Saturday, August 21, 2010

East Europe Trip, Last day, Prague: 28Juli 2010




Rabu, 28 Juli 2010

Wenceslas Square dan Havelske Market Prague

Phfuih..akhirnya sampai juga di hari terakhir perjalanan kami. Kami harus sampai di airport jam 15.00 siang paling telat, karena pesawat kami ke Amsterdam akan berangkat pukul 17.05. Setelah check out dari hotel berikut aku kena diare, duh baru kali ini aku kena diare pas diperjalanan, akhirnya kami baru cabut jam 12 siang. Tujuannya tak lain tak bukan Old market, karena kemaren aku belum berhasil menemukan si market ini.

Setelah naik metro, kami pun tiba di Wenceslas Square, rupanya area ini merupakan area shopping. Ga heran kalo daerahnya luas banget dan toko-toko bermerk berjejer-jejer di tempat ini. Setelah foto-foto sejenak dan menemukan tumpukan brick wall di tengah jalan, kami berhenti lagi. Rupanya tumpukan kayu sebesar batu-bata warna krem ini sengaja dibuat untuk cari sumbangan, idenya bagus juga. Setiap orang boleh nulis apa aja dan menggambar apa saja, tapi harus bayar 5 euro satu balok kayu, nanti uangnya bakal disumbang untuk kemanusiaan. Lala dan Malik ambil satu balok dan menggambar barengan. Mereka menggambar bendera Belanda dan Indonesia lalu menuliskan nama masing-masing di sana.

Jam sudah semakin siang, untung akhirnya aku berhasil menemukan di Havelske Market yang ternyata letaknya di belakang gereja Church of Our Lady Before Tyn . Oalah rupanya pasar ini Cuma menjual souvenir di sisi kiri dan buah serta makanan khas Chezh di sisi kanan. Lumayan juga lah untuk liat-liatan. Yang unik ya banyak dijual maryonet, souvenir jam astronomical clock dan cemilan Chezh yang bentuknya bulat tipis sebesar piring, kalo dimakan kriuk-kriuk manis.

Belum puas rasanya menikmati pasar ini, tapi kami harus segera cabut. Kota Prague kalau diulik lagi mungkin sebenarnya memang cantik, meskipun menurutku lebih cantik Budapest, tapi berhubung kami disini di akhir perjalanan, sudah lelah dan sudah melewati kota-kota lain, jadi ya koq tampak biasa aja ya. Malik dan Lala juga menjadikan kota ini urutan favorit kedua paling bawah, berarti buat anak-anak memang kurang menarik kali ya. Anyway, Prague pastinya tetap cantik kalo di eksplore lagi lebih jauh dan dibaca lagi sejarahnya, karena memang tanpa tahu sejarah, kalao pergi melihat kota tua, pasti akan terasa garing dan ga dapat ruhnya, ciee….Bye…Bye..Prague..till we meet again someday, hopefully….!

Oya berikut ini daftar urutan tempat favoritnya Lala dan Malik selama jalan-jalan di Eropa Timur. Ketahuan banget kan betapa anak-anak ya maunya ke tempat yang anak-anak banget J.

1. Dresden karena ada dino parknya dan karena bisa main uno di rumah tante Nisa :D
2. Budapest, karena bisa berenang, kotanya cantik dan bisa ke labyrinth walaupun menakutkan.
3. Bratislava, karena ada patung cumil and friends
4. Wiena, karena ada atraksi maryonet
5. Prague, karena ada astronomical clock
6. Brno, kota paling membosankan hehe

Catatan lagi tentang anak-anak, ternyata makin besar, makin asyik jalan sama anak-anak karena mereka semakin mandiri dan bisa dimintain bantuan jadi ga bikin capek orangtuanya gituh. Misalnya:
1. Pas berangkat dan pulang, Lala dan Aik gantian dengan suka rela narik koper kecil.
2. Mereka antusias baca sendiri brosur-brosur yang buat mereka menarik, seperti misalnya Malik baca brosur tentang Labyrinth di Budapest, dan Lala diam-diam bacain buku guide yang dibawa ayahnya.
3. Mereka juga bisa bantuin solve problems kadang. Waktu di apartemen Budapest, Malik liat kursi yang bisa dijadiin tempat tidur, langsung deh Aik bergerak untuk membuat si kursi itu berubah jadi tempat tidur. Mba Lala juga bersedia nungguin koper-koper waktu aku dan suamiku lagi sibuk ngurus ini itu. Cihuy deh pokoknya.
4. Makannya juga jadi ga rewel, Lala mau coba segala macem makanan, Malik yang rada picky eater, tapinya dikasih roti beres dah.

East Europe Trip, Day 11: Old Town Prague, 27 Juli 2010




Selasa, 27 Juli 2010

Old Town Suare Prague : Astronomical Clock, Church of Our Lady Before Tyn, Church of St.Nicholas

Prague ternyata ruame buangeet sama turis! Cari parkir pun susahnya setengah mati. Dan karena Old Townnya bisa dilalui dengan jalan kaki, kami pun memutuskan untuk ga pake mobil, karena untungnya mobilnya juga memang harus waktunya untuk dibalikin. Jadi ketika suamiku ke airport mengembalikan mobil dan angkut koper, aku dan anak-anakku jalan-jalan sendiri di old town square nya Prague. Phfuih, aslii..dari kota-kota yang kami kunjungi di Eropa Timur, kota ini lah yang paling penuh sama turis. Mulai turis cina, jepang, malaysia, spain, france, Belanda, UK, USA, pokoknya dari seantero dunia kayanya ada deh di tempat ini. Agak heran juga sih kenapa ya, padahal menurutku kotanya lebih cozy dan indahan Budapest dan kalo siang hari, daerah Charles Bridge dan sekitaranya nya di Prague ini tampak kumuh menurutku. Tapi belakangan baru aku tau, tempat kongkow-kongkow nya lebih banyak di Prague dan kalo untuk yang berduit, pilihan masuk museum, konser dan tour-tour macem-macem lebih variatif di Prague. Selain itu, rupanya Prague itu terkenal sebagai tempat shoping yang relatif murah.

Yang paling jadi atraksi di Old Town Square ini sepertinya si Astronomical Clock. Ga heran kalau jam ini jadi landmark dan dimana-mana suvenir, gambarnya ya jam ini. Apalagi setiap beberapa jam sekali si jam bakal bunyi dan nongol tuh patung-patung kecil di bagian atas, yang kata Aik, patung-patung temennya Jesus alias nabi Isa. Jam 4 sore, orang-orang menyemut di depan Astronomical clock Cuma buat nungguin si jam bergerak dan patung-patungnya keluar satu-satu. Weleh weleeh…segitunya ya. Tapi si jam ini memang unik, ga heran kalau bisa menyedot turis. Jam yang dibuat tahun 1410 ini selain bisa menunjukan jam juga bisa menunjukan waktu terbit dan terbenamnya matahari, juga tempat bintang-bintang dan fase-fase bulan. Uniknya lagi, jam ini ada angka arabnya, angka biasa dan angka romawi.

Selain Astronomical Clock, suasana bangunan tua, dua buah gereka dengan arsitektur indah dan kereta kuda yang berseliweran membuat pengunjung merasa berputar ke mesin waktu ratusan tahun lalu. Di daerah ini pula lah aku mencoba mencicipi Czech Goulash karena penasaran, waktu di Budapest ga sempet ngerasain si Goulash ini. Kalo lagi traveling gini, aku terpaksa ga bisa strik soal makan, susah bo nyari dimana, yang penting ga babi lah jadinya. Dan setelah nyisipin si Goulash daging sapi ini aku makin kagum sama masakan Indonesia, masakan Indonesia memang ga ada duanya deh. Si Chezh Goulash ini mirip rendang penampakannya plus ditambah roti dan salad, sementara Hungarian Goulash bentuknya soup. Tapi rasanya wuih jauh kaditu kadieu lah sama rendang padang mah.

