Monday, April 26, 2010

Ketika Anak Kepergok nonton film 'Serem'

"Ma, sini Ma!" panggil suamiku. Aku yang masih ngos-ngosan setelah lompat-lompat ngikutin program sport di VCD, ogah-ogahan."Duuh ntar deh Yah, masih cape banget nih." Eh tapi tumben-tumbennya suamiku keukeuh."Ma, harus kesini, this is important!" Tegasnya. Waduuw, ga berani nolak deh kalo suamiku udah ngomong begitu. Meski nafas masih ga keruan, aku segera turun tangga.


"Look what your son just watched!" tegas suamiku lagi. Deg! Irama jantungku mulai berdegup tambah kenceng."What? Film porno? Oh No!..my 8 year old Son's, yang masih imut dan lucu dan menggemaskan itu?! Yang masih demen maen boneka binatang itu?!" Aku mulai panik.


Lalu suamiku menunjukkan sebuah berita di youtube. Yup, sebetulnya itu cuma berita, tapi berita dan gambar tentang 100 orang perempuan segala usia yang bertelanjang ria dalam rangka cari dana buat anak-anak autism. (*sigh* apa ga ada cara laen yang lebih elegant?"). Oke bukan film porno berarti cukup 'aman' dong. Yup, beritanya sih cukup 'aman' tapi gambar link-link lain disampingnya pegimane? Kan mengerikan, gimana kalau anakku penasaran trus klik-klik yang lain juga. Ok deh anggep aja ga ngeklik yang laen-laen, dan memang dia sama sekali ga sengaja nge klik berita orang bugil itu, tapi kesalahan terbesar yang telah ia lakukan dan membuatku tetep tegang adalah, si bungsu sudah berbohong!


Ya aku bisa maklum, sangat maklum kenapa dia ga berani berkata jujur. Tentu dia takut, ga ingin ketahuan dan ga ingin disalahkan dong karena telah melanggar kesepakatan yang kami buat bersama. Selama ini kami memang sudah membuat kesepakatan dengan segala alasannya bahwa kalau ada gambar orang ga pake baju atau porno ga usah diliat, langsung tutup aja. Dan ga seperti kakaknya yang taat aturan, si bungsu adalah tipikal anak yang demen arguing, agak-agak suka membangkang dan melanggar peraturan, meskipun di satu sisi dia adalah anak yang easy going, penyayang, cute, imut dan mau cerita apa aja ke orangtuanya.


Sewaktu ayahnya ga sengaja mergokin apa yang sedang dia lihat di youtube (potongan gambar orang bugil selama 2 detik), si bungsu langsung menutup link yang dia liat dan langsung membuka video lego. Suamiku tentu kaget dong, tapi lalu dia pura-pura ga tahu aja. "Aik udah dari tadi maen komputernya, udah dong gantian ayah. Ni kasihin pisang goreng buat Bunda ke atas ya Ik." Si bungsu ogah-ogahan masih ingin tetap di depan kompi, mungkin karena dia belum menghilangkan jejak apa yang barusan dilihatnya. "Ayah mau apa?" tanyanya. "Enggak ayah cuma mau liat gresnews.com aja koq. Ayo sana kasih ke bunda, aik kan udah lama nonton komputernya."


Segeralah si bungsu pergi ke atas, ngirim sepiring pisang goreng buatku. Tapi rupanya dia masih takut ketahuan, dia turun lagi ke bawah. Dia membuka pintu pelan-pelan dan mengintip apa yang sedang dilakukan ayahnya. Ayahnya sadar dong kalau ada seorang anak yang sedang takut ketahuan berbuat salah lalu mengintip untuk make sure bahwa everything is oke. Suamiku segera menoleh kebelakang dan tersenyum memandang si bungsu yang sedang mengintip dari balik pintu. "Ayah lagi apa?" tanya si bungsu lagi. "Enggak...ayah cuma liat gresnews.com aja koq nih liat nih." Si bungsu pun segera berlalu dan suamiku langsung memanggil aku.


