Thursday, June 5, 2008

Lagi-lagi Hoofddoek

Belakangan ini hari-hariku sedang padat banget. Suamiku sedang conference ke Canary Island. Sementara jadwal kerjaku seminggu full dari pagi sampe sore pulak. Mana kerjaanku, kerja pakai otot. Pulang-pulang aku harus jemput anak-anak sekolah lalu sampe rumah masih harus masak buat anak kos (walopun sering juga ngeluarin dari freezer sih). Kadang aku juga harus antar jemput anak-anak berenang, sepak bola, les piano. Wuah pokoknya fully booked, hari seperti berlari rasanya. Tapi cerita ini nggak ingin kulewatkan, jadi aku sempatkan menuliskannya sebagai catatan hati.

Hampir setiap hari, aku bekerja di rumah oma-oma atau opa yang sudah tidak punya tenaga lagi untuk membersihkan rumahnya. Kadang juga klienku belum tua tapi sakit sehingga perlu bantuan tenaga untuk bersih-bersih rumah. Biasaya aku pulang selalu capek. Kadang aku bete, karena dimarahin klien, digoblok-goblokin, kadang seneng karena dikasih hadiah-hadiah kecil, tapi kebanyakan sih biasa-biasa aja. Mereka umumnya baik-baik koq, tapi tentu ada satu dua yang out of normal.

Tapi hari ini laen. Aku pulang rasanya sambil membawa api di hatiku. Walah kenapa rupanya? Siang tadi aku dapat klien seorang wanita, umur sekitar 40-45 tahun lah. Dia tinggal sendiri, kadang berdua sama anak lelakinya yang berumur 15 tahun. Dia sudah cerai dari suaminya. Anaknya kadang di rumahnya, kadang di rumah mantan suaminya. Hanya anjing pudel putih yang setia menemani dia. Anjingnya namanya Boomer. Dia perlakukan anjing itu serupa anaknya sendiri. Anjingnya suka dikasih makan capcay dan buncis katanya. Duh jadi inget anak-anak yang kelaperan di Indo. Katanya lagi dia pernah mengalami kecelakaan mobil sehingga tulang punggungnya bermasalah. Karena itu dia butuh thuishulp yang  bantu bersihin rumahnya.

Mulanya aku masuk ke rumah dia biasa aja. DIa cukup ramah, walaupun tegas dan lugas kalo ngomong.  Waktu istirahat aku dikasih minum, setelah minumku habis aku mau lanjut kerja lagi, karena aku masih harus sedot debu rumah bagian bawah dan ngepel juga.  Eeh ndilalah dia tahan aku. "Tenang..tenang istirahat dulu aja deh," katanya. Laah nggak taunya ujung-ujungnya dia tanya tentang kerudungku. Mending kalo sekedar tanya kerudung, ujung-ujungnya dia bilang, kamu bego! Perempuan muslim yang pake hoofddoek alias kerudung tuh bego! Oalaah.. gimana hatiku tidak membara jadinya. Pelan tapi pasti si api memercik-mercik di dadaku, mukaku juga makin lama terasa panas dan memerah. Wuaduuh aura negatif banget pokoknya yang muncul!

Gimana enggak. Pertama dia bilang gini.
"Kamu pake kerudung, kamu muslim kan." Aku jelas ngangguk.
"Kamu muslim sejak lahir? Atau baru aja?"
"Dari lahir," jawabku.
"Kenapa kamu pake kerudung?" Aku mikir rada keras. Aku pernah nemu student asal Indonesia yang ditanya sama bule, kenapa kamu puasa dan dijawab,'karena itu kewajiban.' Hayyaya...udah tau dong gimana jawaban si bule,"silly!" katanya. Ya iyalah..hari gini, udah mahasiswa, kasih jawaban karena kewajiban, koq mau aja didoktrin sama agama, tanpa alasan yang jelas, gitu kan pasti pikir si bule. Karena inget si student itu lah maka aku jadi mikir rada keras, ceile.

"Karena aku merasa aman, merasa nyaman dan bahagia dengan memakainya," kataku.

Eeeh tau-tau si mevrouw langsung nyerocos ga keruan, kasarnya ngajak berantem dah hehe.