Di Old Town ini juga kami menemukan roti bolong bertabur gula dan kacang khas Chezh, namanya Trednil, dan juga Palacinky, pancake khas Chezh. Trednil menurutku rasanya lumayan lah, tapi kata temen-temen kalo dimakan anget-anget ini kue enak banget. Sementara si Palacinky, rasanya sama aja kaya pancake biasa, tapi bedanya ini lebih besar sebesar adonan martabak asin. Isinya kita bisa pilih macem-macem, mulai dari coklat, strawberry, pisang dan macem-macem deh.


Charles Bridge dan Malastrana

Setelah suamiku balik dari airport, kami pun melanjutkan perjalanan menyusuri Charles Bridge yang menghubungan daerah oldtown dengan Malastrana, daerah sebrangnya sungai. Bedanya sama Chain Bridge, Charles Bridge ini bisa dilewati pejalan kaki, dan di pinggir-pinggir jembatannya banyak patung-patung Jesus lagi disalib dan patung-patung lainnya. Sebelum lewat jembatan juga ada toko souvenir banyak banget yang buka sama jam 11 malem. Waktu aku coba ngelongok ke dalem, seorang perempuan asli Chezch menegur aku,”Halo apa kabar, Malaysia?” tanyanya. Rupanya menurutnya di kota ini banyak orang Malaysia yang belajar sekolah kedokteran di salah satu Universitas Prague.

Kami keliling old twon, charles bridge dan Malastrana sampe malem, karena kebetulan pas ada festival musik juga. Penonton tumplek blek nonton dari pinggir sungai karena panggungnya dibuat diatas sungai. DI Malastrana, ini mirip castle district nya Budapest, banyak rumah-rumah cantik dan gang-gang sempit juga, tapi castle district lebih mungil dan cozy. Di tempat ini juga banyak dijual seafood yang harganya cukup mahal. Lalu ada tour bour ala di Venezia juga untuk melihat sudut-sudut daerah Malastrana.

Info-Info:
- Ternyata cewe-cewe Chezh dan Budapest, biasa aja, dan tingginya juga relatif pendek-pendek, ternyata bener, orang asal Belanda itu memang termasuk orang-orang paling tinggi Sedunia kalo di rata-rata.

East Europe Trip, Day 10: Dresden: Bastei dan Chezh: Hernsko, 26Juli 2010




Senin, 26 Juli 2010

Saxonian Switzerland : Bastei dan Hernsko

Hari ini adalah hari terakhir di Dresden karena malamnya kami berencana melanjutkan perjalanan ke Prague. Nah jadinya sesudah sarapan di rumah tante Nisa, anak-anak susah bener diajak berangkat. Habis main Uno sekali mau lagi dan lagi dan nyuruh semua orang dewasa pada main. Akhirnya meski jam udah menunjuk angka 11 siang, kami malah masih asyik maen Uno. "Plis Bun..pliiis..." kata anak-anak barengan. Ayahnya juga ngedukung,"Kapan lagi coba." Ya wes akhirnya kami pun bergembira bersama tante Nisa, om Nandang dan om Ican main Uno, seru dan heboh. Habis itu kami juga foto bareng dengan berbagai gaya tea, mumpung ketemu sama sesama narsiser wkwkwk. Ada gaya hormat dari yang paling pendek sampe tinggi, gaya tanduk, sampe gaya ngehajar om Ican hehe, seru deh, makanya begitu berkesan buat anak-anak.

Setelah itu pergilah kami ke The Sächsische Schweiz (Saxon Switzerland) yang merupakan area national park dengan pemandangan formasi aneh batu-batu pasir. Konon batu-batu itu terbentuk karena erosi jutaan tahun yang lalu. Malah lucunya, jembatan Bastei bridge yang dibuat sekira tahun 1851 untuk menghubungkan batu satu ke batu lainnya, lalu juga ‘nge-blend’ dengan formasi-formasi batuan itu, jadi kaya bukan jembatan buatan. Tempat ini ada di ketinggian, jadi sering dijadikan area untuk bersepeda dan rock climbing. Tempat yang paling indah dan paling sering dikunjungi dari Saxon Switzerland adalah Bastei di Pirna. Katanya sejak 200 tahun lalu, sekira tahun 1800-an, tempat ini sudah dijadikan daerah turis.

Untungnya meskipun harus ngos-ngosan naik tangga ke atas dan jalan menyusuri batu-batu di ketinggian itu anak-anakku tetap semangat. Apalagi kalo ada bagian yang unik seperti angka Romawi di batu-batu yang menunjukan tahun 1800 sekian, cara orang jaman dulu bikin rumah disana dan yang unik-unik, pokoknya kalo diceritain mereka seneng deh. Malik apalagi, suka tiba-tiba ngilang padahal tempatnya tingginya minta ampun. Aku baru sadar sepertinya aku rada-rada takut ketinggian, karena waktu berada di tempat yang tinggi banget dan ngeliat ke bawah perutku langsung mules dan kepalaku langsung muter-muter pusiiing. Waduh apa gara-gara umur yang tambah tuwir yak. Pemandangan di daerah ini memang bagus banget, bener-bener laen setelah kami nyaris bosen ketemu kota-kota tua melulu. Apalagi kalo memandang ke bawah, pemandangan sungai Elbe yang tampak mengular disertai hijau rumput dan rumah-rumah di sekitarnya membuat tempat ini menjadi tambah indah.

Sorenya tadinya kami mau ke Gorlittz perbatasan German-Polandia, tapi berhubung udah kesorean, batal deh, belum jodoh. Sekira jam 6 kami pun cabut ke Prague. Mobil sewaan kami sempet kepotret karena suamiku ga sadar nyetir melebihi batas ‘50’ yang sudah ditentukan. Harusnya setiap kelebihan 1 km kena denda 5 euro, Jadi bakal didenda 50 euro deh karena kelebihan 10 km/jam. Tapi untungnya karena beda negara kali ya mobilnya, jadinya sampe sekarang ga ada tagihan, moga-moga aja bener apa yang dibilang oran di rental mobil bahwa kalo dari negara lain mah beneran ga akan ditagih.

Oya, dalam perjalanan dari Pirna-Prague, kami melewati daerah Koningstein karena tadinya mau mampir ke situ juga, tapi karena kudu bayar dan kayanya tempatnya ga begitu menjanjikan batal deh. Di daerah Koningstein itu ada Mythenpark dan park Koningstein yang letaknya di pinggir sungai Elbe, ngeliat sekilas kayanya seru banget dan ngiri banget berarti anak-anak Jerman betul-betul dimanjakan dengan banyak park yang kreatif dan berharga murah pulak huhuhu jauh amat sama Belanda.

Kami juga melewati daerah perbatasan German-Chezh Republic, namanya Hernsko. Tempatnya cukup unik karena di pinggir sungai Elbenya ada stasiun tua dan kereta api yang sering lewat. Lalu di pinggir jalan sisi lainnya ada tebing-tebing tinggi menjulang, kayanya masih area si batu-batu pasir yang mirip di Bastei. Di tempat ini juga banyak toko jual souvenir. Pemandangannya lumayan indah, kami berhenti sejenak untuk ke toilet, dan ternyata penjualnya kebanyakan orang Vietnam. Rupanya banyak banget orang Vietnam di daerah ini memang.