"Sekarang, apa yang mau kita bilang ke dia?" tanya suamiku. Hmmhhh...aku menarik napas dalam-dalam. Suasana hatiku ga karuan, ya deg-degan takut kalo anakku udah ngeliat segala macem yang lain-lain, atau malah takut kalo ini bukan kali pertama dia melihat diam-diam, kecewa karena tahu dia sudah berkata ga jujur, dan agak-agak tegang memikirkan apa yang sebaiknya kulakukan dan kukatakan. Belum lagi kalo inget paparan temen-temen Belandanya di kelas, yang sepertinya agak menyeramkan, karena mereka sering bicara soal neuken atau vrijen (ML), meskipun mungkin pemahaman mereka belum terlalu jauh. Tapi meski begtu ada juga rasa syukurku karena suamiku pas kebeneran mergokin, alhamdulillah banget, coba kalo enggak, terus dia diem-dieman sering liat, dan ketagihan wuaduuh syerem banget kan.


"Ya, kita harus bilang sekarang, ga bisa didiemin," jawabku. "Tapi kan harus hati-hati Ma, jangan sampai dia jadi merasa dihakimi." Hmm...memang sih. Bingung juga. "Oke, biar aku yang ngomong," kataku yakin sambil dalam hati masih bingung, duh kudu gimana ngomongnya yak. "Aku inget dulu pas ikut pelatihan bicara seks pada anak, bu Elly Risman pernah bilang kasih liat mereka gambar-gambar penyakit akibat seks bebas, mungkin aku bisa mulai dari situ." Oke, bismillah...mau ga mau aku harus bilang bahwa apa yang dia lakukan salah, tapi disatu sisi juga memang membingungkan untuk membuat pertanyaan atau pernyataan yang tidak menghakimi. Tapi satu hal yang membuatku mantap untuk bicara sama si bungsu, aku lebih memilih aku yang bicara bukan ayahnya, karena hubunganku dengannya sangat dekat. Hampir setiap malam sebelum tidur kami pasti berpelukan dan saling cerita,'tadi hari ini ngapain aja.' Selain itu, sejak kecil aku sudah terbiasa mencicil topik-topik soal pendidikan seks disesuaikan dengan umur mereka, tugasku lebih ringanlah jadinya. Akhirnya, setelah kutarik napas dalam-dalam dan memohon pada Tuhan supaya lidahku dilancarkan, kupanggilah ia menemuiku.


"Ik, sini dong, pelukan yuuk bunda kangeen!" Kakaknya yang sadar bahwa sesuatu yang ga biasa telah terjadi langsung mau nimbrung."Aku mau denger, aku mau denger! katanya. "Mbak, sekarang giliran Aik dulu ya, nanti setelah aik baru mba lala oke."


Si bungsu pun datang, dengan wajah yang menurutku ga biasa, malu-malu ga jelas hehe. Aku tutup pintu kamar, dan kami pun berpelukan di bawah selimut. "Ik, cerita dong, tadi pagi Aik ngapain aja?" Ga seperti biasanya lagi, tubuhnya memunggungi aku dan mukanya dia tutup pake boneka palu barunya. Hmm...dari bahasa tubuhnya aja sebenernya nih anak udah nunjukin bahwa dia punya dosa hehe. Tapi aku tetep mikir gimana ngebawanya biar ga langsung menghakimi dia. "Gewoon Bun (biasa aja)," jawabnya.

"Aik tadi maen komputer kan, main game apa say, seru ga?"

"Aik maen handphonenya Bunda," wajahnya masih ga mau mandang wajahku.

"Aik liat kesini dong, kan ga enak kalo ngomong ga liat-liatan." Hmm oke deh, nih anak malah ga ngaku pulak kalau tadi maen komputer. Owkeh, cari akal laen dah.

"Mm..bunda mau cerita nih Ik, aik mau denger ga?"

"Mau." Kali ini wajah kami sudah berhadap-hadapan. Tapi kadang dia masih nutupin wajahnya dengan si boneka palu.

"Ik..Ik..kan dulu bunda dokter ya. Na waktu bunda kuliah, dulu bunda belajar tentang tubuh manusia. Bunda juga belajar segala macem penyakit. Penyakit di mata, di telinga, di mulut, di ketek."

"Haha penyakit di ketek apa Bun?" selanya.

"Di ketek itu kan ada kelenjer limph namanya Ik, bisa ada infeksi disana atau kanker juga bisa."

"Nah terus ada penyakit di paru-paru, lambung, penyakit di P* dan V* juga ada Ik, di kaki juga ada."

Si bungsu mulai gerak-gerak ga jelas.

"Aik dengerin bunda ga?"