"Kamu tau nggak, perempuan muslim yang pake kerudung itu bego! Kamu boleh marah, tapi menurutku begitu, terbelakang! Kan kalau di mesjid kalian harus dibelakang laki-laki kan duduknya. Terus kalian harus pake kerudung. Buat apa? Artinya perempuan Islam tuh dibawah laki-laki, nggak sederajat. Menurut saya itu tuh 'dom' (goblok). Naa laki-laki boleh kemana-mana bebas nggak perlu ditutup-tutup, kenapa perempuan harus ditutup? Saya pernah liat perempuan pake hoofddoek tetangga saya waktu dia ga pake kerudung. Ya ampuun ternyata dia cantik bangeeet, rambutnya panjang sekaki! Coba bayangin, ngapain dia tutup-tutup semua kecantikannya itu, katanya cuma buat suaminya, sementara suaminya bebas ngeliat-liat dan diliat orang lain."

Duh...kalo ngejelasin pake bahasa Indonesia sih gampang. Lha ini kudu ngejelasin pake bahasa belanda dengan topik yang macam gini, pusyiing nggak pala gw. Akhirnya aku jawab lah dengan bahasa belandaku yang ala kadarnya.

"Mevrouw, laki-laki  dan perempuan itu beda. Laki-laki itu dari mata aja bisa cepet horney (ngejelasin dalam bahasa belandanya sih aku ga pake istilah horney hehe, muter-muter ga jelas dulu sampe akhirnya si mevrouw paham karena aku ga tau horney bahasa belandanya apa xixixi). Naa kalo perempuan kan enggak, kudu diraba-raba dulu baru horney."

Laah si mevrouw langsung nyolot lagi. " Siapa bilang, perempuan juga sama aja tauk, dari mata bisa horney," gitu deh katanya kira-kira.

Aku mencoba melunak karena ga pengen suasana memanas sambil juga  bingung kudu jawab kumaha. Karena aku tau, kami udah beda paradigma, dan dia ngotot banget, bukannya mau menghargai keyakinan orang malah mau memaksakan pendapatnya, jadi ga mungkin bakal akur dah (persis deh kaya berantemnya aliran-aliran agama di Indo :( ). "Ya mevrouw, tapi mungkin kultur juga pengaruh ya. Kalo di negaraku, dengan pake kerudung perempuan jadi ga gampang kena pelecehan seksual," lanjutku.

"Yaa tapi kan kamu tinggal disini. Ini nederland, nggak kaya begitu. Kamu punya anak, kamu kerja, kamu punya kehidupan sendiri, kenapa kamu harus nggak sederajat sama laki-laki. Kamu nggak bisa ajarin itu ke anak-anakmu, itu nggak bagus."

Ggrh giliran aku nih yang nyolot. "Mevrouw, aku nggak ngerasa nggak sederajat sama suamiku. Biarpun aku pake kerudung, biarpun kalo di mesjid duduk di belakang, aku tetap ngerasa sejajar aja ko sama laki-laki."

Walah aku lupa deh urutannya gimana, pokoknya terus si mevrouw ngomong lagi begini.

"Tau nggak aku tuh suka takut ngeliat imam-imam yang berjenggot yang katanya teroris teroris itu."

"Tapi nggak semua orang Islam tuh teroris mevrouw. Islam di Indonesia tuh moderat (*sigh* sambil dalam hati inget FPI dan huru hara di Indo ).

"Ya aku tahu sih. Tapi kamu tau nggak, Quran tuh oude (tua), trus sama aja kan sama bible, dapatnya dari mulut ke mulut. Sebenernya udah ga bisa tuh dipake lagi, itu terbelakang.  " Redaksinya ga begitu sih, tapi kira-kira gitu deh, karena aku juga kadang nggak gitu nangkep omongan si mevrouw.Intinya menurut dia, Quran dan Islam tuh identik dengan keterbelakangan.

"Terus kalian musti sholat lima kali sehari kan? Kamu sholat?" tanyanya lagi.

"Iya,"jawabku.

"Waah kalo aku nggak kebayang deh musti 5 kali sholat, buat apa coba. Aku juga tetep nggak bisa ngerti sama orang yang pake kerudung, dom!"

Hiii bete banget ga sih dengerin dia ngomong dom dam dom dom dam dom berkali-kali.

