Saturday, November 29, 2008

Tumpeng barbie anniversary




Sebetulnya anniversarynya sudah lewat, tanggal 17 November lalu, syukurannya juga sudah lewat, tanggal 22 November lalu. tapi berhubung diriku mengalami multiply blues berkepanjangan (halaah istilah apa pulak tuh), jadinya baru beredar sekarang deh :-) Sayang disayang berhubung bikinnya serba mefet, jadinya ga sempet difoto bagus hiks, semua foto ala kadarnya deh :(

Baru kali ini anniversary aku rayakan dengan ngundang temen-temen. Berhubung 10 tahun sudah terlewati, rasanya angka yang cukup banyak buat disyukuri. Terlebih lagi banyak hal yang terjadi di bulan ini, baik suka dan duka yang semuanya sungguh mesti kami syukuri.

Sudah lama sekali aku kepengen banget bikin tumpeng barbie. Dan akhirnya seneng banget waktu berhasil bikin di acara syukuran ini, kaya bucat bisul deh senengnya duilee segitunye hehe. Tumpengnya aku bikin dari nasi uduk. Temen lauk pauknya: ayam goreng, tempe bacem, urap, telur rawis, teri kentang balado, dan rempeyek bikinan suamiku. Aku juga bikin taart anniversary. Tadinya mau bikin bentuk love dengan perpaduan warna ungu dan bunga putih pake royal icing. Tapi wah semua berantakan berhubung aku lagi ga enak body saat itu, antara niat dan engga bikinnya. Alhasil kue baru dihias 1,5 jam sebelum acara. Wah hasilnya ga keruan, yang tadinya mau kasih warna kuning koq jadi oranye merah ya hiks, kacau deh. Tapi biar gitu yang penting rasanya deh. Aku bikin cakenya black forest, fillingnya juga persis isi black forest aja pake cherry dan cakenya diguyur cherry dan slagroom. Rasanya lumayan lah walaupun jauh lebih enak kalau pake black cherry. Sayang black cherrynya lagi ga musim sepertinya.

Berikut resep tumpeng dan kawan-kawannya, yang aku ambil dari NCC. Aku copas disini smua biar gampang kalo mau nyontek.

Nasi Uduk

Bahan :
500 gr beras
600 ml santan
1 sdm garam
daun salam dan sereh
ketumbar halus dan bawang putih ulek (optional)
Cara membuat:
Kukus beras hingga panas.
Masak santan, garam, daun salam dan sereh hingga mendidih (jangan lupa selalu diaduk agar santan tidak pecah), angkat.
Masukkan beras panas ke dalam santan panas, aduk rata biarkan hingga santan terserap habis dan beras menjadi aron. (Ini tidak dimasak diatas api ya!)
Kukus lagi 20 menit hingga matang, angkat. Sajikan dengan ayam goreng dan sambel kacangnya

Bumbu Sambal kacang:
Cabe merah (bisa dicampur rawit merah)
Garam
Bawang putih
Kacang tanah goreng, tumbuk halus
Cuka
Gula pasir
Air panas secukupnya.
Cara Membuat:
Tumbuk halus, cabe merah, bawang putih, dan kacang tanah.
Kadar kehalusan sesuai selera. Lalu seduh dengan air panas, masukan cuka, garam, dan gula.
Koreksi rasa sesuai selera. Bumbu kacang pun siap disajikan.
Catatan :
Kalau malas repot, bisa pakai rice cooker membuatnya, dan sukses ko, kayanya rasanya sama aja.
Caranya : Cuci beras hingga bersih, masukkan bumbu-bumbu (sesuai resep), aduk rata dengan beras, masukkan santan seukuran memasak nasi biasa (bukan seukuran resep diatas), aduk rata masak hingga matang

Ayam Goreng Ungkep

Bahan :

1 ekor ayam, potong 8

Bumbu, haluskan :

5 bh bawang putih
1 ruas kunyit
1 sdm ketumbar
1 btg lengkuas
1 ruas jahe
3 btr kemiri
1 sdt garam

Cara Membuat :
Baluri ayam dengan bumbu halus, masak dalam panci atau wajan tertutup sampai ayam keluar air dan matang. Angkat.
Goreng dalam minyak banyak bersama bumbunya.
Tips:
Bila suka bisa ditambahkan lengkuas parut jumlah banyak, sehingga didapat bumbu kremes seperti serundeng.