"Iya aik denger."

"Oke, nah trus ya Ik, tau ga penyakit di P* dan V* itu kaya apa, hii serrem lo Ik." Wajah si bungsu mulai antusias.

"Ada nanahnya Ik, serem deh pokoknya."

"Nanah apa Bun?"

"Itu lho Ik, cairan putih-putih bau ada kumannya, itu kaya kalo ada roti atau nasi basi ada jamurnya, nah bentuknya kaya gitu terus keluar cairan, nanti bunda kasih liat deh gambarnya di internet ya." Aik mulai merhatiin baik-baik.


"Nah terus ya Ik, tau ga kenapa orang-orang bisa kena penyakit kelamin kaya gitu?" Aik menggeleng. "Itu tuh orang-orang yang suka vrijen sama siapa aja Ik. Nih kalo ayah bunda kan udah menikah, jadi ya vrijennya ga ganti-ganti, ayah ya sama bunda aja. Makanya di agama Islam, Allah bilang kita harus menikah dulu sebelulm vrijen. Kalo orang Belanda kan enggak, nanti kalo Aik udah puber, aik liat deh anak-anak Belanda misalnya verliefd (cinta) sama temennya terus mau vrijen, nanti bulan depannya lagi ganti sama yang lain, nah ini bikin penyakit Ik. Bisa kena penyakit gonorhoe, siphilis, malah bisa kena Aids Ik."


"Hiii..." komen Aik.


"Nah, Aik tau ga kenapa orang-orang itu suka kepengen vrijen terus. Karena mereka suka nonton film-film porno Ik, suka liatan orang-orang telanjang ga pake baju." O..O...mulai deh Aik jungkir balik ga jelas, makin nyungsep kedalem selimut maen-maenin boneka palunya.


"Ik..Ik..kalo Aik liat gambar perempuan ga pake baju rasanya gimana Ik? P* Aik berdiri ga?"


"Nee (ga)!" Jawab Aik segera.


"Ah masa sih Ik, dulu waktu aik umur 7 tahun aik pernah bilang bunda, kata Aik P* aik berdiri kalo liat yang seksi-seksi."


"Echt (bener) Bun? Aik pernah bilang gitu?" AIk nyengir malu-malu.


"Iya echt, kan bunda suka nulis diari tentang mba lala sama aik, ada tuh diarynya di komputernya bunda. Nah kalo misalnya nih Aik liat gambar-gambar di jalan kan banyak tuh perempuan yang cuma pake beha doang ato yang ga pake baju, P* aik berdiri ga?"


"Ya..ya Bun," Akhirnya...aik jawab sambil nyengir malu.


"Aik deg-degan ga Ik?"


"Nee!" Aku ga ngerti ini beneran apa enggak, justru aku pengen tahu anak umur segini reaksinya gimana sih kalo liat gambar kaya gitu.


"Oke, mungkin karena aik masih 8 tahun, nanti kalo aik udah puber, selain P* aik berdiri, aik juga deg-degan Ik."


Karena kulihat si bungsu udah mulai mau terbuka, langsung deh kupikir ini saat yang tepat buat nanya. Jadi mulailah aku bertanya soal yang paling berat.



"Nah Ik, Aik tau kan Allah suka sekali sama orang yang jujur. Bunda juga seneng sekali kalo Aik jujur. Bunda sama ayah ga akan marah ko kalo aik berbuat salah, tapi yang penting aik jujur."


"Okey! Itu cuma news Bun!" jawabnya tiba-tiba. Hwaaa alhamdulilah akhirnya dia ngaku.


"Tadi Aik nonton apa Ik? nonton orang ga pake baju kan?"


"Iya itu tapi news bun dan itu tangan!" Waduh tangan apaan rada ga mudeng nih aku.


"Haduuh bunda seneng banget aik jujur! Aik hebat!" Kupuji habis-habisan dia.


"Terus, pas aik nonton itu P* Aik berdiri ga?"


"Iya," katanya malu-malu.


"Waaah bunda seneng banget dengernya, berarti aik normal!"


Aik rada bengong denger emaknya malah kesenengan.


"Iya Ik, bunda seneng, berarrti aik normal, coba kalo engga, berarti aik homo dong."


"Oh dat is erg (Serius beneran), aik normal!" wajah aik kesenengan.


