mau ngomong soal ginian tanpa sungkan, terutama buat anak gadisku yang karakternya tertutup itu. Yang jelas, peer selanjutnya masih menunggu dan masih banyak pastinya, Welcome to the jungle of puber time deh Mak!

Wednesday, March 3, 2010

My second book: 'Family Traveler'

Finally, my second book, selengkapnya di : 'Family Traveler'

“Sesungguhnya, buku ini kutuliskan sebagai salah satu bentuk syukurku pada Allah, pemilik ragaku. Dia, dengan segala kuasaNya, telah memberi aku kesempatan menjelajahi negeri-negeri orang, yang sebelumnya tak pernah terbayangkan. Menuliskannya, bagiku sama seperti membuat peer (pekerjaan rumah) dari Tuhan.”

Demikian penggalan dari pengantar penulis yang kubuat dalam buku ‘Family Traveller’. Sudah lama memang aku ingin menuliskan kisah perjalananku selama traveling di beberapa negara di Eropa dan ketika gayung bersambut, aku selesai menulisnya, aku sungguh lega. Ternyata tak butuh waktu lama, empat bulan setelah naskah kuserahkan pada penerbit, bukunya sudah selesai cetak. “InsyaAllah Jumat ini (5 Maret 2010) udah ada di semua toko buku besar, seperti Gramedia, Gunung agung, TM Bookstore,” kata penerbit. Waah senangnya!

Selasa, tanggal 23 February lalu, tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba aku diwawancara radio Ranesi Belanda, dan akhirnya aku lebih banyak ditanya soal buku ini. Salah satu pertanyaannya menarik,”Apa hubungannya dan apa manfaatnya pengalaman jalan-jalan di Eropa untuk masyarakat Indonesia?” Aku sempat merenung sejenak mengingat apa yang telah kualami dan kutulis. Tapi akhirnya, aku dengan yakin menjawab bahwa buku ini sangat berkaitan dengan masyarakat Indonesia, karena aku menuliskan hikmah dari perjalananku, tips-tips bagi yang mau traveling murah di Eropa, kritik-kritik sosial berkaitan dengan Indonesia, tips agar bisa berlibur dengan fun bersama anak-anak, juga menyimpulkan bahwa kalau yang dicari kebahagiaan, sesungguhnya liburan bersama anak itu tidak harus jauh dari rumah dan mahal. Kalau bisa ya Alhamdulillah tapi kalau enggak….gimana?

Penasaran kan? So, tunggu apa lagi, segera hunting dan selamat membaca bukunya yaa!

Tuesday, February 23, 2010

"Why Do I Write?"

“Why do I write? Why do I write? Why do I write?,” Just like a bee buzzing around flowers, this question come up to my mind ever and ever again, wherever I am. Yes, Why do I write? Isn’t it odd? I have been writing for several years, but I never ask this question, this fundamental question. This question keep bothering me since somebody suggested me to ask my self about it.
 
Then, in a lovely evening, when my children was playing around me and my husband was working in his ‘laboratory’, I took a deep breath, lied in my bed, pondered to answer this question deeply. I tried to look for the answer, but my mind just kept silent and my heart didn’t give any signal even one clue. I waited and waited, hoping the answer would pop up in my mind, but useless. I felt bad and tired. Oh God, why is it so difficult to answer the question?
 
“Why do you think I write?” I asked my husband suddenly. “Hmm..good question,” He said. His warm eyes stared at me for a second and then he continued,” Who else will write about medical problems if not you.  How many doctors who write compare to million doctors in Indonesia? How many books are written by doctors? Our country still needs a lot of books, even though there are some similar books, more books, hundred books, thousand books are still needed. You have a talent, a chance, you have to be the one who write, like or dislike. That is your destiny!”

What? Destiny? I woke up and looked at him. “How dare you said about destiny. I never have a dream to be a writer, I want to be a doctor! You know how hard to write a book and sometimes I even want to cry and scream as hard as I can when I stuck, didn’t know what I had to write. I’m struggling with my self, collecting spirit to continue writing my unfinished book. That’s why I need several years to write it, several years Honey! You know it” I got upset.

“Of course I know, but that is your destiny, believe me,” my husband murmured.

Oh Nooooo! Please don’t! I don’t want to be a writer! Sometimes,  my heart screamed and made an affirmation that I don’t like writing and don’t want to be a writer. There was a time when I falled in love with writing and there was also a time when I hated writing. But, maybe my husband is right, I don’t know. The more I run, the more ‘universe conspire’ to make writing become closer to me.
 
When I falled in love with writing, I was very happy knowing that writing can make us healthier, younger and reduce wrinkle, according to Fatima Mernissi, a famous woman writer. I was also glad when Dr Pennebaker, a researcher, said that writing can reduce stress, solve problems, clear our mind and increase our knowledge. But, when I hated writing, I didn’t want to write at all for months, for years. I didn’t touch my diary, I even felt pain in my heart when I heard about writing. It was weird, indeed. But, I really have experienced a feeling as I was fly in the sky but then falled down to the deepest part of the earth.

