Wednesday, December 30, 2009

Susu, Kawan atau Lawan?



Rupanya sejak bertahun-tahun lalu, memang telah terjadi pro dan kontra diantara para ahli mengenai
manfaat susu sapi. Pro dan kontra ini terjadi bukan tanpa dasar. Beberapa penelitian ilmiah tentang manfaat susu, hasilnya masih campur-campur.

“Ayo, jangan lupa minum susunya!” Peringatan itu hampir setiap pagi terdengar dari sudut-sudut rumah para keluarga, terutama di kota besar. Sejak jaman dulu ketika susu mulai dipercaya perlu dikonsumsi untuk kesehatan tulang hingga jaman sekarang, produk-produk susu sapi dan dairy produk lainnya laris manis di pasaran. Apalagi bagi anak-anak, remaja, ibu hamil dan menyusui serta manula yang nyata-nyata memang memerlukan asupan tinggi calsium. Bagi mereka, minum susu sudah seperti kewajiban.

Namun belakangan, tersiar kabar bahwa alih-alih dapat menguatkan tulang, susu malah bisa menyebabkan osteoporosis! Bahkan Prof. Dr. Hiromi Sinya, seorang ahli bedah yang bekerja di Beth Israel Medical Center New York, dalam bukunya yang menghebohkan, The Miracle of Enzyme, menyatakan bahwa susu sapi adalah minuman paling buruk untuk manusia. Susu sapi yang dulu merupakan sahabat manusia kini malah ditengarai sebagai biang kerok berbagai penyakit. Apakah benar demikian? Bagaimana para ahli menyikapi persoalan ini? Dan apa pula yang harus kita lakukan sebagai konsumen?

Rupanya sejak bertahun-tahun lalu memang telah terjadi pro dan kontra di antara para ahli mengenai manfaat susu sapi. Pro dan kontra ini terjadi bukan tanpa dasar. Beberapa penelitian ilmiah tentang manfaat susu hasilnya masih campur-campur. Kubu prosusu menyajikan data-data penelitian yang mendukung manfaat minum susu. Sementara kubu kontrasusu pun memberikan data-data penelitian yang memaparkan bahayanya mengonsumsi susu sapi. Membingungkan bukan?

Kontrasusu

Salah satu penelitian yang mendukung para ahli untuk memikirkan ulang tentang manfaat susu adalah penelitian yang dilakukan oleh Harvard’s Nurses’s Health Study terhadap 78.000 wanita selama 12 tahun. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa wanita yang meminum susu lebih dari satu gelas sehari malah memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengalami patah tulang akibat osteoporosis.

Penelitian lain menunjukkan, makin tinggi konsumsi susu dan dairy product di suatu negara, ternyata makin tinggi pula kejadian osteoporosisnya. Amerika Serikat, negara-negara Skandinavia, dan Finlandia adalah pengguna susu dan dairy product tertinggi di dunia, dan ternyata angka kejadian osteoporosis di sana pun tertinggi di dunia. Sementara di negara-Kontrasusu

Salah satu penelitian yang mendukung para ahli untuk memikirkan ulang tentang manfaat susu adalah penelitian yang dilakukan oleh Harvard’s Nurses’s Health Study terhadap 78.000 wanita selama 12 tahun. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa wanita yang meminum susu lebih dari satu gelas sehari malah memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengalami patah tulang akibat osteoporosis.

Penelitian lain menunjukkan, makin tinggi konsumsi susu dan dairy product di suatu negara, ternyata makin tinggi pula kejadian osteoporosisnya. Amerika Serikat, negara-negara Skandinavia, dan Finlandia adalah pengguna susu dan dairy product tertinggi di dunia, dan ternyata angka kejadian osteoporosis di sana pun tertinggi di dunia. Sementara di negara-negara yang konsumsi susu dan dairy product-nya rendah seperti Afrika Selatan atau Asia, angka kejadian osteoporosisnya malah tidak banyak.

Data tersebut baru mengaitkan susu dengan osteoporosis, belum lagi dengan masalah lain. Sekumpulan dokter dan pengacara yang tergabung dalam Physicians Committee for Responsible Medicines (PCRM) di Amerika, dalam situs webnya bahkan meminta orang tua untuk merenung ulang bila masih berpikir bahwa anak-anak butuh susu untuk pertumbuhan tulang yang kuat. Menurut PCRM, sebuah studi komprehensif yang diterbitkan pada tahun 2005 dalam Pediatrics memperlihatkan bahwa penambahan ekstrakalsium, baik dari susu maupun dari sumber lain ternyata tidak menimbulkan perbedaan pada densitas tulang anak-anak atau remaja. Selain itu, data-data membuktikan konsumsi susu ataupun dairy product lainnya malah berkontribusi terhadap terjadinya kegemukan, infeksi telinga, konstipasi, gangguan pernapasan, penyakit jantung, dan beberapa kanker.