"Hehe iya Say, aik normal hebat itu, aik mau cerita berarti bunda tau aik normal, bunda seneng banget. Terus Aik nonton apa lagi Ik."


"Iya itu tangan, tapi itu cuma tangan Bun!" Tangan apaan sih dalam hati aku masih ga mudeng.


"Tangan itu apa Ik?"


"Itu kaya P*, terus dimasukin ke tangan yang lain yang kaya gambar hati gini." Waduh gubraks! Berarti dia nonton yang P* sama V* dimasukin dong mesti cuma pake tangan hiks hiks.


"Oke Ik, tapi lain kali pokoknya kalo ada yang gitu-gitu Aik ga usah liat, ya kalo Aik mau liat aik bilang sama ayah bunda, kita nonton bareng oke. Coba nanti kita tonton bareng yang aik liat, biar aik tahu apa yang terjadi sama tubuh aik kalo aik nonton yang kaya gitu."


"Oke.." jawab aik.


"Nah Ik, jadi ya sekarang kita bikin afgesproken ya Ik (kesepakatan). Bunda tau aik udah mau puber, aik pasti pengen tau kan, penasaran kan makanya aik liat, bunda sama ayah juga dulu gitu koq, sama. Tapinya, kalo aik ga bilang sama bunda atau ayah, nanti takutnya aik liat yang lain-lain yang serem-serem. Aik tau kan kenapa kita ga boleh liat yang porno-porno."


"Enggak," halaah cape deeh padahal udah sering banget diulang-ulang tapi nih anak suka jawab yang gampangnya doang.


"Oke Ik, gini ya, nanti kalo aik udah puber, kalo aik liat perempuan ga pake baju, terus aik deg-degan, P* aik berdiri, ditambah aik nanti seneng, terus pengen liat terus, terus pengen vrijen, padahal aik kan belum menikah, nanti aik verslaaf (addict). Kalo liat yang porn-porn itu bikin verslaaf Ik ngerusak otak. Makanya kalo aik penasaran pengen tau bilang sama ayah bunda, nanti kita nonton bareng. Nanti juga kalo aik udah mimpi basah, ayah pasti ajak Aik nonton film porn itu, soalnya aik pasti pengen tau kan, ato aik nanti diajak temen-temen aik, nah kalo sama temen aik bahaya ik, nanti malah liat yang lebih serem yang bikin aik tambah verslaaf."


"Mimpi basah itu ngompol Bun."


"Bukan sayang, mimpi basah itu kalo aik mimpi ketemu sama perempuan yang ga pake baju, terus P* aik berdiri, terus keluar sperma dari P* aik." Phfuih..vulgar banget gw yak, kataku dalam hati. Tapi udah kepalang basah deh, soalnya nih anak temen-temen Belandanya juga vulgar mending aku kasih gambaran aja duluan lebih detil."


"Itu kalo aik 10 tahun Bun?"


"Ya beda-beda Ik, ada yang 11, ada yang 12 tahun, nanti pasti ayah kasih tau aik. Yuk sekarang kita liat gambar gimana orang yang sakit kelamin yuk."


Lalu aku pangku si bungsuku itu, kami nonton gambar-gambar orang berpenyakit gonore, siphilis dan aids bareng-bareng. Nah sekarang kita liat yuk yang tadi aik liat, biar aik tau apa yang terjadi sama tubuh aik pas aik nonton.


Aku pun nonton bareng si berita itu sambil megangin dadanya Aik. Ketika giliran perempuan-perempuan pada buka baju, aku ngerasa, detak jantung aik berdegup lebih kencang.


"Tuh kan ik, aik jadi deg-degan."


"Oh ya, echt," jwabnya nyengir.


"P* aik berdiri ga?"


"Nah berdiri juga kan," kataku sambil nyenggol P nya hehe. Aik tambah nyengir.


Setelah selesai, aku ulangi sekali lagi kesepakatan yang kami buat bahwa kalau aik penasaran, pengen tau sesuatu, aik harus bilang sama ayah bunda biar kita nonton bareng.


"Oke," katanya terus ngeloyor pergi.


Huwaaah legaaaa! Lalu berceritalah aku ke suamiku. Ga lama aik nongol. Aku puji-puji lagi dia habis-habisan. "Ayah, aik hebat lo yah, aik mau jujur, terus aik juga mau cerita soal P* aik yang berdiri, kita juga bikin kesepakatan kalo aik pengen tau, aik harus bilang dan nanti aik dan ayah bakal nonton bareng. Dan aik ternyata normal Yah."