Friday, August 20, 2010

East Europe Trip, Day 9: Dresden: Saurierpark dan Schloss Moritzburg, 25Juli 2010




Minggu, 25 Juli 2010

SaurierPark dan Schloss Moritzburg

Kami berangkat jam 11 siang, tapi cuaca mendung bukan kepalang, di tengah jalan malah hujan. Tadinya hampir aja kami batal pergi ke Dino Park yang butuh satu jam perjalanan ke luar kota Dresden. Saurier Park ini terletak di kota kecil Bautzen, Kleinwelka. Untung akhirnya kami tetap lanjut karena ternyata lumayan juga park nya, Dino nya banyak banget dan park nya juga luas. Ada sekira 200 jenis Dino mulai dari yang terkenal-terkenal seperti Pteranodon, Tyrex, Brachiosaurus, Triceratops, sampe yang kecil-kecil yang entah apa namanya aku lupa.

Park itu terletak di tempat semacam hutan besar, jadi kami memang serasa berada di hutan. Tapi meskipun Dino nya dibuat besar-besar mirip aslinya ya tetep aja ketauan kalo itu ga asli. Selain Dino yang bertebaran dimana-mana dengan penjelasannya, banyak arena tempat main anak-anak yang berbentuk lucu-lucu. Ada ayunan berbentuk pteranodon, ada seluncuran setinggi Brachio, ada panjat tebing yang beneran berasa di hutan, pokoknya anak-anak selain puas liat dino juga puas main. Makanya mereka seneng banget. Hampir di setiap tempat yang ada Dinonya mereka foto-foto. Emak bapaknya juga ga mau kalah, pokoknya kami beraksi berbagai gaya mulai dari gaya ketakutan ngelirik dino, gaya lari dikejar dino, gaya ngintip dan macem-macem deh, sampe diliatin orang-orang saking noraknya hehe. Oya selain dino juga ada area khusus yang nampilin manusia purba jaman dulu. Ada patung orang jaman dulu tinggi besar kaya raksasa berewokan, ada monyet-monyet jaman dulu, ada juga patung gimana orang jaman dulu ngubur temennya.

Datang sekitar jam satu siang, menjelang tutup jam 6 sore kami cabut dari Saurier Park. Pemandangan di jalan bagus juga karena sepanjang jalan kiri kanan dipenuhi ladang gandum. Lalu di sebelahnya Saurierpark ternyata ada miniaturen park yang sepertinya asik juga. Jadi satu keluarga bisa mainin game yang mini-mini di area yang luas banget, dan butuh seharian juga kayanya, padahal bayarnya murah. Duh ngeliat harga-harga di Jerman bikin bete. Masuk dino park aja 22 euro satu keluarga, kalo di Belanda mana boleh, biasanya paling sedikit 20 euro satu orang. Si miniatur park itu lebih murah lagi 15 euro buat satu keluarga. Di jerman selalu ada paket family model gitu, buat transportasi juga, dan ternyata park di jerman buat anak-anak tuh banyak banget. Pas jalan di Koningstein, ada Mythonpark di pinggir sungai Elbe yang kayanya juga asyik banget. Duh duh bener-bener anak-anak di Jerman bisa termanjakan dong kalo begitu, ngiri mode on hehe.

Berhubung sampe di Dresden masih terang, akhirnya kami putuskan untuk mampir ke Moritzburg castle yang jaraknya sekira 15 km dari Dresden. Bukan mau masuk sih cuma mau ngadon foto doang hehe. Castle ini dulunya dipake tempat peristirahatan setelah berburu oleh raja August The Strong, raja yang katanya punya ratusan anak dari buanyak istri, makanya disebut ‘The strong’ kali ya hehe.

Castle ini bagusnya dipotret dari sebrang danau, jadi reflesinya kelihatan banget, dan dari sini lah kami ngambil foto, ngikutin yang ada di gambar. Hasilnya, mayan lah rada mirip sama di gambar-gambar :-).

Pulang dari Moritzburg, hari belum gelap, ya udah kami balik lagi ke oldtown nya Dresden. Aku pengen banget ngerasain Dresdener cheese cake alias Dresdener Eierschecke. Sebenernya ga pede juga masuk café-café keren di bawah Bruhl terrace, takut muahal. Tapinya, aku memberanikan diri bertanya, dan alhamdulillah café yang kutanya punya. Akhirnya memesan lah kami 3 potong cake itu yang masing-masing harganya 3 euro. Kami pikir saat itu wah murah, ternyata menurut Nisa, segitu tuh mahal biasanya mah 1 euroan, yah ga papa lah itung-itung bayar tempat.

Thursday, August 19, 2010

East Europe Trip, Day 8: Dresden: Hygiene Museum dan Old town, 24 Juli 2010




Sabtu, 24 Juli 2010

Kinder Museum di Hygiene Museum

Karena sampai di rumah Om Ican di Dresden udah tengah malam, kami pun baru berangkat siang kecapekan, setelah sarapan dulu dan anak-anak main Uno dulu sama om Ican. Wah anak-anak seneng banget main Uno di rumah tante nisa. Sampai-sampai dalam diary nya Malik dan Lala menjadikan Dresden sebagai kota yang paling asyik dikunjungi selama liburan. Alasannya selain karena ada dino park juga karena di rumah tante nisa bisa main uno seru. Dan malik inget aja waktu om Ican harus ngambil 12 kartu karena dapet plus 2 terus hehe. Ya gimana ga betah, selain main Uno, kami juga dijamu makanan enak terus sama tante Nisa sih. Aik ngabisin makanan kesukaannya tahu, sosis dan mangganya tante Nisa hehe. Makasi banyak ya tante Nisa Sayang....:-)

Setelah sekian hari kepanasan, ternyata di Dresden dingin dan hujan. Wah gawat mana bisa menikmati kota nih kalo hujan begini. Tadinya kami mau ngajak anak-anak naik kereta api yang dijalankan oleh anak-anak di Grosse Graten. Tapi berhubung hujan cukup deras, rencana batal. Kami pun mencari tempat berteduh di Hyegene Museum. Kata buku petunjuk, disitu ada museum untuk anak-anak. Ya sudah, mampirlah akhirnya kami kesana.

Ciri khas kinder museum ini ada bentuk tiga dimensi mata besar berikut bulu-bulu matanya yang lentik. Meskipun ternyata museumnya kecil, tapi anak-anak lumayan senang lah disini. Bisa main labyrinth kaca dan melihat-lihat tentang indra manusia. Aku sempet tidur di kursi saking capeknya sambil nunggu anak-anak maen hehe.

Ternyata kami cuma butuh satu jam lebih berada di tempat ini, sementara hujan di luar masih deras. Untungnya pas ada ekshebisi tentang keindahan. Lalu kami pun liat-liat sebentar tentang definisi keindahan dan ada juga ratu kecantikan asal jepang yang pernah dicopot ratunya gara-gara ketauan pernah operasi plastik 13 kali, wadaw!

Old Town Dresden : Altmarkt Square, Frauenkirche Church, Procession of Princes, Brühl Terrace, Albertinum, Royal Palace, Catedral, Semper Opera, Zwinger.

Menjelang sore, alhamdulillah hujan berhenti. Kami segera pergi ke Aldstadt. Pertama kami pergi ke gereja Frauenkirche dan sekitarnya. Kota tua Dresden cantik deh! Sayangnya banyak hitam-hitam bekas perang dunia dua. Memang kota Dresden hancur banget waktu perang dunia dua. Hebatnya mereka bisa membangun lagi mirip aslinya. Jadi kelihatan banget antara bangunan asli dan baru dari batu-batu yang menghitam. Malah kata Malik, kota Dresden jelek karena banyak hitam-hitamnya hehe.

Di dekat gereja Fraunkirche ini ada patung Marthin Luther dan beberapa toko yang menjual porselen khas Dresden namanya Meisen porselein, yang harganya aduuh mak, ga kuku! Masak miniatur sebesar jempol aja harganya seratus euro. Belum lagi yang gede-gede harganya bisa ribuan euro sendiri aje gile deeh!