Urap Sayuran

Bahan :

1 ikat kangkung
1 ikat bayam
1 ikat kacang panjang
250 gr kol putih
100 gr tauge

Bumbu Urap :

1 btr kelapa, kupas, parut kasar (aku pake 250 gr kelapa kering direndem pake santan kara kental 125 ml + tambahin air dikit)
3 bh cabe besar
3 bh bawang merah
1 bh bawang putih
1 sdt terasi
1 ruas kencur
2 bh daun jeruk, buang tulang
1 sdt garam
1 sdm gula merah sisir
penyedap bila suka.

Cara Membuat :
Bumbu : ulek cabe merah, bawang merah, bawang putih dan garam hingga halus, masukkan terasi, gula merah dan kencur, haluskan pula.
Campur bumbu halus dengan kela parut, aduk rata, beri daun jeruk. Kukus hingga matang, angkat.
Siangi sayur mayur, rebus dalam air mendidih masing-masing secara terpisah. Tiriskan.
Taruh sayuran rebus dalam wadah, taburi bumbu urap, aduk rata.

Tahu tempe bacem

Sumber: Tabloid Nova
Bahan:
10 bh tahu putih ukuran kecil
500 gr tempe, potong sesuai ukuran tahu
200 gr gula merah, iris halus
3 lbr daun salam
1 sdt asam
700 ml air kelapa
Haluskan:
1 sdt ketumbar sangrai
5 bh bawang merah
3 siung bawang putih
2 cm lengkuas
1 sdm garam

Cara membuat:
1. Taruh dalam wajan bumbu halus, tahu, tempe, gula merah, daun salam asam, dan air kelapa.
2. Jerangkan di atas kompor, masak sampai mendidih lalu kecilkan api.
Masak sambil sekali-sekali diaduk agar bumbu tercampur rata dan air habis, angkat dan sisihkan.
3. Goreng tahu dan tempe dalam minyak panas sebentar saja, angkat dan tiriskan.
air kelapa bisa diganti dengan air biasa dicampur cuka sedikit dan gula pasir sedikit (untuk 1 gelas air, kurang lebih 250 cc, tambahkan 1/2 sdt cuka dan 2sdt gula pasir.

Wednesday, November 5, 2008

RUU Pornografi? Buat Apa sih?


Anak-anak adalah asset bangsa, lagu lama ya? Tapi kenyataannya, kita tak bisa sangkal, masa depan bangsa kita (yang sedang carut marut ini) memang ada di tangan anak-anak ,  iya kan? Bayangkan kondisi ini. Ketika anak lelaki kita berusia 12 tahun, kelas 6 SD. Kita sudah berusaha membentenginya dengan menyekolahkan ia di sebuah SD Islam ternama misalnya ( Walaupun mungkin, alasan kita menyekolahkannya disana karena kita orangtuanya  terlalu sibuk bekerja dan tak sempat mengajarkan pendidikan agama dan pendidikan seks sejak kecil di rumah). Lalu tiba-tiba, suatu hari, masuk laporan dari guru sekolahnya bahwa anak kita tertangkap basah sedang menonton video porno lewat handphone, hardcore porn pula! (video porno yang isinya aduhai menjijikan sekali buatku). Dan parahnya ia tertangkap basah menonton video itu bersama 12 orang temannya. Bayangkan! Kita, ibu yang melahirkannya, dan ayah yang sama bertanggungjawabnya terhadap anak itu (karena bikinnya sama-sama kan ;-)). Bagaimana perasaan kita?

Belum cukup sampai disitu. Ketika seseorang yang memergoki bertanya pada anak kita.