Prosusu

Sementara itu menurut para ahli yang prosusu, penelitian sejak puluhan tahun lalu telah membuktikan bahwa cara terbaik untuk mencegah patah tulang karena osteoporosis adalah dengan meminum susu sejak kecil. Susu adalah sumber utama kalsium yang juga kaya akan nutrisi penguat tulang lain seperti vitamin D, protein, potasium, dan fosfor. "Ada lebih dari tiga ratus penelitian yang sudah dilakukan untuk melihat hubungan antara konsumsi dairy product (termasuk susu) terhadap kondisi tulang. Hasil dari penelitian-penelitian tersebut kebanyakan memperlihatkan bahwa asupan tinggi dairy product dan tinggi kalsium akan melindungi dan menguatkan tulang," kata dokter Robert Heaney, pakar biologi tulang dan kalsium dari Creighton University Omaha, Nebraska.

Salah satu contoh penelitian tersebut dilaporkan dalam Journal of the American Dietetic Association tahun 2004. Jurnal ini mengatakan bahwa anak-anak usia 3-13 tahun yang menolak minum susu mengalami patah tulang lebih sering daripada teman sebayanya yang minum susu. Contoh penelitian lain adalah laporan dari Journal of Nutrition tahun 2006. Penelitian ini menyimpulkan, asupan kalsium secara teratur pada gadis-gadis remaja, terutama dari susu, akan meningkatkan massa tulang dan tercapainya kepadatan maksimum pada tulang yang merupakan faktor penting dalam menentukan risiko osteoporosis dimasa tua.

Jadi bagaimana?

Yang pasti, meskipun di antara ahli masih terjadi perdebatan, mereka tetap sepakat bahwa kalsium memang sangat dibutuhkan untuk melindungi dan memperkuat tulang, serta mencegah osteoporosis. Permasalahannya adalah, apakah benar susu masih bisa dijadikan sumber utama kalsium? Para ahli yang prosusu sebetulnya sudah sepakat bahwa mengonsumsi susu, asalkan tidak berlebihan, tidak berbahaya. Akan tetapi, kubu kontrasusu tetap saja menyatakan bahwa susu tidak baik bagi kesehatan. Untuk menjembatani hal ini, Harvard School of Public Health (HSPH) dalam salah satu uraian di situswebnya memberikan solusi yang cukup bijak.

Menurut HSPH, bagi peminum susu, kuncinya adalah tidak berlebihan dalam minum susu karena belakangan ini tidak ada penelitian yang mendukung manfaat susu bila susu diminum lebih dari satu gelas sehari. Minum susu lebih dari segelas sehari tidak dapat mengurangi risiko terjadinya patah tulang akibat osteoporosis. Selain itu, minum susu berlebihan meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat dan ovarium. Akan tetapi sebetulnya, minum susu asalkan tidak berlebihan mempunyai dampak positif. Salah satunya, susu bisa menurunkan terjadinya risiko kanker usus besar dan menurunkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi.

Sementara bagi mereka yang tidak bisa mengonsumsi susu karena alergi misalnya, ataupun memang karena antisusu, HSPH menganjurkan asupan kalsium dari bahan-bahan makanan yang banyak mengandung kalsium seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, dan buah-buahan.

Namun, bagaimana dengan anak-anak dan remaja yang butuh asupan tinggi kalsium? Sebetulnya pilihan bergantung pada orang tua. American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan bahwa selain rasanya enak, susu mengandung nutrisi penting lain yang dibutuhkan anak. Minum susu juga praktis bagi anak-anak. Keuntungan susu ini belum tergantikan oleh sumber makanan lain. Oleh karena itu, AAP merekomendasikan konsumsi susu rendah lemak untuk anak di atas dua tahun bagi mereka yang tidak punya masalah dengan susu. Mengonsumsi kalsium dari bahan makanan lain tanpa susu tentu saja memungkinkan. Namun diperlukan kerja ekstra orang tua untuk merencanakan dan memonitor asupan makanan tinggi kalsium dalam jumlah besar. Apalagi umumnya jenis makanan tinggi kalsium lain belum tentu disukai oleh anak-anak. Akan tetapi sekali lagi, tetap "berkawan" dengan susu atau menjadikannya "lawan", pilihan ada pada masing-masing. Yang jelas, untuk mencegah osteoporosis kita butuh asupan kalsium, olah raga, serta variasi sayur-sayuran dan buah-buahan yang cukup. Selamat memilih! (dr. Agnes Tri Harjaningrum)***