Jalan lurus sedikit dari arah gereja ini ada café-café lalu ada tangga ke atas ke arah Brühl Terrace. Dari Brühl Terrace ini pemandangannya cantik banget. Kami bisa memandang sungai Elbe yang cantik. Saat berjalan di jembatan, kami bisa melihat jejeran bangunan-bangunan kuno seperti Albertinum, Royal Palace, Catedral, Semper Opera dan Zwinger, indah banget kelihatannya. Sayang cuaca mendung jadi foto yang kami dapatkan pun tak maksimal.

Yang cukup unik diantara bangunan-bangunan itu adalah lukisan tangan sepanjang 101 meter di atas porselein Meisen. Lukisan yang diberi nama Procession of Princes berada di dinding tembok di jalan Augusstrasse antara gereja Frauenkirche hingga Semper Opera. Lukisan setinggi 9,5 meter ini menghabiskan 250.000 buah porselen dan saking panjangnya, lukisan ini dinobatkan sebagai lukisan di atas porselein terbesar di dunia.

Selain itu Zwinger yang merupakan kompleks luas dengan halaman indah dan bangunan-bangunan tempat galeri. Bangunan terkenal unik di tempat ini yaitu Crown gate, sebuah gerbang yang bentuk atasnya persis mahkota. Waktu aku melihatnya dari luar, aku bilang ke Lala,”Koq bentuknya kaya mahkota ya La.” Terus dengan yakinnya Lala jawab,”Lho itu kan namanya memang crown gate Bun, mba lala baca di buku.” Waduuh gaya deh. Enaknya jalan sama anak yang udah cukup besar, mereka bisa baca sendiri sekarang.

Wednesday, August 18, 2010

East Europe Trip, Day 6-7: Vienna:Old town, Bratislava: Bibiana,Brno: Old Town, 22-23 Juli 2010




Kamis, 22 Juli 2010

Old Town Vienna-Austria

Karena Bratislava yang mungil, dan kota Wina Austria yang cuma satu jam perjalanan dari Bratislava akhirnya kami putuskan untuk menghabiskan satu hari ini di kota Wina. Sebetulnya dulu kami sudah pernah ke Wina, tapi anak-anak masih kecil. Jadi kami ulangi lagi pergi ke old town Wina.
Old town Wina sungguh luaaas dan megah, mirip di Paris. Karena susah cari tempat parkir, kami lalu parkir di Radhuis dan leyeh-leyeh sejenak di parknya. Kebetulan sedang ada festival rakyat disana, jadi ada layar lebar dan kursi-kursi di tempat terbuka beserta café-café dadakan untuk menonton film atau tari balet dari layar yang sudah disediakan.

Kami lalu berjalan ke arah old town, Graben Hoff dan St Stephens Catedral Wina yang terkenal itu. Tempat ini sungguh berbeda dengan Budapest maupun Bratislava. Turis-turis banyaak banget tumplek blek terutama di Graben Hoff, pedestrian street utama yang berujung ke catedral. Bedanya lagi banyak turis Arab dengan wanitanya yang berjubah hitam bahkan bercadar berseliweran di tempat ini. Kabarnya orang-orang kaya Arab itu memang senang menghabiskan liburan di Wina dan Munchen.

Yang paling menarik buat anak-anak di Wina ini karena banyak atraksi di dekat catedral. Ada atraksi musik klasik, badut dan yang paling seru adalah pertunjukan boneka maryonet. Beberapa maryonet di pegang oleh seorang lelaki. Lalu dengan musik rock sebuah maryonet beraksi memainkan terompetnya sambil berjalan-jalan mendekati penonton yang kebanyakan anak-anak. Satelah musik rock, boneka lain ganti beraksi dengan musik pop. Kalau ada yang memberi uang, si maryonet ini akan berhenti sejenak lalu mendekati si pemberi uang. Anak-anak pun kesenangan dan tertawa-tawa dibuatnya.

Jumat, 23 Juli 2010

Bibiana-Bratislava

Sebelum check out dari apartement Bratislava, kami menyempatkan dulu ke Bibiana, the International of Art for Children, kalo kata website sih. Kami bela-belain kesini karena bayarnya murah banget cuma 3 euro satu keluarga dan supaya anak-anak ga bosen lah liat kota tua melulu. Bagaimanapun tempat favorit anak-anak adalah taman bermain, berenang, atau ke tempat-tempat yang berbau anak-anak soalnya.

Sebenarnya tempat ini ya biasa aja, kecil dua tingkat ruangan agak besar ada display-display karya buat anak-anak. Tapi menuruku ya kreatif, dan anak-anak lumayan seneng karena bisa memainkan beberapa mainannya seperti sepak bola catur dan bisa gerak-gerakin kursi naga besar. Ada display lautan yang terbuat dari selimut, ada gua naga, tempat peri dan tempat main puzzle buat balita. Kami Cuma butuh satu jam di tempat ini, tapi lumayan lah anak-anak juga bilang tempat ini lumayan.

Brno-Czech Republic

Brno adalah tempat yang paling membosankan menurut anak-anak hehe. Tapi memang iya sih karena kami cuma pergi ke old town nya aja dan memang biasa aja. Yang paling disukai anak-anak di tempat ini cuma main air di air mancur di freedom square. Sejarah Dragon yang bentuknya buaya juga ga terlalu menarik buat mereka. Waktu diceritain tentang sclupture berbentuk unik yang miring di town hall nya Brno, dengan si dragon menggantung di bawah ruangannya, barulah anak-anak rada tertarik. Ternyata si sclupture yang bentuknya memanjang ke atas kaya pilar-pilar lancip berduri itu bagian tengahnya tadinya lurus. Tapi karena si pembuatnya ga dibayar sesuai janji yang telah disepakati, maka bete lah dia dan dibengkokkannya lah si pilar tengah itu.

Sebenarnya, kami hanya berniat sebentar saja berada di tempat ini. Tapi waktu aku sedang berada di information centre aku bertemu dengan pak Jan, yang sangat tertarik dengan orang Indonesia. Rupanya pak Jan yang ahli kupu-kupu ini menikah dengan orang Indonesia dan sangat cinta dengan Indonesia. Kami pun ngobrol panjang dan pak Jan sempat menjadi tourist guide kami sejenak.

Di Brno ini, kami hanya jalan-jalan di Zelny trh (vegetable market), lalu ke old town hall, dan ke freedom square nya. Di freedom square ini banyak orang-orang tua bergaya dan berbaju modern ala preman kongkow-kongkow. Lalu di salah satu sudutnya dipasang bak pasir di sebuah café dengan kursi dan payung ala pantai. Jadi lucu aja pemandangannya, di tengah kota ada orang berjemur serasa di pantai he.

Sebelum pulang kami sempat melihat folk dance. Lucu juga para lelakinya jago banget dan luwes banget menari khas Cheko dengan baju khas putih berompi warna-warni berbordir. Mereka menggerak-gerakkan kaki dan tangan dengan cepat dan bertepuk tangan dengan cepat pula. Pokoknya unik deh, lumayan lah jadi tau tarian khas orang Checko.

Berhubung kami baru cabut sekira jam 9 malam dari Brno, akhirnya kami baru tiba di Dresden jam 2 malam, mana hujan deres pulak, untung perjalanan lancar.