So, when ‘universe conspire’ to make writing become closer to me, I feel like stand up in the middle of a tiny bridge that has no handle. If I don’t go away through the bridge, I will fall down to the left or to the right of the river. I’m in the middle of nowhere, looking for a light that can make me go through the bridge. That’s why  it was so difficult for me to answer question,’why do I write.’
 
Several weeks ago, I read someone's article about his dream to be a writer. He had read tremendous books, wrote several articles and hoping  a publisher could publish his works. He really wanted to be a writer but he hadn’t got a chance yet. Reading his dream touched me a lot that time. His writing gave me a strong message,”Look, somebody out there really wants to be a writer and look at you now, you even didn’t do anything to achieve it, universe has opened the chance for you, just like that.” Oh, I feel so ungrateful. I do apologize to God because of my thankless.
 
Now, after reading several resources looking for the answer, I understand that writing is not about destiny (even though somewhat true), writing is about a choice! There is no doubt anymore about the advantages of writing, either for ourselves or the reader. But, whoever you are, you can be a writer, you don't have to be talented, you can choose to be a writer with your own reason.Become a writer doesn’t mean you have to publish books or articles in the newspaper. If we can publish our books and become famous that is just the side effect. But actually, writing is about a choice and spiritual activities for ourselves.

Thinking a lot about that recently make me realize that for me now, writing is not only a way to express my feeling, to speak, to spread my idea, to increase my knowledge, to keep my brain healthy, to keep me younger than my age, but also to appreciate my live, to live twice, to enjoy my live in detail, to know my selves deeply and to to be grateful with my wonderful life. So, when you ask me now ‘why do I write’? I can answer it surely that I write because it is my choice to be grateful to have a wonderful life!
 

Sunday, February 21, 2010

Listen a lot, Memanusiakan Anak dan Bermimpi

Ketika aku membaca tips penting bagi penulis menurut Natalie Goldberg dalam bukunya ‘ Writing Down the Bones’, hatiku langsung tergerak untuk mencatat dan merekamnya baik-baik. “Read a lot, listen a lot, and write a lot,” demikian tips penting tersebut. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah ‘listen a lot,’ with all of  your body. Sering kita ngobrol ngalor ngidul dengan siapapun atau jalan-jalan ke suatu tempat, tapi kalau kita tak berusaha mendengar dengan seluruh indra kita, banyak hal yang kemudian terabaikan dan terlupa.

Sejak ingat tips itu, aku lalu merenung-renung, apakah aku selama ini sudah melakukannya? Kadang ya kadang tidak, aku sadar, aku harus lebih mengasahnya lagi. Namun soal ‘listen a lot’, aku rasa, sejak aku mulai tertarik dengan dunia tulis menulis, tanpa sadar, ketika ada hal-hal menarik untuk dicatat, otakku sudah langsung ingin merekamnya baik-baik. Kalau aku beruntung, aku akan mencatatnya dalam diariku lalu hal menarik itu akan menjadi sebuah tulisan, namun kalau tidak tercatat, kejadian menarik itu lalu hanya tinggal kenangan. Kalau kejadian itu sungguh menarik, kadang meski aku malas mencatat, ada dorongan yang menarik-narik aku untuk menulisnya. Meski waktu terus berjalan ditelan kesibukan, tapi beberapa bulan kemudian dorongan itu tiba-tiba muncul lagi. Aku kemudian sangat ingin menuliskannya, merecall semua memory tentangnya dan akhirnya jadilah sebuah tulisan. Aneh memang, tapi itulah yang terjadi barangkali, ketika kita sudah meniatkan dan ‘mengajak’ tubuh kita untuk ‘listen a lot’.

Kemarin, saat di perjalanan pulang dari Zootermer ke Diemen, kawan baikku yang seorang perawat dengan senang hati mengantarkan aku pulang. Sepanjang jalan kami ngobrol banyak hal. Aku lalu bertanya di mana dia bekerja.”Aku kerja di RS St. Lucas, di bagian anak,” Jawabnya. Tiba-tiba saja barisan kata-kata Natalie Goldberg soal ‘listen a lot’ langsung muncul di kepalaku. Seperti seorang bos menyuruh sekretarisnya untuk mencatat, otakku seperti berkata padaku,”Ayo, dengarkan dan catat baik-baik!” Dan inilah hasil ‘Listen a lot’ ku kemarin dengan kawan perawatku itu.

Sejak punya anak, aku sangat concern pada dunia anak-anak. Herannya, kehidupanku di Belanda pun membuat aku bertemu dengan beberapa wanita hebat yang urusannya tak jauh dari seputar anak. Mereka telah menginspirasi aku, mengobarkan semangatku sehingga mimpi-mimpiku yang semula sudah kukubur dalam-dalam kembali bangkit. Karena itu lah pendengaranku menjadi lebih sensitif ketika seseorang menyebut tentang permasalahan seputar anak. Mungkin itu pula sebabnya, saat temanku itu bilang bahwa ia bekerja di bagian anak, aku jadi langsung alert.