"Horeee! Aik normal!Aik ga homo! " kami bertiga berpelukan, celebrating kenormalan aik hihi. Tau-tau aik bilang gini," Bunda, aik boleh dapet hadiah karena aik udah gitu tadi?" Oalaah tauuu aja deh niy anak cara buat dapetin hadiah hehe.


"Oke, aik boleh dapet stiker," kata ayahnya. Akhirnya aik dan ayahnya nempel satu stiker. Karena emang kami lagi bikin program stiker berbuat baik, Kalo bisa ngumpulin 7 stiker dapet 1 euro buat ditabung beli lego atau apapun maunya mereka. Untung dapet stiker pun aik udah seneng.


Hmmh..tarik napas dulu. Karena tugas satunya menanti, si anak gadis belum diceritain euy! Lalu gantianlah, aku panggil anak gadisku. Terus aku peluk dan ceritain soal adeknya yang ga sengaja liat gambar serem. Setelah selesai, aku tentu tambahin dong karena laki dan perempuan beda.


"Jadi mba, bunda ceritain ke mba Lala, supaya mba Lala tau apa yang terjadi sama tubuh kita kalo kita liat gambar-gambar orang telanjang atau yang porno. Terus mba lala kan bentar lagi dapet pendidikan seks di sekolah. Orang Belanda sama kita kan laen. Kita harus menikah dulu, kalo mereka enggak. Makanya kata temen bunda anak perempuan Belanda, kalo udah mens sama mamanya suka di kasih pil KB atau kondom. Mba lala tau kan itu apa?"


"Nee.." Hmm aku bingung nih nih anak tau beneran apa sebenernya ga tau.


"Pokoknya anak belanda itu boleh vrijen sama siapa aja kalo mereka udah mens, kita ga gitu mba. nanti kalo hamill, anaknya jadi ga jelas, ga sholeh karena bapaknya juga ga jelas. Mba lala tau kan vrijen itu apa?" Karena aku udah panjang lebar sama si bungsu ngomongi ini jadi aku udah cukup rileks ngomong sama si sulung. Dan untungnya si sulung kali ini cukup terbuka ga tertutup kaya biasanya.


"Itu kalo ada laki-laki sama perempuan ga pake baju, terus peluk-pelukan cium-cium gitu," Jawab si sulung sambil nyengir malu.


Waah! Akhirnya aku tau pemahaman dia. Siip! ya udah lah karena udah tau sampe jauh gitu, sekalian aja aku kasih tau yang lebih dalem, soalnya daripada dia tau lebih parah dari sekolahnya beberapa bulan lagi, aku bekelin aja dulu dari sekarang.


"Iya mba gitu, terus mba lala tau nggak gimana bisa jadi anak?"


"Nee."


"Si P* nya laki-lalki yang berdiri itu mba nanti dimasukin ke V* nya perempuan terus dari P* nya keluar sperma, dari V nya keluar sel telur, nanti ketemu, jadi deh anak."


"Hiiiii dat is fiiiss! (itu jijay!)" jawab lala sambil memperlihatkan wajah jijay.


"Hehe iya itu jijay buat anak sepuluh taun mba, tapi nanti kalo mba lala udah nikah engga. Jadi harus nikah dulu baru boleh vrijen. Dan mbak lala juga sama kaya aik kalo penasaran, bilang nanti kita tonton sama-sama okeh."


"nee Ik wil niet (ga aku ga mau nonton)"


"Oke bagus kalo mba lala ga mau ya ga usah, kalo perempuan memang biasanya ga deg-degan mba, kecuali kalo nonton film cinta yang pelukan ciuman gitu. Bunda juga dulu gitu, suka kalo nonton film-film cinta terus bunda jadi deg-degan. Mba lala juga gitu ga?"


"Ja, enbetje (ja dikit)" Yes! Akhirnya mau ngaku juga anak gadisku siiip.