Tuesday, August 17, 2010

East Europe Trip, Day 5: Budapest : Heroes Square, Bratislava: Old town, 21 Juli 2010




Rabu, 21 July 2010

Heroes Square

Kami berangkat kesiangan, karena selain kecapekan juga kami harus ngepak barang berhubung kami akan check out. Sebelum membelokkan mobil ke arah tol menuju Bratislava, kami sempatkan sejenak untuk berfoto dan menikmati Heroes Square. Heroes Square ini juga dibuat dalam rangka memperingati 1000 tahun anniversary kedatangan orang-orang Hungaria ke tempat ini.Heroes Square berada di dekat city park, Szechenyi Bath, kebun binatang dan tempat sirkus. Jadi all in one tempat ini asyik buat kongkow-kongkow keluarga.

Old Town Bratislava

Sekitar dua jam setengah perjalanan, pukul 3 sore kami sampai di Bratislava. Melihat kota ini di siang hari langsung membuatku mengernyitkan dahi. “Ya ampuun, gariiing!”Menyesal aku menginap dua hari di ibu kota negara Slovakia ini.Susunan kota tampak semrawut. Coretan-coretan grafiti menghiasi gedung-gedung tua. Pepohonan juga jarang tampak. Pinggir sungan danube menjadi tempat yang tak menarik, termasuk pemandangan restoran flying ufo yang katanya merupakan salah satu tempat menarik di Bratislava.
Apartemen kami yang berada di lantai 5, dari luar pun tampak tua dan kumuh, mana ga ada lift pulak. Wadaw!Tangga menuju kamar sungguh butut dan kusam. Tapi ternyata dalam ruangan kamar waah, modern! Dan lumayan nyaman juga. Semua barang serba Ikea menjadi perabot di apartemen kami. Di sebelah apartemen kami juga ada restoran China yang ternyata di kelola oleh orang Vietnam yang harganya miring banget. Rasanya lumayan lah meskipun cenderung asin. Rupanya banyak orang Vietnam di Bratislava.
Sore-sore, kami pun menyusuri jalan menuju Old Town Bratislava. Ternyata ada toko Jawa yang menjual perabotan Indonesia di dekat old town itu. Suamiku dan putraku sempat masuk ke dalamnya. Mereka ngobrol banyak dengan si empunya toko. Ternyata pemiliknya memang cinta Indonesia, suamiku bahkan diberi buku berisi jualanya. Malik dengan bangga bilang,”Aik yang motret ayah sama yang punya toko Jawa itu Bun.”

Memasuki old town kota Bratislava, pandanganku seketika langsung berubah tentang kota ini. Ternyata old townnya mungil dan cozy! Dengan beberapa patung unik yang tersebar di old town square nya, tempat ini membuat anak-anakku betah. Ada si Cumil, man at work, yang kepalanya nongol dari bawah tanan, ada si tentara Napoleon yang berdiri di belakang sebuah bangku, ada si Carpet cleaner berwarna perak dan ada juga patung Paparazzi. Patung-patung ini memang menjadi daya tarik bagi turis karena lucu.
Berjalan agak jauh lagi, di depan Opera ada boulevard penuh pepohonan yang rindang, di sebelahnya berjejer café-café yang dipenuhi orang-orang. Ternyata old town nya betul-betul cozy, aku suka. Mentok old town, kita bisa liat jembatan, sungai Danube dan flying ufo dari kejauhan. Ada juga Bratislava castle yang katanya jadi salah satu highlight Bratislava, tapi kami malas menuju kesana.

Setelah kami membaca buku petunjuk tentang Bratislava, ternyata kekontrasan antara kota tua dan kota di sekitarnya ada ceritanya. Jadi dulu Bratislava itu memang indah, apalagi old townnya. Daerah ini juga sangat strategis dan disebut twin city dengan kota Wina. Hanya satu jam menyetir kita sudah bisa sampai ke kota Wina. Katanya dulu Ratu Sisi dari Austria sering menjadikan kota Bratislava sebagai tempat peristirahatannya. Tapi ketika daerah ini dikuasai oleh negara komunis Rusia, orang-orang pintar yang ada di kota ini semua di usir. Alhasil yang tinggal hanyalah orang-orang bodoh yang ga bisa mengurus kota. Maka, ga heran kalau akhirnya kotanya jadi semrawut dan tidak indah, dan ga heran pula kalau akhirnya kota ini disebut sebagai ‘contrast city’.

Uniknya karena sekarang yang tinggal di Bratislava kebanyakan anak-anak muda, mereka giat belajar dan bekerja lalu memajukan kotanya. Kabarnya tingkat pengangguran di kota ini sangat sedikit dan angka kemakmurannya terbilang tinggi. Mereka pun pelan-pelan berniat memperbaiki kotanya kali ya.

Monday, August 16, 2010

East Europe Trip, Day 4: Budapest : Synagog, Great Hall Market dan Labyrinth, 20 Juli 2010




Selasa, 20 july 2010

Synagog dan Great Market Hall

Kami cabut dari apartemen jam 11 siang. Tujuan kami hari ini adalah melihat Synagog terbesar kedua sedunia yang letaknya tak jauh dari apartemen kami, namanya Budapest Great Synagogue (Dohany utcai Zsinagoga). Hanya berjalan sejauh satu kilometer, sampailah kami di Synagog tersebut. Synagog itu atapnya cantik dan unik banget, dengan hiasan David ster dimana-mana.
Siangnya ke pasar Great Market Hall (Központi Vásárcsarnok) . Sayangnya karena ga pake tomtom kami nyasar-nyasar lebih dari satu jam, setelah ketemu tempat parkir di Szerb utea, menurut peta jalan sudah dekat, tapi lah kami ko malah nyasar juga, akhirnya dari jam satu siang kami baru sampai di pasar central market hall jam tiga sore. Pasar itu terdiri dari dua lantai, lantai bawah penuh dengan orang-orang yang berjualan rempah, sayuran, buah dan daging. Sementara di lantai dua, dipenuhi dengan jualan textile khas Hungary yaitu kain-kain sulaman dan souvenir lucu-lucu. Yang unik adalah sulaman tempat roti dan alas bir. Baju-baju handmade yang dibuat sendiri dengan tangan atas bawah khas Hongaria juga banyak dijual.

Di lantai satu, pernak-pernik paprika bergantungan selang-seling dengan bawang putih digantung. Hongaria terkenal dengan paprikanya, jadi suvenir paprika berikut paprikanya dikemas dalam bentuk-bentuk lucu dalam botol, dalam kantong, tempelan kulkas, wadah makanan, kebanyakan bergambar paprika, lucu deh.

Keluar dari pasar, kami baru sadar bahwa bangunan pasar itu tua,dengan arsitektur unik dan cantik, jalan sedikit ke sebelah atas, ternyata pemandangannya juga cantik, ada jembatan dan bangunan-bangunan kuno yang arsitekturnya bagus-bagus. Sebetulnya aku masih betah dan ingin melanjutkan perjalanan melihat suasana dekat jembatan, tapi apa daya kami sudah janji sama anak-anak mau ke Labyrinth di Castle district.

Labyrinth

Kami sampai di castle district sekira jam 5 sore. Dari luar pintu masuk ke dalam labyrinth hanya seperti rumah biasa, bagian depannya pun sempit. Jika melongok ke dalam pun hanya ada tangga ke bawah. Tapi setelah turun tangga, wow, ternyata, kami seperti berada dalam ruang bawah tanah yang dibuat cozy dan cantik. Dengan lampu remang-remang disana-sini, plus beberapa layar komputer dan bangku serta meja-meja klasik membuat tempat kassa dan cafe nya terlihat cozy.