“Apa yang kamu rasakan dengan menonton video itu?”               

“Senang.”Jawab anak kita.

“Terus kamu mau melakukan itu?”

“Mau, saya senang koq.”

“Kalau mau, sama siapa kamu mau melakukannya?”

“Sama siapa aja yang mau.” Jawabnya cool tanpa dosa.

“Lha nanti kalau perempuan itu hamil gimana?” penasaran si penanya.

“Kalau punya uang ya tinggal gugurin aja.” Jawab anak kita enteng.

Astaghfirullaah! Bayangkan! Anak kita bicara seperti itu! Berkeping-keping. Hancur kan perasaan kita? Lalu kemana selama ini hukum-hukum tentang zina dan ajaran moral yang sudah berusaha kita ajarkan padanya? Kemana perginya? Oke, selama ini soal pengajaran moral kita angkat tangan dan menyerahkannya saja kepada guru di sekolah. Lalu kenapa ajaran guru itu tidak ada yang menempel di kepalanya? Kenapa?

Contoh di atas bukan khayalan. Tapi nyata diceritakan oleh bapak anggota DPR Hilman Rosyid Lc yang kebetulan diundang bicara tentang RUU pornografi di Groningen semalam. Dan itu baru satu kasus, di satu sekolah. Aku jadi ingat cerita ibu Elly Risman Psi. dari yayasan kita dan buah hati yang sangat concern soal ini. Seminarnya tentang ‘Bicara seks pada Anak’ selalu menginspirasi sekaligus membelalakkan mata kita tentang betapa ngerinya kondisi penyerangan ideologi pornografi di Indonesia terhadap anak-anak kita, terutama di kota besar.

Ketika beliau menjelaskan tentang bagaimana proses kehamilan terjadi dengan mengumpamakan rahim dari buah pir, dan organ lain dengan buah lain, anak-anak SD kelas 5 dan 6 asuhannya menertawakannya.”Ha haha..itu sih kuno Bu!” kata mereka. Ya tentu saja, karena mereka sudah terbiasa melihat aslinya langsung dari gambar-gambar dan situs porno. Aku dan teman-teman peserta seminar waktu itu terkaget-kaget ketika beliau menceritakan temuannya melihat sekumpulan  anak wanita SMP yang saling mempotret kemaluannya dengan telepon genggamnya dan memperlihatkan hasil jepretan mereka ke teman-teman laki-lalkinya dengan bangga.Duh!

Ah..banyak sekali contoh-contoh mengerikan yang pernah aku dengar dari beliau yang membuatku miris. Kita memang tidak akan tahu inti permasalahan kalau kita tidak mencari tahu kondisi yang sebenarnya. Dari bu Elly, aku juga baru tahu bahwa kasus pornografi ternyata bukan sekedar pornografi. Kasusnya tidak sesederhana itu. Ada agenda besar dari penyebar ideologi pornografi untuk menghancurkan moral masyarakat. Mereka bekerja dengan cerdas, sistematis dan berusaha masuk dari berbagai celah. Mereka sengaja mentarget anak-anak, karena anak-anak adalah pasar masa depan bagi mereka. “Ada temanya, incest misalnya,” kata pak Hilman. “Nanti tentang incest ini lalu ada filmnya (produksi hollywood), lalu muncul di film Indonesia, sinetron, komik, manga, game dan lain-lain.” Lanjut pak Hilman. Bu Elly juga pernah mengatakan yang sama. Parahnya komik-komik tersebut dijual sangat murah dengan akses yang sangat gampang pula di sekitar sekolah. Bahkan karena keaktifannya menyuarakan tentang pendidikan seks sejak dini dan melaporkan hasil-hasil temuannya tentang pornografi pada anak-anak, ibu Elly pernah meminta perlindungan khusus dari pemerintah. Ya, beliau mendapatkan ancaman dari pihak-pihak yang dirugikan tentu. Artinya, musuh itu ada bukan?