Alhamdulillah, anak-anakku belum pernah punya pengalaman dirawat inap di rumah sakit di Belanda, jadi aku tak memiliki gambaran seperti apa perawatan bagi anak-anak sakit di Belanda.  Yang kutahu, dulu ketika kaki putriku masuk ke jari-jari sepeda dan perlu di gips, dokter dan perawatnya sangat ramah padanya. Sebelum di gips, perawat menjelaskan padanya apa saja yang akan dilakukan dokter pada kakinya. Lalu, setelah di gips dan pulang, ia boleh memilih hadiah, hadiahnya saat itu adalah boneka rusa yang lucu. Dan setelah perawatan selesai, lalu gips dicopot, anakku pun mendapat diploma gips! Wah tentu saja dia senang bukan kepalang. Oya, saat hendak digips, putriku juga boleh memilih warna gipsnya, ada merah, putih, biru, hijau, sayangnya waktu itu tidak ada pink, jadi putriku pilih warna merah.

Begitu juga saat anak bungsuku (4 tahun usianya kala itu) tangannya kejepit pintu. Sebelum di rontgen, dia boleh memilih sticker dan kertas mewarnai. Setelah selesai di perban (karena alhamdulillah ga ada yang patah), dia boleh memilih hadiah boneka lucu juga. Pokoknya pulang dari rumah sakit, anak-anakku bahagia banget karena mendapat hadiah dari rumah sakit.

Tapi ternyata itu belum seberapa, karena menurut kawanku yang perawat tadi, anak-anak yang di rawat berhari-hari biasanya setelah dirawat bahkan tak mau pulang ke rumah! Haa? Koq bisa? “Ya gimana enggak, wong di rumah sakit semua mainan disediain. Ada Wii, ada play stasion, game komputer, TV dan bahkan setiap setelah mendapat tindakan mereka dapat satu hadiah. Setelah di ambil darah dapat hadiah, setelah dilakukan sonde, diinfus, diambil darah lagi, ya dapat hadiah lagi. Jadi pulang dari rumah sakit, anak-anak itu bisa membawa sekarung hadiah!” Wow! Cuma kata itu yang bisa keluar dari mulutku.

Anak-anak yang sakit itu sangat dimanusiakan. Di setiap ruang kamar bahkan ada 2 orang pedagogish werker (ahli pedagogi) yang khusus menangani masalah psikologis anak. Sebelum di infus misalnya, si pedagogis ini akan memberikan gambar-gambar dan penjelasan pada si anak apa saja yang akan dilakukan dokter nanti padanya.”Kamu akan diinfus. Nanti jarum dan selang ini akan dimasukkan ke tubuhmu, supaya kamu ga dehidrasi. Itu memang sakit, tapi hanya sebentar, tapi tubuh kamu memerlukannya,” begitu kira-kira penjelasan sang ahli pedagogi.
 

Jadi, anak sama sekali tidak dibohongi. Karena memang disuntik sakit ya akan dibilang sakit. Anak-anak pun pastinya takut ada yang menangis, tapi itu bukan alasan untuk lantas boleh membohongi mereka. Akan lebih menyakitkan bagi mereka bila mereka dibohongi. Jadi mereka tetap diberi penjelasan sebelum dilakukan tindakan. “Dari umur berapa Mba, anak-anak itu diberi penjelasan?” tanyaku penasaran. “Ya sejak mereka bisa ngomong,” jawab si Mba. “Kalau anaknya masih bayi, orangtuanya yang dipanggil dan diberi penjelasan.”

Asyiknya lagi, orangtua-orangtua ini diberi pilihan, mau melihat anaknya saat diinfus atau tidak. Dan dokter yang menginfus hanya boleh diberi kesempatan dua kali. Setelah dua kali gagal, harus dokter lain atau supervisornya yang menggantikannya, kasihan kan kalau anak ditusuk-tusuk dan gagal terus.

Hmm…mendengarnya, aku langsung teringat rumah sakit-rumah sakit di Indonesia. Aku dengar, sekarang sudah ada rumah sakit-rumah sakit swasta yang memberikan pelayanan oke, meski bayarnya selangit, dan tentu saja hanya anak-anak kalangan ‘the have’ yang bisa merasakannya. Sementara disini, semua anak mendapatkan perlakuan yang sama, karena setiap warga memang wajib ikut asuransi kesehatan. Jadi kuncinya memang ada di asuransi kesehatan. Tapi kalau ngomongin asuransi kesehatan di Indonesia, kepalaku jadi senut-senut. Aku lebih baik bermimpi, agar suatu saat anak-anak yang sakit di Indonesia juga bisa mendapatkan perlakuan yang layak dari orang dewasa di sekitarnya.

Pesan dari ‘Listen a lot’ ku hari itu memang singkat, tapi membuat semangatku menguat untuk mengejar mimpi-mimpiku. ‘Listen a lot’ dan tetaplah bermimpi, itu lah pelajaran besar bagiku dari obrolanku dengan temanku hari itu. “Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu,” kata Aray dalam buku Sang Pemimpi. Dan semoga Tuhan berkenan memeluk mimpi-mimpiku.