Labyrinth sebenarnya dulu merupakan tempat tinggal orang-orang di masa prehistoric. Lalu pada saat perang dunia II, tempat ini pernah dijadikan rumah sakit dan tempat penampungan orang dan perbekalan makanan. Karena itu lah dibagian depan gua-guanya terdapat gambar-gambar binatang prehistoric. Meskipun gambar-gambar ini ga asli, tapi cukuplah untuk membuat anak-anakku terpesona sejenak menghilangkan ketakutan mereka. Yup! Lala dan Malik ketakutan banget masuk ke labirin ini, mau tapi takut gitu loh, apalagi Malik, sejak masuk tangannya udah dingin dan deg-degan katanya. Malah karena di dalam gua dingin banget ditambah takut juga Aik ga nahan mau pipis, ya gimana mau balik ke pintu masuk udah kadung di dalem. Akhirnya aik pipis di plastik yang aku selalu bawa dalam tas aku.

Sebetulnya masuk gua bawah tanah ini ya seperti masuk gua biasa, dingin, gelap ditambah suara tetesan-tetesan air kadang memang bikin serem kalau yang pergi sendirian. Tapi uniknya kami dibekelin lantern alias lentera, jadi bener-bener berasa mau mencari jalan dalam gua gelap yang ga tau ujungnya. Kami memang sempat nyasar beberapa kali, karena tempatnya asli gelaap banget. Terus setelah gambar-gambar binatang prehistoric, di bagian lebih ke dalam lagi suka tiba-tiba ada patung yang bikin anak-anak ketakutan. Yang paling unik adalah patung besar kepala raja yang tenggelam di tengah genangan air. Lalu ada juga patung kuda berkepala manusia. Yang paling indah, ada pohon anggur berikut air mancur wine mengitarinya berwarna kemerahan dengan hiasan lampu disana-sini, keren!

Selama di dalam, kami juga bertemu dengan pasangan-pasangan turis dari berbagai negara dengan berbagai bahasa ada Spain, Prancis, Inggris, macem-macem deh. Malik selalu mau bareng sama orang lain, sementara ayahnya masih asyik foto-foto. Pokoknya Malik ketakutan setengah mati. Sebelah tangannya pegang lantern, sebelah lagi pegang tanganku. Tapi mesti begitu, ternyata dia penasaran juga. Keluar dari tempat itu, brosur penjelasan tentang patung-patung dan sejarah yang ada di dalamnya dibaca juga, padahal berbahasa Inggris. Dan dengan pedenya dia jelaskan padaku hasil bacaannaya hehe.

Pulang dari sini kami sempet foto-foto lagi di Fisherman’s Bastion, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan ke arah rumah pak Aas dan bu Shinta. Kami dijamu makanan enak, bener-bener perbaikan gizi. Dan karena saat mau pulang pak Aas meminjamkan GPS nya, sejak itu kami hampir ga pernah nyasar ga jelas lagi, alhamdulillah!

Pulang dari rumah pak Aas jam 10 malam, kami sengaja hunting foto Chain Bridge tengah malam. Budapest tengah malam memang lebih indah dibandingkan siang hari. Gemerlap lampu yang menghiasi Buda dan Pest betul-betul memberikan nuansa berbeda, Budapest jadi ga keliatan kuno dan tua lagi, cantik deh!

Thursday, August 12, 2010

East Europe Trip, Day 3: Budapest Szechenyi Bath dan Castle District, 19 Juli 2010




19 Juli 2010, Senin

Szechenyi Bath dan City Park
Kegiatan yang paling ditunggu anak-anak adalah main air alias berenang tentu aja. Jadi mereka antusias banget waktu diajak ke tempat pemandian ini. Buat aku, karena yakin ga bakal nyemplung, aku udah niat mau hunting foto karena tempat pemandian ini keren dan indah banget kalo ngeliat di websitenya. Szechenyi Bath ini memang salah satu kolam yang paling terkenal di Budapest dan kabarnya merupakan medicinal Bath terbesar di Europa.

Setelah sampai disana sekira jam 11 siang, betul aja, tempatnya memang baguus! Meskipun cukup mahal ya worthy lah. Pemandian ini dibuat tahun 1913 dengan gaya Baroque style, jadi berada disini memang serasa berada di kolam mandinya raja-raja. Kami harus pesan kamar kecil untuk penitipan barang. Kabin-kabin ini ya ampuun jelek-jelek dan tua banget. Selain ada kolam besar terbuka di luar, di dalam ruangan juga ada kolam untuk laki-laki dan wanita terpisah, ada kolam untuk senam air dan berendam untuk kesehatan.

Kami langsung masuk ke bagian kolam terbuka, pemandangannya wow! Persis seperti gambar-gambar di websitenya yang cantik-cantik itu. Dengan air biru jernih, bunga disana-sini, berlatar bangunan dengan arsitek kuno memang menjadi pengalaman berenang yang berbeda. Anak-anak seneng banget main di air yang ada arus putarnya. Aku langsung mencari tempat berteduh untuk menunggu barang-barang sambil menonton orang-orang yang berenang. Menyesal juga aku kenapa ga bawa baju berenang muslimah. Kalo aku nyemplung dengan baju renang muslimah mungkin aku akan jadi bahan tontonan bahkan bakal masuk tipi wkwkwk. Sebab, aku ga nyemplung aja udah berasa artis, hampir setiap orang menatap padaku lama-lama, alien darimana nih gitu kali pikir mereka. Waktu aku duduk di kursi leyeh-leyeh setiap orang yang lewat pasti memandangku beberapa jenak baru kemudian melanjutkan langkahnya. Malah ada bapak-bapak berkacamata hitam melongin aku sejak dari dia masih di ujung kananku, sampe jalan maju ke ujung kiri, teruuus aja kepalanya nengok ke aku. Weleh gw kecakepan kali yak ampe dipelong kaya gitu wkwkw. Untung aja si bapak ga nubruk kecebur kolam hahaha. Ah tapi aku pede aja, aku malah nyegajain keliling-keliling kolam motret dengan berbagai gaya sok profesional wkwkw.

Dan ajaibnya, orang berbagai usia dan ga pandang bentuk tubuh, ada semua disini. Mulai dari bayi, balita, anak-anak, ABG, anak-anak muda atletis dan seksi, sampe kakek nenek yang lemaknya udah bergelantungan dimana-mana tetep aja pede berbikini dan ikutan nyemplung. Nenek-nenek tuwir banget yang udah keriput banget umurnya mungkin 70 tahunan juga ada. Malah ajaibnya aku juga liat ada orang berkursi roda di pinggir kolam! Ga ngerti apa dia nyemplung apa engga. Terus ada juga orang-orang yang berkebutuhan khusus seperti Down Syndrome gitu juga ikut nyemplung. Seru deh nano-nano.

Yang unik, dan sering tampak di gambar website info Budapest adalah pemandangan orang maen catur khas Hungarian di dalam air pinggir kolam. Dan aku juga menemukan bapak-bapak yang lagi asik main catur sambil berendam ini. Pantes aja orang-orang pada betah berjam-jam di tempat ini karena memang asyik si yah. Suami dan anak-anakku menghabiskan 4 jam bermain-main dan berenang di tempat ini sampai akhirnya udah pada menggigil kedinginan.

Setelah itu kami pun cabut dari bath ini dan leyeh-leyeh sejenak di City Park yang sungguh adem dengan pepohonan dimana-mana. Duh jadi ngebayangin coba di Bandung ada citi park yang penuh pohon pasti seger deh. Di sebelah ujung City park ini juga ada sirkus, kebun binatang dan tempat bermain. Betul-betul tempat yang menyejukkan di tengah kota yang padat deh pokoknya.

Castle District dan Fisherman’s Bastion

Sore hari kami pun melanjutkan perjalananan lagi ke arah Castle District. Tadinya mau masuk ke Labyrinth tapi berhubung sudah sore dan nyasar-nyasar kami Cuma jalan-jalan di sekitar Castle District aja. Castle District di abad ke-13 dihuni oleh orang-orang Hungaria setelah lepas dari jajahan Mongol. Tahun 1500 mereka sempat dijajah oleh Turki malah katanya gereja yang ada disana sempat dijadikan mesjid.