"Mevrouw, semua itu tuh membuat aku mengalami pengalaman spiritual yang nggak bisa dikatakan. Bahagia yang ga bisa dibilang."

"Spiritual apa? Saya juga pernah ngalamin pengalaman spiritual. Saya pernah kecelakaan,saya udah mau mati dua kali, tapi nggak ada tuh saya disuruh macem-macem sama Tuhan.," sanggahnya.

Huaaa capee deh.

"Setiap orang tuh beda ya mevrouw, ga bisa disamain pengalaman spiritualnya," kataku.

Aku masih pengen ngomong lagi, tapi rupanya kami udah terlalu lama bicara, aku musti lanjutin kerja, dia juga udah gerah kali sebel ngeliat gw yang ngeyel hihi. Akhirnya dia pergi nyiram taneman.

Tapi untungnya nggak lama dia adem lagi ngajak ngomong yang lain. "Kamu dulu di Indonesia sekolah?" tanyanya. Aku ngangguk doang, males ngejelasin. Eeh dia tanya lagi.

"Sekolah apa?"
"Dari universitas," jawabku. Eeh dia ga berhenti tanya.
"Jurusan apa?" Hmm karena aku pernah mewek waktu aku ditanya macam ini dan kujawab jujur (karena aku jadi kangen sama kerjaanku dulu hiks), akhirnya kujawab aja dengan sedikit tidak jujur.
"Obat-obatan."
Dia bengong. "Haa lalu ngapain kamu kerja ginian?"
"Suamiku student Mevrow, uang kami nggak cukup, jadi aku harus kerja, sementara ijasahku disini ga laku, aku harus ngulang sekolah dari awal lagi. Tapi nanti bulan depan aku udah ga kerja lagi koq, karena suamiku udah mau selesai sekolahnya. Aku berencana mau lanjutin sekolahku." Sekalian aja kujawab gituh biar naekin mutu dikit dah.

Tapi tetep aja, bukannya lega, sewaktu pulang aku masih bawa panas di dada. Hmm gitu ya rupanya bule bule itu berpikir tentang kerudung dan Islam, terbelakang?. Karena masih terbawa suasana, waktu ngejemput Malik dan ngeliat orangtua temen-temen Malik yang berjejer duduk berpanas-panas ria, aku menyendiri dan jadi mikir, oo gitu ya rupanya kalian memandang aku. Terserah deh, gw ga butuh pengakuan kalian, kataku dalam hati. Laaah diriku ko malah jadi bete sama semua bule-bule ituh, paraah... men-generalisir sekali duong deh...

Tapi sampe rumah aku udah sembuh koq, ga bete lagi liat bule, apalagi kalo ganteng huahehe dasaar dasaar, bacanda boo..suami gw tetep ga ada duanya dah xixixi.

Dus, moral of the story yang kudapat hari ini adalah, aku jadi bertanya-tanya sendiri ke diriku, kenapa ya aku pake jilbab? Kalau bukan karena sekedar kewajiban lalu apa?  Gimana sebaiknya aku menjawab kalau orang-orang, lagi-lagi bertanya kenapa aku pake jilbab?

Mungkin sebetulnya jawabannya so simple, apa sih yang kita cari di dunia ini Mevrouw, dan mau kemana kita nantinya? Kita hidup mencari kebahagiaan  bukan? dan ingin bahagia seterusnya bukan? Tapi bahagia yang seperti apa? Apakah dengan memamerkan kecantikanku aku bahagia? Apakah dengan merasa sederajat dengan lelaki aku bahagia? Kalau iya, apakah itu yang namanya kebahagiaan sejati? Yang bisa membuat hati damai tentram, dan tergugu karena sebuah nikmat  yang tiada tara. Bukan hanya bahagia semu yang membuat hati kering dan hampa.

Kerudungku ini Mevrouw, dengan segala ketidaksempurnaan  yang ada selama aku memakainya, bagaimanapun telah mengantarkan aku pada sebuah proses pencarian kebahagiaan itu. Semoga saja  bermuara pada surga, kebahagiaan sejati yang rasanya tentu seperti di surga.




 


 

34 comments:

  1. Sabar Mbak.......emang susah menjelaskan sesuatu ke orang yang "tidak mau" mengerti.....

    ReplyDelete
  2. terima kasih sudah berbagi, mba. mudah-mudahan diberi kekuatan dan kesabaran ya..