"nah nanti kalo mba lala udah mens, udah beneran puber, tambah seneng mba nonton yang gitu. Ada deg-degan, ada mules di perut, ada rasa seneng, ada keluar cairan dari V, pokoknya macem-macem. Tapi ya udah ga boleh diterusin ke nonton yang lebih jorok, kan bahaya karena belum nikah. Kalo hamil gimana. Makanya mba lala harus jaga tubuh mba lala, hati-hati. Laki-laki suka sama dadanya wanita, harus ditutup dan juga auratnya harus dijaga. Kalo anak belanda karena mereka ga ada aturan di agamanya, makanya anak perempuan kecil-kecil udah minum pil dan dikasih kondom. Kondom itu buat cegah hamil mba, bentuknya kaya P nanti dimasukin ke P yang berdiri supaya sperma yang keluar ga ketemu sama ovum."


Hiiiiii....Lala tambah nyengir.


"Oke ngerti ya mba sekarang, jadi mba lala kalo dengerin pendidikan seks dari sekolah udah tau, terus cerita ke bunda, karena kan beda antara orang Islam sama orang belanda."


Phfuiih..selesai..legaaaa!
Pokoknya terus kita sama-sama lega. Rasanya aku seperti orang baru melahirkan, udah berhasil ngasih elmu yang paling tabu buat disampein ke anak gadisnya. Mungkin ada yang bilang mestinya ga perlu sejauh itu kali ya. Tapi ya piye, anakku taunya udah banyak jeh, malah sebentar lagi mau dapet pendidikan seks dari sekolah yang menurut temenku, caranya tuh bakal diliatan boneka asli orang ML, wadaw!. Soo....legaaa bagent rasanya udah berhasil ngeluarin kata-kata palilng berat soal si P ketemu V itu, phfhuih....berasa udah mau mantu dah xixixi.


Lucunya, pas aku lagi ngetik. Aik liat. Terus dia protes berat. "bunda ga boleh ceritain yang tadi di fesbuk."

"Tapi cerita aik bagus banget lo Ik, bisa jadi inspirasi buat yang lain. Aik jadi pahlawan, karena orangtua lain jadi dapat ide gimana cara bilang ke anaknya soal yang susah kaya gini."


"Neee!" Aik keukeuh ga mau malah sampe nangis.

"Oke deh oke, engga ko Ik ini cuma buat diari bunda." Aku sempet berpikir bener-bener ga akan posting tulisan ini dan cuma akan tarok di diariku karena aku tentu harus menghargai privacy Aik. Tapi aku juga mikir, wah sayang sebenernya, pasti kejadian kaya gini kerap dialami orangtua lain dan menarik untuk dibagi kisahnya. Ya sudahlah gimana nanti aja pikirku.


Nah ternyata, emang Allah udah atur kali ya, pas sambil ngetik aku kan sambil makan coklat almond kesukaanku. AIk kepengen. Aku kasih lah 2 biji. Eh ga lama, doi balik lagi,"Lagi bun, enak!"

Oke aku kasih 3 biji, terakhir ya, pesenku. Pokoknya si emak pelit mode on kalo soal coklat kesukaannya ini xixixi. "Eh rupanya ketagihan dia, masih balik minta lagi. Tuing-tuing langsung dong aku mikir. "Ik sebetulnya aik echt bagus lo pengalamannya, kalo bunda ceritain ke orang lain, aik menolong banyak anak lain. Boleh ga ceritanya bunda taro di fesbuk, nanti aik boleh ambil semua coklat bunda." Mulanya aik diem aja, tapi terus ga lama dia jawab..."Okeee!" Setelah semua coklat ada ditangan, dia pun mamerin ke kakaknya. "Yippiiii! Lala! Ik krijg de hele chocola van Bunda (Hore, Lala, aku dapet semua coklat punya bunda)!


Bwhaahaha ternyata si bungsu beneran masih anak-anak, masih polos bener, buktinya ceritanya masih boleh dituker sama coklat, cihuuuuy! hehehe





35 comments:

  1. speechless, terima kasih sudah sharing postingan ini mbak, mesti siap2 soalnya klo menghadapi situasi yang sama ^__^

    ReplyDelete
  2. *gedubrak* kalo di sana contohnya agak mudah ya, Nes....lah...di sini, anak-anak kan dapet yang kayak gitu pasti dari temennya, dengan fasilitas HP canggih.....lebih susah ngoreknya. Anak kelas 1 SD aja ada yang udah pake blackberry. Thanks buat mengingatkan, Nes.....tio sih belum suka browsing-browsing, tontonannya juga masih terkontrol, tapi entah kalau sudah bergaul di luaran

    ReplyDelete
  3. pinter euy bunda jelasinnya, cerdas hehehe

    ReplyDelete
  4. waduhhhh...mbak Agnes...
    Jadi deg-degan nih..gimana ntar ma anak-anakku yah..
    Salut deh buat mba Agnes

    ReplyDelete
  5. Mbak Agnes... makasih banyak ya udah sharing kisahnya si Aik yang satu ini..
    Aku belum nikah sih mbak, tapi insyaAllah sharingnya mbak ini bermanfaat buat bekalku berkeluarga nanti....