Aku suka dengan daerah ini, katanya castle district itu daerah elitnya orang-orang di Budapest. No wonder sih karena memang tempatnya indah dan unik. Daerahnya tinggi seperti di lembang tapi dengan satu komplek dihiasi rumah-rumah tua berarsitek kuno, di cat pastel warna-warni dengan jalan-jalan sempit dan jalan batu diatasnya. Duuh berasa di kampung jaman Romawi deh. Di jalan masuk Castle District ada bangunan besar dengan Vienna Gatenya dan museum Nasional Hungaria. Lalu di tengah-tengah district itu ada Mathias Church, gereja unik beratapkan mozaik-mozaik bernuansa coklat dan merah. Disitulah letak centrum Castle district, namanya Szentháromság tér (Holy Trinity Square). Di sinilah old town hall berada, juga Fisherman’s Bastion.

Fisherman’s Bastion berada di bibir bukit. Tempat ini seperti benteng tapi dihiasi dengan 7 buah castle yang membuat kami serasa berada di halaman istana. Di tempat inilah pengunjung bisa memandang kota Budapest dari atas, indah banget! Konon, Benteng berhiaskan castle-castle ini dibuat antara tahun 1895-1905 untuk memperingati anniversary ke 1000 suku Magyar (nenek moyang Hungarian). Tujuh menaranya juga dibuat untuk menggambarkan 7 suku Magyar yang datang tahun 896 ke tempat itu.

Tempat ini jadi tambah romantis karena di tengah-tengahnya ada café dengan pemusik yang mengalunkan musik-musik klasik nan mendayu. Orang-orang sibuk berfoto dan melepaskan pandang mengagumi keindahan dari atas. Kami pun menghabiskan waktu cukup lama di tempat yang indah ini.

East Europe Trip, Day 1-2: Amsterdam-Praha-Budapest, 17 dan 18 Juli 2010




17 Juli 2010, Sabtu

Amsterdam-Praha-Budapest

Liburan kali ini bener-bener beda, sebab gara-gara telat pesen ticket kereta Praha-Budapest, jadinya kami dapat harga muahal banget. Akhirnya kami mikir plan B. Alhamdulillahnya, suamiku udah ngurus SIM Internasional beberapa minggu sebelumnya, tadinya sih belum niat dipake karena belum berani setir kiri dan takut mahal kalo sewa mobil. Tapi ternyata, untuk pergi rombongan sekeluarga, sewa mobil itu jatuhnya sama aja dengan naik transportasi umum. Dengan catatan asal ga ngelanggar aja, karena kalo ngelanggar dendanya aduh maak! Jadi akhirnya kami putuskan untuk sewa mobil selama keliling-keliling di Eropa Timur, biaya sewa mobilnya per hari ‘Cuma’ 25 euro saja, sama dengan harga sewa mobil di Indo kan, jadi bener-bener mendingan sewa daripada beli harga tiket kereta Praha Budapest doang, yang kalo buat berempat harganya bisa melebihi harga sewa mobil untuk sepuluh hari.

Kami berangkat jam 17.45 naik pesawat Easy jet dari Schippol ke Praha yang harga tiketnya juga lebih murah daripada kalo naik kereta. Tapi berhubung cuaca buruk di Praha, pesawat delay, akhirnya kami baru berangkat jam 19.50. Sayangnya, aku lupa bawa nasi mateng, Cuma lauk pauknya doang, alhasil kami makan malam dengan tahu isi dan bihun yang memang aku bawa dari rumah. Ya lumayan deh buat ganjal perut di malam pertama.

Alhamdulillah, perjalanan pesawat lancar. Sampai airport Praha, langsung lah kami mencari alamat si tempat penyewaan mobil yang ga jauh dari airport. Deg-degan juga karena baru pertama kali ini suamiku bakal nyetir mobil di Eropa, setelah setahun ga nyetir mobil, harus bisa setir kiri pulak. ‘Kenalan’ sama mobilnya aja butuh satu jam kali hehe. Mulai dari liat-liat lampu, persneling, nyalain AC terus latihan maju mundur di tempat parkir, wah serba deg-degan deh. Tambah deg-degan lagi pas keluar tempat parkir karena kami nekat ga nyewa GPS, soalnya harga sewa GPS sama dengan harga sewa mobil jeh, ogah banget kan, jadi bismillah berbekal peta aja.

Keluar dari tempat parkir, suamiku nyetir bener-bener merayap, makllum lah pemula berikut ga ngerti jalan pulak. Alhasil kami kukurilingan nyasar 1 jam kali di Praha sebelum akhirnya berhasil menemukan arah jalan tol ke Budapest yang harus melewati Brno dan Bratislava.

Sekitar jam 11 malem, setelah salah jalan itu akhirnya suamiku sudah mulai cukup lancar nyetirnya, langsung deh aku bisa tarik napas lega. Tapinya ditengah jalan hujan dueres pol, terpaksa mobil kami jalan pelan-pelan, berikut sekitar jam satu tengah malam, suamiku ngantuk berat. Kalo di Indo sih aku berani gantiin nyetir tapi disini aku ga punya SIM dan ga berani juga coba setir kiri takut didenda berabe dah. Alhasil, di tempat istirahat pinggir jalan kami berhenti dan tidur sejenak sekira 2 atau jam. Karena diluar hujan masih deres, kadang jendela di buka dikit, dalamnya mobil jadi kebasahan. Kalo AC dinyalain terus ga mungkin juga, kalo jendela ditutup, takut penghuni mobilnya mati semua hehe. Jadi aku sering bangun untuk buka jendela sekali-kali. Pokoknya tidur ga bisa nyenyak blas, berikut posisi tidur duduk ga nyaman banget. Bener-bener pengalaman pertama naik mobil yang mendebarkan dan melelahkan hehe.

18 Juli 2010, Minggu

Sekira jam 6 pagi kami tiba di Bratislava. Perjalanan dari Praha ke Budapest dengan mobil menurut om Google membutuhkan waktu sekira 5,5 jam lewat mobil, tapi gara-gara pemula setir kiri, ga pake GPS, hujan deras dan beberapa kali berhenti untuk tidur di jalan, akhirnya sampe Budapest baru sekitar jam setengah sembilan pagi padahal kami berangkat dari Praha jam 11 malem, gile kan ngaretnya berapa jam tuh.

Berhubung kami baru bisa check in apartemen jam dua siang, jadi kami keliling-keliling kota Budapest dulu sambil ngapalin jalan. Untungnya hari itu hari Minggu jadi jalanan lumayan lengang. Ga berbekal GPS memang cukup merepotkan karena perjalanan jadi lama banget, yang harusnya Cuma butuh setengah jam bisa jadi dua jam karena nyasar-nyasar.

Secara umum, kota tua Budapest menurutku cantik. Aku selalu suka dengan old town di Eropa, karena memang selalu menampilkan aura yang berbeda. Budapest terbagi dua area yaitu area ‘Buda’ dan Pest. Area ini dipisahkan oleh sungai Danube dengan beberapa jembatan megah diantaranya. Yang paling terkenal yaitu Chain Bridge, karena pemandangan dari promonade Danube memandang kemegahan jembatan dan daerah Buda Castle district disebrangnya memang sungguh memanja mata.

Citadella
Tadinya kami langsung ingin ke pusat old town nya, di Vorosmarty square, tapi berhubung nyasar-nyasar, akhirnya ngeliat tanda ke arah Citadella, ya udah langsung lah kami pergi ke Citadella.