Oke, jadi apa hubungannya dengan Undang-undang pornografi dan apa perlunya?” Kalau kasusnya seperti di atas, itu sih cukup orangtuanya saja di rumah mengajarkan pendidikan seks, atau pihak sekolah, kenapa harus pake Undang-undang segala? Begitu kan pertanyaan sebagian orang.

Hmm…kenyataannya apakah segampang itu mengajarkan pendidikan seks pada anak di rumah dan di sekolah? Dan berapa banyak sih orangtua yang concern untuk mengajarkan soal pendidikan seks sejak dini? Di sekolah-sekolah di Indonesia? Rasanya masih menjadi wacana. Bukankah soal ini masih dianggap tabu dan saru?

Aku sering mengompori temanku untuk mulai bicara seks pada anak sejak kecil. Tapi apa tanggapannya?”Iih ga tega deh Nes. Gimana ngomongnya? Enggak Ah!” Dan ketika aku ajak untuk ikut seminar bagaimana bicara seks sejak dini ke anak, banyak yang tidak melihat pentingnya. Mungkin kejauhan, tidak perlu ikut seminar, membaca artikelnya saja, atau membaca bukunya. Tapi apakah dipraktekkan? Padahal pendidikan seks tidak bisa dilakukan borongan dan instant, harus dicicil pelan-pelan. Bukannya hendak membanggakan diri, tapi aku saja yang sudah mendapat pencerahan dari ibu Elly, sering mencari info-info seputar bagaimana mengajarkan seks sejak dini pada anak, dan mencoba untuk mempraktekkannya pada anak-anakku, kadang masih tergagap-gagap dan cemas dengan hasilnya. Bagaimana dengan yang sama sekali tidak concern dengan hal ini. Dan jumlah orangtua yang concern? jangan ditanya, hanya segelintir dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia!

Sejak anak-anakku mulai bisa bicara, aku mengajarkan pada mereka untuk menyebut kemaluan dengan nama aslinya, vagina dan penis. Awalnya aneh, tapi lama-lama terbiasa. Ketika anakku batita dan aku sering memandikannya, sambil mandi, aku sebutkan nama-nama organ tubuh mereka. Aku katakan bahwa nanti suatu saat akan tumbuh rambut di ketiak dan kemaluan mereka. Ketika anak lelakiku sering memegang-megang penisnya aku katakan padanya.”Say, enak ya, geli ya. Iya bunda tau pasti enak dan geli kalau penisnya dipegang-pegang, tapi ga usah dipegang ya sayang, nanti lecet.” Ketika mereka balita dan melihat cicak kawin, aku katakan pada mereka,”Cicaknya menikah, nanti mereka punya anak. Titik.”  Semua itu contoh pendidikan seks sejak dini pada anak yang pernah aku dapatkan dan coba aku terapkan.  Gampang? Phfh…perlu perjuangan tentunya untuk melenturkan lidah yang kelu dan otak yang beku ketika hendak mengatakannya.

Dan kini selepas masa balita, aku sering tergagap dengan pertanyaan-pertanyaan mereka. “Bunda, apa ini?” Tanya anakku ketika melihat sebuah kondom. “Itu kondom Sayang.” Buat apa?” Itu alat KB. KB itu apa? Dstnya. “Bunda, gimana bisa ada bayi di perut?” Ketika aku menjelaskannya lewat buku dan menceritakan tentang sel telur dan sperma, pertanyaan berlanjut. Gimana masuknya?” Haa?! OMG! Bagaimana aku harus menjawabnya? Meski aku punya senjata ‘KISS’ (Keep information short and simple), tapi tetap saja jantungku berdegup kencang dan cemas menanti pertanyaan apa yang selanjutnya bakal keluar dari mulutnya? Untungnya sampai sejauh ini semua berjalan lancar karena ternyata anak-anak adalah anak-anak yang akan berhenti bertanya ketika keingintahuannya sudah terpuaskan. Dan keingintahuan mereka betul-betul sejalan dengan usia. Kini, makin besar mereka, peer ku makin banyak. “Apa itu penyakit kelamin, apa itu AIDS?” tanya mereka. Saat ini aku hanya menjawab dengan sederhana. Namun suatu saat aku harus menjelaskan pada mereka apa bahayanya zina. Aku ingat pesan bu Elly,” Dengan menunjukkan gambar-gambar penyakit akibat seks bebas, mereka biasanya sadar sendiri dan ga berani macem-macem. “  Aku harap begitu adanya sambil dalam hati aku cemas, apakah benteng yang kuberikan sudah cukup kuat untuk menghalau serbuan yang luar biasa?

