Pertama kali menapakkan kaki dan melihat pemandangan di desa ini, aku merasa seperti berada di dunia lain. Serasa ada di dunia antah berantah yang indah! Suasana hati pun jadi adem, dan nyaman banget rasanya berada di desa ini. Bayangin aja, setelah melihat hiruk pikuk Istanbul yang padat, tiba-tiba di depan mataku terhampar formasi batu-batuan yang kebanyakan berbentuk chimney (sering disebut a fairy chimney), tanpa gedung-gedung tinggi menjulang. Mungkin seperti berada di bulan kah? Walaa hiperbol amat yak hehe. Tapi di bulan juga ga bakal senyaman disini. Karena disini banyak resto dan toko suvenir kesukaanku, yang ga bakal ada di bulan hehe.
Daerah Cappadocia memang antik, kabarnya hanya satu-satunya di dunia. Berada di daerah ini seperti kembali ke jaman batu, serasa ada dalam film Flinstone dah ceile. Untung aja penduduknya ga pake baju dari kulit binatang, dan mobilnya ga terbuat dari kayu hehe.
Disini banyak cave hotel dan pension, rumah-rumah di dalam gua, dan ga ada pemandangan yang merusak keindahan alamnya, karena memang disini orang dilarang membangun rumah atau bangunan tinggi-tinggi. Kami juga mencoba menginap di kamar hotel yang memang dari batu, lalu dibuat pensiyon. Ternyata tinggal di dalam gua pengap euy, ga seenak yang dibayangkan. Terus dingin banget ternyata. Untungnya pemilik pension yang kami tempati sangat baik hati. Walaupun sarapannya ala Turkish, yang ngebosenin banget (roti, selai, telor, timun, tomat dan semangka, ituuu aja tiap hari), tapi bapak Faruk pemilik pensiun itu sangat welcome dan bisa ngobrol apapun dengan kami.
Ada beberapa tempat yang bisa dijadikan base kalau ke Cappadocia. Untung pilihanku jatuh pada desa kecil Goreme. Karena desanya betul-betul kecil, hommy dan cozzy. Penduduknya sangat ramah dan hangat. Kami selalu disapa dan sering disuguhi apple tea gratis oleh mereka. Centrum Goreme betul-betul ga kaya centrum, karena kecilnya. Hanya ada satu mesjid di tengah-tengah centrum yang disekitarnya dikelilingi oleh toko-toko suvenir, toko karpet dan resto. Supermarket besar ga ada. Toko buah ada beberapa. Letak Goreme agak berbentuk lembah, sehingga kalau kita memandang ke atas, kita bisa menikmati pemandangan formasi batu-batuan berbentuk chimney yang spektakuler.
Setelah mencoba sholat di mesjidnya, orang-orang langsung menyapa suamiku dengan ramah,”Aku tadi melihat kamu di mesjid,” kata mereka. Lalu obrolan pun mengalir jadi panjang. Malik dan Lala dibelikan anggur oleh pemilik hotel Yuskel yang bertemu dengan suamiku di Mesjid. Melihat kami yang sedang asik foto-foto, kami disuruh naik oleh seorang pemilih resto yang cukup mewah. Malah kami disuguhi apple tea pulak. Kirain bakal disuruh bayar, eeh ternyata kami malah difoto dan di shoot, rupanya kami dijadikan model promo resto mereka. Weleeh…ga nyangka di Turkey bakal bisa jadi model xixixi.
Waktu sedang melihat-lihat toko karpet, kami diajak ngobrol panjang lebar oleh pemilik tokonya. Dia bilang, dia melihat suamiku sholat di mesjid. Kami pun berdiskusi tentang Islam, bahkan dipinjami buku dan disuguhi apple tea yang seger. Di tempat itu pula hatiku tersentuh saat melihat pelayan toko yang menyuguhi kami apple tea. Lelaki muda itu berasal dari Afghanistan. Mmh..tubuhnya penuh panu. Dua bulan dia berjalan kaki( bayangkan, dua bulan!) dari Afghanistan hingga sampai ke Turkey karena melarikan diri dari kekejaman perang Afghanistan. Dia tinggalkan sanak familynya, untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Duh perang memang selalu menyisakan kepedihan. Aku mencoba mengajaknya ngobrok, ingin menggali lebih jauh tentang pengalamannya. Sayang seribu sayang, dia sama sekali ga bisa bahasa Inggris.
Yang spesial dari Cappadocia:
- Banyak pohon apricot dimana-mana. Buahnya yang berwarna kuning menggemaskan sekali untuk di petik. Malik pun mencicipi buah yang berjatuhan. Ternyata rasanya manis! Apricot ini biasanya dikeringkan dan dijadikan manisan buah untuk teman sarapan, atau dijadikan selai.
- Kalau di daerah Turkey lain susah sekali menemukan orang yang bisa berbahasa Inggris, di tempat ini lumayan banyak yang bisa berbahasa Inggris. Selain pemilik hotel, penjaga toko suvenir dan penjaga resto pun bisa berbahasa Inggris. Tak heran karena ternyata beberapa diantara mereka adalah guru di kota lain yang kemudian pergi ke Goreme, cari tambahan penghasilan saat liburan.
- Pottery Kebab! Ini makanan khas Cappadoccia. Cara makannya unik. Kebab panas yang masih berada dalam pottery tertutup harus kita ketok pake palu atau kapak kecil di bagian tengahnya. Kalau sukses, kita akan makan kebab berkuah tanpa rasa keramik. Tapi kalo ga sukses, siap-siap aja mengunyah butiran keramik dalam mulut kita :-).