Citadella berada di Gellert Hill yang merupakan daerah paling tinggi di Buda. Setelah jalan menanjak, di area paling atasnya ada patung Szabadság szobor atau Liberation Monument yang dibangun pada tahun 1947 untuk merayakan kebebasan Hungaria dari cengkeraman Nazi.

Di Citadella, kami bisa memandang Budapest dari atas, tentu saja pemandanganya sungguh cantik. Parliement, gedung tua mentereng berarsitektur indah yang terletak di Pest, juga jembatan-jembatan yang berjejer menghubungkan Buda dan Pest menambah keunikan tersendiri.

Sebelum sampai di puncak kami melihat jejeran jejeran toko souvenir di sebelah kiri dan beberapa tank-tank perang masa lalu di sebelah kanan. Wajar aja ada tank-tank perang dipejeng disitu, sebab di sebelah dalamnya terdapat museum perang yang cukup besar.

Setelah hampir dua jam menikmati Citadella, kami memutuskan untuk kembali ke Pest ke daerah old town. Tapi saat hendak pulang menuju tempat parkir kami bertemu dengan orang Indonesia! Namanya pak Aas orang KBRI Budapest yang sedang mengantarkan tamunya dari KBRI Roma. Alhamdulillah banget kami bisa bertemu dengan beliau karena beliau orangnya baik sekali, kami diundang ke rumahnya di hari berikutnya, dijamu sate ayam, gule dan es buah yang seger banget. Bahkan dengan relanya beliau meminjamkan GPS! Ya Allah…betul-betul kami dapat rejeki nomplok, pertolongan Allah memang ga pernah disangka-sangka ya. Padahal kami baru kenal, tapi beliau rela meminjamkan GPS nya sampai kami bawa ke Belanda dan nanti akan dikirimkan via pos. Alhamdulillah, berkat bantuan GPS beliau, akhirnya kami ga nyasar-nyasar lagi dan bisa lancar keliling Eropa Timur.

Vorosmarty Square

Kami pun lalu menuruni Gellert Hill menuju arah old town. Tapi karena saat itu belum berbekal GPS, kami lagi-lagi nyasar. Lah ga taunya koq rasanya aku melihat nama jalan apartement kami. Betul saja, segera kami mencari tempat parkir yang lumayan susah meski akhirnya dapat. Setelah check in dan ISOMA sejenak lalu kami cabut lagi ke arah Vorosmarty Square, yang merupakan salah satu pusatnya kota tua di daerah Pest.

Vorosmarty Square ini merupakan tempat kongkow-kongkow seperti centrum pada umumnya. Di sini ada Gerbeaud Café, café tua yang terkenal di Budapest. Menurut review yang aku baca, café ini terkenal dengan cake dan ice cream nya. Tapi berhubung melihat prist lijstnya kayanya mahal-mahal, kami lalu Cuma beli es krim nya aja. Dan ternyata es krim nya uenak! Dengan satu euro saja, kami sudah bisa makan es krim beralaskan wafel dengan rasa es krim yang slurup enak deh pokoknya! Ga salah itu si review J

Di tempat ini terdapat kantor-kantor penting juga tempat shoping toko-toko terkenal di Eropa seperti Berschka. Sehabis makan es krim, duduk-duduk di bangku yang banyak di sediakan di jalan sebelah Gerbeaud café, bahkan sempat tertidur karena semalaman kurang tidur, kami pun lalu melanjutkan perjalanan. Dari Vorosmarty Square kami berjalan ke arah Vaci Ut, yang merupakan pedestrian street terkenal di kota ini. Di sinilah toko-toko tempat shopping berjejer-jejer juga toko souvenir. Karena hari Minggu, toko-toko kebanyakan tutup. Kami hanya melihat toko souvenir saja yang buka. Souvenir khas Budapest adalah paprika! Hiasan paprika dalam beragam bentuk ada dimana-mana, contohnya tempelan magnet berbentuk paprika merah menyala bertuliskan ‘Budapest’. Gantungan paprika kering berjejer-jejer pun banyak menghiasi toko-toko souvenir.

Di ujung Vaci Ut kami menemukan pasar khusus souvenir yang letaknya di bawah jalan. Dua buah patung anak kecil berbaju merah, khas Hungaria berdiri menyambut. Kami pun segera masuk. Sayangnya harganya mahal-mahal banget. Secret box yang digemari anak-anak harganya mahal bukan kepalang, begitu juga dengan baju atasan bordir khas Hungarian, celemek-celemek dan catur ala Hungarian. Jadi ya cukup lah lihat-lihat saja.

Danube Promonade, Chain Bridge dan Parliement

Dari Vaci Ut, kami lalu berjalan terus menuju Danube Promonade. Menyusuri jalan ini sungguh asyik karena pemandangan Buda di seberang sungai Danube, Chain Bridge dari kejauhan sungguh indah, apalagi di malam hari. Selain itu, tram tua berwarna kuning yang berseliweran di pinggir sungai juga membuat tempat ini semakin unik dan klasik. Beberapa blok sebelum Chain Bridge, ada patung Litle Princes yang cukup terkenal. Patungnya sih begitu doang, seperti anak kecil mungil sedang duduk di atas pagar pinggir rel tram dekat sungai. Tapi entah kenapa patung ini begitu terkenal dan orang-orang yang lewat pasti memotret atau dipotret dengannya. Tapi dari tempat inilah katanya the best view chain bridge bisa terlihat.

Kami lalu teruus berjalan berkilo-kilo menyusuri promonade hingga jembatan, berjalan di atas jembatan Chain bridge, dan terus berjalan hingga sampai di seberang Parliement. Parliement ini begitu menonjol kalau dilihat dari atas. Di lihat dari seberang sungai pun, parliement tetap tampak indah. Karena sudah capek berjalan, foto-foto, sudah kelaparan dan hari pun sudah tambah gelap, kami ga kuat pulang balik jalan kaki. Akhirnya kami mencoba naik metro bawah tanah yang rupanya dibuat di bawah sungai, pantesan aja tangga menuju metronya curam setengah mati. Dalam sekejap kami pun sudah tiba lagi di Pest.

Sekilas info tentang Budapest:
- Ternyata ada pengemis juga disini, kami ketemu 2 orang pengemis di deket Chain Bridge, dan seperti biasa, kerudungan hmh…Selain pengemis, banyak juga orang cacat berkaki satu yang juga jadi peminta-minta.
- Disini jarang banget aku ngeliat perempuan pake kerudung, turis berkerudung pun langka. Plus orang berkulit gelap juga jarang lho, ga kaya di Belanda yang banyak bener.
- Mata uang Hungarian memakai Hungarian Forint ( HUF) dengan tanda Forint (Ft) yang cukup memusingkan karena nol nya banyak hehe. Satu Euro bisa dikatakan = 250 ft. Jadi kalau mau beli suvenir seharga 2000 Ft, berarti 8 euroan.
- Di dekat apartemen kami ada salon khusus anjing, dengan dekorasi salon yang childish dihiasi bunga-bunga, lucu banget, anjing-anjing pudel yang mungil dan manis-manis itu antri dipotong dan direbonding kali ya hihihi. Pantesan aja banyak nenek-nenek jalan bawa-bawa anjing pudel, kayanya orang Budapest seneng pelihara anjing-anjing mungil yang lucu ini.
- Jalanan di Budapest kecil-kecil, cari tempat parkir agak susah, tempat parkir mobil kami bahkan harus masuk beberapa lantai di bawah tanah dengan jalan sempit banget dan curam. Suamiku jadi makin tambah mahir parkir gara-gara tempat super sempit ini. Enaknya, parkir hari Minggu di Budapest gratis, dan parkir di tempat umum juga ga terlalu mahal, satu jam sekira 0,75 cent euro. Dan kalo nyari parkirnya di tempat yang agak jauh dari keramaian malah ga perlu bayar juga.