    ReplyDelete
  6. waduh Bunda Agnes.. 8 tahun lagi dunia pan tambah edan ya.. gimana anak2 ku nanti ya.. apapun yg terjadi smoga Allah terus membimbing kita ke jalan yang lurus yang diridhoi Nya ya.. thanks for sharing Bun, very inspiring

    ReplyDelete
  7. Iya mba n banyak2 doa kali ya, soale aku ga kebayang klo suamiku ga mergokin, bs berabe bgt akibatnya.

    ReplyDelete
  8. ya memang siy sus, di sini 'musuhnya' lebih jelas :D tp pkknya mah asal komunikasi beres sama anak, kayanya klo ada apa2 insya Allah beres ko. Yg jelas psikolognya anakku mewanti2, anak klo udah abg kan udah lebih milih maen sama temennya dan dengerin apa kt temen, jd klo udah dibekelin duluan moga2 mayan lah dp ga hehe

    ReplyDelete
  9. ga pinter mba sebetulnya, ini doa nya org kepepet dimakbul Allah sptnya, geer mode on hehe, soale seblum ngomong aku emang tarik napas dulu n berdoa khusuk dulu :D

    ReplyDelete
  10. klo dirimu dlm posisi aku jg akan melakuakn hal yg sama ko say, dont worry :-) yg ptg asal dicicil lidah dah lumayan lentur, saat dibutuhkan keluar deh pastinya.

    ReplyDelete
  11. sama-sama dew, makasi jg udah baca :-) Mmg betul baiknya sebelum nikah n punya anak bagus malah klo belajar dulu jd ntar udah siap. Btw aku inget blum bales PM mu maaf ya, tp sptnya emang ga perlu balesan kan hehe, yg jelas no problem emang rada mirim si UMSL dll itu pkknya aku ga mudeng deh :D

    ReplyDelete
  12. bener mba dunia mah akan semakin edan hehe, tp don't worry yg ptg kitanya update aja terus, satu langgkah di depan anak deh, dan bener bgt wajib hukumnya kencengin doa, krn anak jg bukan punya kita ya, plg aman kita titipin aja sama Yang Punya :-)

    ReplyDelete
  13. Subhanallah mba agness... acung jempol buat anak-anak dan bundanya juga ;-), pinter-pinter dan cerdas pula... Masya Allah jadi terinsipirasi aku nanti kalau anakku udah gede nanti. Btw salam kenal ya mba agnes :-)

    ReplyDelete
  14. Mbak.... gilaeeee...aku gak kebayang harus ngadepin itu, huhuhu....thanks a lot for sharing yaa... aku mau share ini ke suami jg....

    ReplyDelete
  15. wah kami ga sebagus itu ko mba :-) cuma alhamdulillah doanya kemaren dikabul jd lancar pas ngomong mba. salam kenal juga :-) met siap2 deh mba, kuncinya emang kudu dicicil ya biar ga repot ngomongnya klo udah gede :-)

    ReplyDelete
  16. hehe krn blum terbiasa aja mba, klo udah dicicil dr kecil pasti lama-lama lentur deh lidahnya, jd pas butuh udah mesti bisa improvisasi deh. Met nyicil ya :-)

    ReplyDelete
  17. Mbak, nyicilnya gimana?hihihi... kadang kalau lempeng2 aja kan kita nggak kepancing atau merasa perlu ngomongin hal seperti ini :D

    sejauh ini, aku br share ke Damai soal tubuhnya dia, mana yg merupakan bagian yg pribadi. Kemarin2 dia seneng mandi di teras (kalau pas di rumah ibuku) berendem di bak. Sudah hampir sebulan ini bisa diberi pengertian kalau mandi harus di kamar mandi. Aku jelasin bahwa sekarang dia sudah besar, bahwa tubuh itu punya damai sendiri, nggak bisa telanjang dan dilihat semua orang lewat. Baru gitu2 aja mbak.....

    saatnya belajar menghadapi ujian yg lebih kompleks.thanks mbak.