    ReplyDelete
  3. Saya bahagia dengan jilbabku...klo aq bisanya jawab gitu mbak :-D klo diajak diskusi dengan bule yg model begitu, itu jawabanku yg pertama..walaupun mesti deh ngeyel2an...

    ReplyDelete
  4. Kalo di Jerman dulu, ketemu yg udah tua dan ngeyel, susah memang Nes. Sering juga jilbab ditarik2 mereka, dibilang panas lah, ngga praktis-lah.
    Dari awal,memang kita harus sedikit "sombong" ama beberapa orang yg jelas-jelas antipati. Bilanglah kalau Agnes dokter, dan suami sedang S3.

    Biasanya, kalu ada orang negara lain yg usil, nganggap kita terbelakang, di jerman merebut lahan kerja mereka dll, aku bilang aja, kami disini belajar, suami sdg S3, aku sendiri lulus S2, jadi dari awal mereka akan menghormati kita juga.

    Mengenai kerudung: saya biasanya bilang itu kepercayaan saya, dan anda tidak berhak memprotes, karena itu sudah masuk ranah pribadi. Tegas, tapi tetap sambil senyum, lalu tinggalkan dia. Jangan terpancing untuk debat dengan orang ngeyel begini.

    *jangan kesel n mewek yaa Nes, ntar si mevrow merasa di atas angin*

    ReplyDelete
  5. Pyuhhh..teh macana meni asa teu ngarenghap...muahhhhhh buat jawaban teteh karena merasa aman, menikmati dan bahagia...jawaban yang keren menurut aku..tapi bener juga kata mba mia diatas tuh teh..lamun ka mevrow yang begini kita kudu rada naikkan/tinggi hati...abis orang spt ini cuman mo nantangin doang kok bukan mo tukar pikiran...he..he..ah ita sok nasehat neh....

    ReplyDelete
  6. Ya Allah :-(

    Beda banget dengan pengalamanku berarti Mba, huhuhuhu... di UK mrk ramah2 banget sama aku, apalagi setelah tau aku juga kuliah dan kerja jadi cleaner krn pingin tambah-tambah uang saku, huhuhu...
    Lagian di UK emang ada kebolehan 20 jam per minggu utk part time bagi student, jadi buat mrk udah biasa banget liat mahasiswa kerja.

    Duh, Inlander kok rasis banget yak Mba :-(

    ReplyDelete
  7. si mevrouw kurang gaul nih makanya judgementnya begitu...hehehe. hikmahnya mungkin kita mesti banyak belajar bagaimana menjawab pertanyaan2 yang dilontarkan orang dengan baik dan malah membuatnya tertarik...setuju ;-)

    ReplyDelete
  8. sabar ya mbak Agnes....tapi udah dingin khan sekarang?

    ReplyDelete
  9. Sabar ya, Mbak.... orang sabar disayang Tuhan.. ;)
    Tapi gak semua bule kayak gitu kan ya? masih banyak yang baik-baik... yang kayak gitu mah gak usah dipedulikan. Kalau aku malah dianggap terbelakang sama nenek-nenek muslim.. Duh.. kalau sama saudara sendiri digituin rasanya gimanaaaaa gitu... Oya, kalau aku biasanya males debat sama yg kayak gini, Mbak... abis biasanya mereka ngotot dan selalu menentang argumen yang kita keluarkan. Biasanya kalau saya bilangnya, "ini hak saya.. dan ini sama sekali bukan urusan Anda."

    ReplyDelete
  10. Buuuu....orang belanda sekarang lagi pada kedanan agama New Age, vegetaris, soal karma dan reinkarnasi, kocak deh kalau ngedongeng New Age nya....pasti si mevrouw itu juga kaleeee...kekekek...mendingan kata-katain aja balik dah kepercayaan baru yg lagi merebak di Bld. Nah tuh di tivi lagi pada demen acara ngomong sama orang mati.....