Ya! Serbuan pornografi pada anak-anak di Indonesia, di kota besar terutama, kini sangat luar biasa. Berapa banyak orangtua yang concern? Hanya segelintir! Berapa banyak lembaga yang peduli untuk mengedukasi orangtua soal pendidikan seks sejak dini? Segelintir. Sementara serangan ideologi pornografi setiap hari menggurita. Anak-anak diserang dari berbagai penjuru. Film, sinetron, iklan TV, internet, game, komik, majalah, handphone..agrh…mereka sungguh seperti diteror. Diantara segelintir anak yang terbentengi, berapa yang bebas lepas merajalela? Diantara orangtua yang peduli, berapa yang berpikir ‘emang gw pikirin, yang penting kerja dapat duit?’ Sementara raksasa penyerang bergembira terus melancarkan aksinya disana.

Bila lalu pemerintah mensahkan Undang-undang pornografi dengan tujuan utama untuk menjerat raksasa industri pornografi ini, apakah lantas kita masih tidak setuju? Bayangkan kalau kita sudah membentengi anak kita sedemikian rupa tapi kemudian dia diperkosa dan disodomi karena lingkungan yang kacau balau. Hii..amit-amit, naudzubillah. Ah..masa urusannya hanya karena anak-anak lantas dibuatkan undang-undang! Menyepelekan masalah anak-anak? Jangan lupa, target raksasa industri pornografi itu memang utamanya anak-anak! Bayangkan kalau sebagian besar anak-anak dan remaja Indonesia telah memiliki mental model porno akibat keseringan mengakses hal-hal porno sebelum matang usianya. Menurut penelitian Judith A. Reisman, candu pornografi bisa mengakibatkan kerusakan otak permanen! Meski penelitian tentang kerusakan otak permanen ini oleh sebagian orang dibantah dan dianggap hanya kampanye anti pornografi, tapi secara common sense saja, jelas anak-anak yang sudah addict terhadap pornografi, tentu akan dipertanyakan kualitasnya kelak. Bagaimana akibatnya terhadap cara berpikir dan perilaku mereka nanti? Bayangkan dampaknya 5 atau 10 tahun lagi ketika mereka sudah beranjak dewasa. Dan jumlah mereka memenuhi sebagian besar rakyat Indonesia, bayangkan! Kualitas manusia seperti apa yang akan tumbuh di Indonesia?

Begitulah akibatnya kalau sang raksasa dibiarkan merajalela, sementara sungguh sedikit anak-anak yang terbentengi. Terlalu berlebihan? Silahkan ulik sendiri. Aku sendiri malu, sempat mempertanyakan tentang pentingnya RUU ini dan protes sana sini padahal aku tak tahu dasarnya, tujuan utamanya, dan apa yang terjadi di kalangan atas sana. Ternyata ada masalah besar disana. Jadi buat apa UU pornografi? Bertanyalah pada hati nurani! Dan yang lebih penting lagi, akankah kita berdiam diri?