    ReplyDelete
  18. Iya mba kira-kira nyicilnya emang gitu, kan pendidikan seks bkn berarti isinya ML doang hehe tp luas, disesuaikan sama usia tumbuh kembang, sebelum 3 thn dikenalin bagian2 tubuh, nama2nya, p n v, ketika, payudara dll gt, bilangin ntar klo gd bakal tumbuh rambut, dll, trus antara 3-5 biasanya dia udah bs bedain laki perempuan mulai kenalin bedanya lalki perempuan, ntar gedean dikit tanya kenapa si tante hamil, drmana keluarnya, nah mulai deh terangin sel sperm-ovum pake buku, ga usah kejauhan sebatas itu aja, pkknya klo anak dah ga nanya ya udah, emang tantangannya di tarik ulur kapan ngasih n sejauh mana ngasihnya. Tp kira2 gt deh prinsipnya KISS, keep info short n simple. Aku pernah bikin tulisan wkt hbs ikut training bicara seks sm anak sm bu elly, jadul bgt, tp smoga bs membantu, baca aja disini ya :-)

    http://agnes.ismailfahmi.org/wp/archives/331

    ReplyDelete
  19. sharing yang bagus mbak...., secara anak2ku juga udah mulai gede..dan laki2 semua :D, thanks udah mengingatkan , mungkin juga udah saatnya saya ngomong juga sama anak2 (10 thn dan 9 thn).

    ReplyDelete
  20. sama-sama mba, iya mba plg ga klo blum terpapar msh polos bgt, tetep aja perlu diterangin soal mimpi basah n pubertas kali ya biar ga nyari2 sendiri tktnya malh terjerumus, smoga sukses mba :-)

    ReplyDelete
  21. Subhanallah, sharingnya bagus deh..
    Jazakallah khair mbak Agnes :)

    ReplyDelete
  22. waaaaah... berat juga ya jadi orang tua..:(

    ReplyDelete
  23. mba agnes.. terima kasih sharingnya.. lagi berusaha ngatasin anak yang addict sama game di internet.. yang temanya kekerasan, ada saran?

    ReplyDelete
  24. interesting and inspiring, Mbak... salam kenal.. :)

    ReplyDelete
  25. tfs ya mbk, ijin bookmark ya mbk.
    salam kenal :)

    ReplyDelete
  26. Salaam...
    Mbak Agnes, masih ingatkah denganku? lupa juga gak apa-apa deh hehehe...
    dulu mah rajin ngempi...sekarang dah lama mati suri....
    kebetulan lagi kangen-kangenan, mampir kesini deh.
    Notenya bagus sekali! Terima kasih cokelatnya...eh maksudku terima kasih Aik, sudah mengijinkan ceritanya dibagi disini...hehehe...
    ini dishare di FB juga?? Seringnya maen disana nih...

    ReplyDelete
  27. salam kenal bunda agnes...
    tfs yaa....sangat berguna buat ortu yg baru punya anak...^^ jd bs bekal buat nanti...^^

    ReplyDelete
  28. Mbak Agnes, salam kenal...thanks atas tulisannya *tadinya nyasar kesini karena nyari resep kuker*
    Fuih...moga-moga ketika saatnya tiba nanti aku bisa memberi penjelasan yang baik untuk anak-anak.

    ReplyDelete
  29. merinding bacanya, wah sangat mudah sekali anak sekarang mendapatkan akses semacam itu, tapi alhamdulillah ada bunda yang bersedia bercerita modal buat saya mendidik anak dalam soal yang seperti ini syukran bunda

    ReplyDelete
  30. Bund, aku baca jurnal ini tahun 2010 lalu... Ada jejak komenku disini tahun itu
    Dan tahun ini aku membacanya kembali :) bener2 bermanfaat, moga jadi amal jariyah untuk bunda dan keluarga ya
    Salamm takzim dari anty dan keluarga :)
    Btw jarang posting disini lagi yaaa..
    Kangen tulisannya loooh

    ReplyDelete
  31. apa kabar mbak? terima kasih sharingnya buat pembelajaran saya menerangkan ke anak di rumah

    ReplyDelete