    ReplyDelete
  11. Waw...pengalaman yg sangat menarik he3, kalo aku jd Mba Agnes mah pasti udah nyerocos dalam english dah meh rada lancar untuk marahin si nenek gemblung :D(soalnya aku mah ornagnya panasan hi3). Waktu di jepang mah, kalo pas musim panas, orang2 di kereta ngeliatin aku mulu, sensei2 juga tanya napa pake gamis, napa pake krudung, napa pake baju panjang, kan panas, gerah dan de es te.Aku cuman jawab di Islam, seharusnya wanita menutup auratnya. Dan saya merasa nyaman qo, awal2 memang sulit tapi sekarang mah udah get used to it.Ampe waktu aku mo kerja part time di baby day care,si pemilik , laki2 tanya, bisa ga kerudungnya dilepas. Wowowow...maap ya, ndak bisa :D, setelah dijelaskan, untunglah dia menerima. Malah kadang jadinya kita suka ngobrol2 ttg muslim dan indonesia tentunya.
    Ya pengalaman mba Agnes ini harus aku ingat2, aku kudu belajar cara menjawab hal2 begituan dlm dutch neh....soalnya aku mah ga mau ngalah sama mevrouw gemblung ituh

    ReplyDelete
  12. Hadooh bikin naek darah amat ya si Mevrouw...menghadapai orang kayak gini memang harus ninggin mutu diri Nes, biar dia tau orang Islam itu gak bisa dipandang sebelah mata...Kalo aku mah bakalan sewot dan ngejawab sejadi-jadinya dah kekeke, loe tau bener gak tg agama gue, kalo gak tau gak berhak kasih komen sentimen dong....hihihi, dasar preman :D

    Itulah salah satu tantangan hidup disini ya, memang gak semua bule begitu sih banyak yg tolerannya juga, tapi untuk menghadapi yang model gini harus ada upaya dari kitanya sb muslim, kalo aku pribadi sih selalu menjaga sikap di depan orang2 bule itu sb muslimah berjilbab dengan santun, helpful dan selalu memahami kira-kira apa yg bisa membuat mereka menilai negatif sama kita kita jaga jangan sampai terjadi, lalu yg penting juga gue jaim dong ama mereka hehehe, ... kalo perlu dengan kelebihan yg kita punya diatas mereka perlu juga kalo nemuin yang model begini kita bilangin. Dulu guru les Belanda ku ada yang rada sentimen aku bilangin aja kalo aku ini dosen bo (hihihi padahal mah disini jadi murid TK) dianya langsung respek akhirnya gak berani macem-macem lagi...lalu pernah juga di dealer mobil, pelayannya memandang aku teh orang asing yang diragukan daya belinya gitu, ...halah gak sopan banget, pake nanya-nanya posisi kerjaan suami lagi, ya udah aku tunjukkin aja kondisi keuangan kami ke dia dengan rada mangkel baru dia melayani dgn sepenuh hati :D.

    ReplyDelete
  13. wahhhh rasis banget tuh mevrouw ....yg sabar ya say .....

    ReplyDelete
  14. Orang kaya gitu bukan pengen tau dan ngajak debat, Mbak, tapi ngajak berantem dan pengen ngejatuhin. Di luar itu, yang aku heran, kok ya usil banget.
    "Ngapain pake kerudung, kan panas" (biarin aja, saya yang pake kok situ yang gerah, lagian kan saya gak ngomentarin kalo situ lagi pake tanktop...).
    "Ngapain capek2 sholat 5 kali sehari" (saya yang ngerjain gak capek kok, cobain aja sendiri...).

    Hihihi... maaf, sama sekali gak membantu ya, Mbak Agnes... :)

    ReplyDelete
  15. Setahuku, kultur Belanda adalah menghormati kebebasan orang lain, tapi gak semua juga begitu, cuma yang arif saja..... Masalah pendatang dari Timur Tengah yang mbludak yang mayoritas Islam itu dan mendatangkan masalah sosial telah menjadikan orang Belanda mencoba masuk ke dalam kehidupan masyarakat Islam. Mencoba melihat dari kacamatanya dan melancarkan kritik2 dengan sistem nilai yang dia punyai, ya terang saja bentrok. Kalau mau adu argumen kayaknya memang susah, karena setiap agama punya sistem nilai sendiri, bahkan seringkali sistem nilai itu berbenturan.
    Kalau mau puas, ya kita pelajari juga sistem nilai mereka (baik yang mayoritas sedang jadi agnostic, ataupun yang lagi keranjingan New Age - yang katanya agama alam itu), lalu adu debat deh tuh.... Agama kok didebatin ...kekekekek.... lebih baik berantem aja...kakakakak... Napsu! Biar daku gak pakai jilbab, tapi kalau ada agama diabruk abruk ya napsu juga nontonnya. Sebab bagaimanapun dengan agama (apapun itu) manusia bisa menjelaskan segala tak mengertian ttg hidup ini (namanya pengalaman spiritual kan ya gak?), dan dengan begitu agama mampu menunjang psikologis kita, dengan begitu pun kita menjadi lebih memafumi kehidupan yang berat ini.