Selengkapnya baca di :

http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=115627

18 comments:

  1. Ponakanku (2thn) , tiap hari minum susu hampir 5 kali..

    ReplyDelete
  2. *sambil lihat foto*
    uuyy, mbak lala sama aik udah besar ya :D

    ReplyDelete
  3. Mungkin saja, susu berhasil diposisikan sebagai 'makanan' sehat berkat komunikasi yang disusun oleh asosiasi produsen susu? Dan, sekarang ada pihak lain yang sedang berkampanye untuk meruntuhkan positioning tsb?

    ReplyDelete
  4. iya memang susu kedelai juga bermasalah, pokoknya rame deh ngomongin susu :-)

    ReplyDelete
  5. soal itu juga rame memang Om, penelitian yang dikeluarkan pro susu katanya diduga karena didanai oleh perusahaan susu. Tapi kalo penelitian yang sudah dapat peer review masuk jurnal internasional cukup bisa dipercaya, tapi karena jurnal2 itu jg masih pro dan kontra makanya membingungkan public, harus nunggu penelitian yang lebih shaheh :-)

    ReplyDelete
  6. hi hi hi...emang bener, payahnya propaganda 4 sehat lima sempurna kadang di masyarakat kebanyakan tertangkap pesan bahwa yg namanya pola makan sehat ya pake susu. payahnya lagi, kebanyakan masyarakat awam kalo mengkonsumsi susu (atau pas ada bantuan susu), ga memperhatikan pula penggunaan scr aman susu, akhirnyaaa...angka diare malah meningkat, hiks.

    kalo aku sih nyikapinnya nes, hmm..kebutuhan manusia dewasa akan kalsium kan ca. 2500 mg/hr. kontribusi susu kalau minumnya hanya segelas sehari pun dikit ca. 300 mg calsium/day. jadi kalau diminum normal spt itu buat aku, masih ok deh sebenarnya :).

    jadi kayanya, buat aku, pake prinsip lama deh..ga usah berlebihan terhadap apapun, termasuk susu dan dairy product :). (achtuuungg...krn masih skitar calcium...intake calcium dr pengkonsumsian supplelem kalsium kalo dari guidelinenya WHO malah bisa memperberat kerja ginjal..he he he..ga ada hub nya banget ya ama tema susu nya agnes :))).

    nesss...aku blum dapat e mail dari temenku ttg ciganjur itu tuh :(..ntar ya dear kalo udah ada asap dikabarin..muahhhh

    ReplyDelete
  7. pokoknya prinsipnya ga berlebihan aja ya, sebab klo kebanyakan susu ntar ga mau makan yg lain kuatirnya ya ga :-)

    ReplyDelete
  8. In, sebetulnya kebutuhan calsium ga sebesar itu lo, coba deh baca-baca lagi, aku juga pas kemaren research soal ini rada-rada surprise, jadi sekarang para scholar itu berdebat soal jumlah calsium yang seharusnya dibutuhkan oleh manusia. Katanya mestinya ga sebesar itu, Kalo diliat yang standard nasional juga beda-beda, di AMrik lebih tinggi dari pada di eropa, kalo ga salah di eropa cuma 800, kalo amrik 1200 mg/day, cmiiw ya aga lupa harus di cek lagi. Na katanya nilai kesepakatan itu dulu dibuat karena pola makan orang yang cenderung banyak garam, dan vit A yang malah bikin calsium keluar, karena itu ditinggiin kebutuhan dosisnya.

    Prinsip terbaru yang mereka gunakan sekarang bukan makan calsium dengan dosis besar, tapi mempertahankannya biar ga keluar dengan mengurangi, garam, dll itu. Jadi dosis Ca katanya sebenernya ga sebesar yang dulu ditulis sama standard, coba deh Iin cari2 lagi, ntar kesimpulannya kabari aku ya hehe. Cuma tetep ko In, para ahli sepakat, sebaiknya kalo dari susu, buat orang dewasa, jangan lebih dari segelas sehari, karena udah banyak penelitan yang kasih data efek samping buruknya kalo lebih dari segelas sehari, so sekarang aku giat makan brokoli, tempe, dan yoghurt sesekali.

    eh iya soal ciganjur, nyantei aja say, masih lama juga ko. Tx yaa :-) jadi ngerepotin neh...