Saturday, November 1, 2008

Autumn Morning, ikutan HFP#4: 'Konsep'


Tadinya aku agak-agak ga niat mau ikutan Home Food Photography#4 yang dimotori oleh DIta ini, soalnya topiknya cukup susah euy. Tapi tergelitik dengan kata-kata Dita,"Katanya mau belajar. Ini bukan sekedar event lucu-lucuan, tapi buat belajar." Wah jadi niat deh mau ikutan. Berhubung aku masih gelagepan soal konsep dalam food photography (karena biasanya asal ikutin feeling main jepret aja), jadinya kali ini aku bener-bener nginget-nginget pelajaran ibu Dita  soal konsep dalam food photography. Teorinya emang cukup ribet dan mungkin kita bakal mikir, duh apa-apaan sih nyusahin diri amat. Tapi begitulah namanya proses belajar ya, ga ada yang gampang memang :-).


Dalam event kali ini aku ambil tema 'autumn morning'. Ga tau kenapa aku suka banget sama suasana autumn saat daun-daun mulai menguning dan belum gugur. Kalo udah gugur sih enggak, tambah dingin soalnya hehe. Jadi akhirnya kupikir kenapa ga ambil tema autumn aja. Suasana saat dimana-mana kuning itu, cantik banget dan sering bikin suasana hati jadi gimana gitu, kasuat-suat. Dan untuk sesie pemotretan, autumn selalu bakal menghasilkan foto yang keren (meski tergantung yang motret, modelnya dan tempatnya juga tentu).

Komponen dalam food photography yang harus diperhatikan itu katanya mencakup: konsep, komunikasi, komposisi, styling,  dan lighting. Jadi dengan tema autumn morning ini aku ingin  menggambarkan suasana pagi di saat musim gugur yang dingin tapi juga bikin hati hangat karena suasana autumn di sekitar yang cantik itu. Karena itu aku sengaja ambil dedaunan kuning yang berguguran di dekat rumahku untuk mengatakan tentang autumnnya. Intinya dengan tema  ini aku ingin menggambarkan suasana autumn di pagi hari dengan minum secangkir teh ditemani cookies, biar pun dingin tapi tetap membuat hati hangat. Lalu background sengaja aku pakai warna hitam untuk mengesankan dingin. Dan aku senang banget karena hari itu pas matahari bersinar cerah, jadi aku bisa dapat cahaya backlight di pagi hari (duh baru kali ini deh dapetin cahaya backlight kaya gitu). Dengan cahaya backlight itu mudah-mudahan bisa menggambarkan kehangatan hati di pagi hari musim gugur.



Soal komposisi dan styling, duh aku mati ide deh. Kalo soal yang satu ini aku masih bener-bener tergagap-gagap. Jadi, properties yang aku pake ya cuma si gelas dan dedaunan aja. Di salah satu foto aku coba juga tambahin syal untuk menunjukkan autumn yang mulai dingin, tapi hmm ga tau deh pantes apa engga. Moga-moga para ibu guru bisa kasih masukan nih soal ini.

Ini dia dia hasil jepretan yang pake tambahan syal :




Begitulah hasil belajar soal 'konsep' dalam food photography yang aku lakukan hari Jumat lalu. Bener-bener niat pilih hari Jumat setelah melihat ramalan cuaca bahwa hari itu cerah :-). Tadinya aku mau bikin brownies cookies, tapi berhubung bentrok sama males jadi pake cookies beli jadi ajah. Lagipula kali ini aku memang ingin belajar soal konsep, dalam food photography, jadi ga masalah kalo objeknya ga buatan sendiri kan :-).

Lebih lengkapnya soal HFP#4 sila klik link berikut. Pokoknya event ini bagus banget buat belajar food photography deh. Thanks ya Dit dah mau bikin event seperti ini :-).



FF#4 'Accesoris'


Ketagihan nih ikutan Foto Fun. Sebenernya nyali dah ciut euy ngeliat karya-karya peserta kali ini, para pakar turun gunung, keren-keren semua. Tapi yaa sekalian latihan deh, jadi pede ajah lagi, namanya juga seru-seruan sambil belajar :-). Berhubung diriku ga suka pake pernak-pernik, pas kebeneran liat gelang anakku yang dikasih temennya, ya sud jepret itu aja lah.

Yang mau ikutan klik aja link ini.