    Pernah ada nenek-nenek tanya padaku begini: ga je terug naar arme landen? (Apakah kamu mau kembali ke negara miskin?) Waduh..... kepriwe, nanya kok goblok banget gitu...gak pakai perasaan. Cuma orang edan yang mampu membuat pertanyaan begitu, dengan kata lain tak punya perasaan.... emangnya orang gak marah ditanya begitu. Eh daku malah ketawa aja, untung gak kujawab: aku mau pulang soalnya disini kok malah banyak orang miskin gak punya duit.... daklos banyak banget....Gajah dimata gak keliatan.....

    ReplyDelete
  16. salut ama kesabaran mbak agnes ngadepin nenek gila itu

    ReplyDelete
  17. :) sabar yah mbak Agnes..iya nih aku jg sering ngedepin bule2 kayak gitu.
    Insya ALLAH setelah lulus ujian ini mbak Agnes malah nantinya bakal berterima kasih sama nenek2 yg membuat mbak Agnes "naik tingkat".

    Waktu baru nyampe di Jerman, perlakuan yg "menggoda" itu malah jd pemicu aku untuk bisa ngomong bahasa Jerman. Gemes bgt pengen jawabnya. ;D tahu sendiri kan mbak Agnes..aku kan tukang ngeyel..eh terbentur bahasa jadi diem...arrrghhh rasanya tersiksa. :P

    Kalau sama yg tipe2 pendidikannya kurang, mbak Agnes lgs "tunjukan saja diri mbak Agnes".
    Kalau sama yg tipe2 merasa dirinya berpendidikan tinggi..jelaskan pelan2 mbak..dan jeger belakangan. Biasanya mereka bakal lebih "telak" dan abis gitu bakal respek berat deh sama mbak Agnes.

    dan kalo gak berhasil yah senyumin ajah..paling gak dia keki dan gemes sendiri hihihihi...

    ReplyDelete
  18. ai nes...di mana mana pasti kita nemu ada type org spt itu deh, biarin aja deh nes :D. kalo aku biasanya mutus dg ini salah satu human rightnya aku, dan aku minta kamu menghargai itu. krn diskusi dg model org spt ini, mungkin lebih banyak mudhorotnya dibanding manfaatnya:). have a nice weekend ya dear...

    ReplyDelete
  19. walah mba...bsia bisa saya ciaaaaaaat ciaaaaaat lihat yang beginian...eh tapi menarik sekali kalau ada orang kayak gini mulai angkat bicara....hmm...kayaknya ini kesempatan juga untuk 'adreess the correct view regarding Islam'...asal orangnya mau dengerin aja deh....tapi bener mba agnes.....kalau ada orang nanya syariah jawabannya gak bisa dituruti dengan hujjah aqal...kembalikan aja ke aqidah (kemana setelah mati, dll) karena semua kita lakukan karena kita yakin kepada Allah sebagai pembuat hukum terbaik! salut deh mba gak 'meledak' disitu.....lah yang 'call to ban Quran' kan juga wilders si orang belanda..gitu kok di indo masih pakai hukum belanda yah? *gak nyambung*

    ReplyDelete
  20. Wah....yang sabar aja ya mbak..Orang-orang kayak gitu emang harusnya 'diluruskan' pandangannya (jadi inget sama kejadian video fitna kemarin yang juga dari holland)...yang sabar aja..cobaan neh..ambil aja hikmahnya..kan gara2 tuh bule gebleg jadinya lebih mikir soal jilbab&finding of happiness..
    *slm knl mba..*

    ReplyDelete
  21. mbak, mungkin bisa dicoba.....saya pake jilbab karena saya menyukainya.......saya pikir negara anda adalah negara yg menghargai hak kebebasan setiap individu dan setiap orang berhak mengenakan pakaian apapunyg disukainya, jadi ini adalah hak saya untuk mengenakan pakaian apapun yg saya sukai......good luck mbak

    ReplyDelete
  22. jadi inget cerita ustadz, ketika ia diejek tentang keislamannya bahwa islam keras, teroris, poligami, membedakan laki-laki dan perempuan, dst, dia jawab: "iya, terus kamu mau apa?"