    ReplyDelete
  9. Mbak Agnes, kalau ada cari contoh orang yang dulunya suka minum susu rata-rata 2 gelas sehari (kelas 4,5,&6 SD), sayalah orangnya dan efeknya saya obesitas, terus saat smp-sma saya minum 1 gelas sehari. Efeknya saya merasa sehat dan berat badan jadi relatif ideal. Saat kuliah dan hingga sekarang saya kerja, minum susu hanya pas pengen aja. Bagaimana dengan susu kambing Ettawa, konon malah berkhasiat untuk kesehatan karena di tulisan Mbak hanya nyinggung2 susu sapi. Bagaimana pula dengan soya milk (susu kedelai). Mengingat Mbak Agnes di Belanda, apakah susu bisa teragantikan dengan keju sehingga memberi manfaat dan tentu pula efek samping yang sama. Mohon pencerahan. terimakasih atas sharingnya ya Mbak. Semoga sukses..

    ReplyDelete
  10. Saya termasuk yang setuju tidak usah bergantung pada susu.
    Susu murni yang sudah diolah tentu sudah banyak yang hilang zat2 manfaatnya sehingga banyak yang difortifikasi.
    Sebaiknya kita makan dari aneka ragam makanan yang digilir, baik buah sayur dan protein hewaninya. Bener nggak mba Agnes

    ReplyDelete
  11. hai nes..he he he..teng kyu koreksi nya nes :D. kemarin aku bener salah tulis, yang aku maksud dg 2500 itu benernya upper level calcium intake yang dianggap masih tdk membahayakan kesehatan mengingat calcium bisa didapat dari banyak sumber seperti fortified food juga drinking water :).

    btw ttg efek negatif susu, aku jadi tertarik baca lebih jauh. ternyata ada pendapat juga dr para researcher yang menyimpulkan bahwa semakin berlebihan konsumi protein (hewani), maka akan semakin buruk pengaruhnya terhadap kalsium yg ada di tulang (kepadatan tulang) sehingga meningkatkan probabilitas terjadinya osteoporosis (yg penyebabnya juga banyak faktor).

    kalo memang kaitan semakin banyaknya intake protein hewani maka semakin banyak pula kalsium yang akan hilang dalam tubuh ini benar, rasional pula bila angka osteoporosis akan tinggi di negara2 amerika, skandivania ataupun eropa dimana konsumsi protein hewani juga amat tinggi dibandingkan negara2 afrika dan asia dimana konsumsi protein hewani rendah.

    btw, research2 yang kontra susu itu nes, mereka juga merecall konsumsi protein respondennya ngga nes , also mbandingin ngga mereka antara responden yang konsumsi protein (hewani) tinggi vs konsumsi (proteinnya) rendah?. menarik soalnya kalo data itu dibandingkan untuk mengetahui benarkah pengaruh pengkonsumsian protein tinggi akan memperburuk bula kalsium yang ada dalam bone *ikut mikir juga*.

    any way, memang semua hrs dikonsumsi dg batas yang wajar ya nes :)..miss uuuu

    ReplyDelete
  12. Hai Siko, maaf ya baru direply, baru sempet :-) Ini sebetulnya bukan hanya untuk susu tapi juga dairy produk yang lain seperti keju, jadi musti ati-ati juga pilih keju, kalo disini udah ada keju khusus yang dikurangi lemak dan garamnya. SUsu kedelai rupanya pro dan kontra juga, seru deh, sepertinya mending makan tahu tempe aja :-) Susu kambing kalo aku baca memang ada yang bilang lebih bagus, tapi baunya dan ketersediaannya terbatas ya. Intinya mah kalo mau susu sapi jg gpp sih asal jgn berlebihan aja plus minum yang non fat. Kalo mau lebih aman, mending cari kalsium dari sumber lain, tahu tempe, brocolli dll.

    ReplyDelete
  13. Yup, setuju say! cuma kalo untuk anak2, aku masih tergantung pada susu ya, sebab blum pede bisa memberi variasi makanan ke mereka nih.

    ReplyDelete
  14. couldn't agree more deh In, tx buat tambahannya yang kumplit ya. Miss u tooo :-)

    ReplyDelete