    ReplyDelete
  23. Kebayang deh kesalnya, udah kerja capek, dapat bonus cacian pula...mudah-mudah cepat sekolah lagi aja mbak ......

    ReplyDelete
  24. mba'ku ini,,,,hebad banged deh..kalo aku mkin udah emosi berapi2 jawabnya...sabar ya mba agnes :)

    ReplyDelete
  25. waduhhh...emang susah kalo melihat dari sudut pandang yg berbeda
    * elus-elus pundak mbak agnes,
    tapi yg pasti agamaku ya agamaku, terserah "ente" mo bilang apa.
    sabar mbakkk,

    ReplyDelete
  26. tfs mba agnes..salam kenal.. semoga udah adem lagi

    ReplyDelete
  27. iiiiiiiiihhh bolenya tuh mevrouw ngotot. nyolot gw!.... Maaf ya Mbak, saya ini memang non muslim tp paling empet sm org picik kyk gituh. Bilang aja mbak: Lah dengan gw taat sm apa yg gw anut ini membawa kebahagiaan dan berkah kok buat keluarga gw, dan so far keluarga gw bahagia gemah ripah loh jinawi (gemana noh ngejelasinnya???) dan yang paling penting UTUH!!! Nah situuuuu??????:: gitu aja mbak!!! Sok bener wae!.... NYOLOTDOTCOM

    ReplyDelete
  28. Agnes, ini Wise....
    Kalau soal kenapa pake jilbab, kan sebenernya kamu dah tau jawabannya...cuma ternyata menyampaikannya pada orang yang belom tau sama sekali tentang kerudung memang gak mudah. Apalagi orang itu adalah seorang janda yang jarang bertemu denagn anaknya, yang temennya cuman anjing yang dimasih makan buncis...:) boro boro bicara tentang kerudung, tentang Tuhan, kebahagiaan dll dia masih blank tuh.... ya beda lah sama Agnes yang dah sekolah, ada suami dan 2 anak yang lucu lucu ..:)) karena ketidak pahamannya itulah dia jadi sewot dan ngomong yang aneh aneh... kayaknya dia cuma butuh temen untuk ngobrol denagn cara yang salah..... anyway, kalau pengen baca beberapa cerita wanita solehah berkerudung, mampir aja ke site saya. www.wisewisdamianti.wordpress.com

    ReplyDelete
  29. Mbak, ibu belanda ini nggak ngerti Islam. Jelasin aja dengan baik Islam itu apa. Nggak usah tersinggunglah. Kalo dia nggak mau ngerti juga, berarti dia bego dan picik. Cuekin aja orang-orang seperti itu. Gus Dur bilang: "Itu aja repot-repot. hehe

    ReplyDelete
  30. mba Agnes..pakabaar..:-) lama ga kontak ni ya..
    Sabar aja mba Agnes ya..nsyaAlloh dipercakapan berikutnya si mevrouw bisa lebih terbuka lagi hatinya denger penjelasannya mba..:-)

    ReplyDelete
  31. TFS Agnes..... buat masukan banyak orang di Indonesia juga vice versa untuk mengubah cara berfikir dan bernalar di dalam sekolah dan masyarakat agar bisa menjawab pertanyaan yang 'sejutek' apapun:)

    ReplyDelete
  32. hehe...thx u/ enlightmentnya, mbak...

    ReplyDelete
  33. bunda agnes..saya anteng banget baca blog yang ini. berhubung pernah mengalami hal yang sama :(
    jauh dari homeland bikin kita berpikir banyak soal agama ya :))
    betul banget ko..at least yang saya rasain juga ada kepuasan n kebahagiaan spiritual yang ga bisa diungkapin kata2 n bikin kita makin cinta ma Allah..mudah2an kita bisa tetep ikhlas ya amienn..

    ReplyDelete