Monday, October 2, 2006

“Pencarian Tuhan ala Bocah”








“Allah
itu dibikin dari apa Bun?” tanya Malik polos. Jujur, saat itu saya bingung
menjawab pertanyaannya. Semalam saya tak bisa tidur. Iseng-iseng, saya membuka
kembali catatan harian tentang
perkembangan spiritual anak-anak saya. Saya jadi teringat, tiga bulan lalu,
Malik, putra saya yang berusia 4,5 tahun, memang sedang gandrung dengan
pertanyaan seputar Allah. Karena bingung, saya balik bertanya,”Menurut Aik,
Allah dibikin dari apa?” Tanpa ragu, ia seketika menjawab,”Dari angin Bun.”




Wow
dari angin? Saya kaget dengan jawabannya. Tapi saya dan suami meyakini bahwa
anak-anak adalah makhluk spiritual. Kami
sepakat untuk berusaha memberikan kebebasan berpikir dan membuat mereka
tak terkekang dogma. Kami yakin imajinasinya tak perlu dihambat, hanya perlu
diarahkan hingga akhirnya ia bisa menemukan sendiri jawabannya. Jadi, jawaban
Malik saat itu saya biarkan saja. Saya hanya balas bertanya,”Kenapa Allah
terbuat dari angin Ik?” “Karena Angin nggak keliatan Bun, Allah juga nggak keliatan,”
balas Malik. Hmm…alasannya memang logis, pikir saya. Tapi karena saya
sedang repot, diskusi kami saat itu terhenti. Saya katakan padanya untuk
bertanya lain hari pada ayahnya.




Sebulan
kemudian, lagi-lagi Malik berbicara tentang Allah. “Allah itu ada laki-laki,
ada perempuan,"katanya.
Lala, kakaknya menyangkal. "Endak lo, Allah itu ndak laki-laki juga ndak
perempuan." Suara Malik langsung meninggi. "Iya! Allah itu ada laki-laki ada
perempuan. Aik laki-laki, berarti ada Allah laki-laki. Mbak Lala perempuan, ada
Allah perempuan!" Malik ngeyel. "Menurut Aik begitu ya, Iya kekuasaan Allah ada di laki-laki dan
perempuan," Suami saya berusaha untuk tidak menyalahkan Malik. Tapi Malik
tetap ingin benar sendiri. "Ayah! Aik bilang Allah itu ada laki-laki ada perempuan!" Teriaknya
galak. Hmm..oke..oke…ayahnya pun sementara membiarkan saja pernyataan Malik.
Maklum, anak seusia itu memang hanya mengerti hal-hal yang konkret.




Tiga
hari sesudahnya Malik mendengar kakaknya
menangis sambil berkata,”Mbak lala sayang sama Allah.” Malik lagi-lagi
langsung ikut bersuara soal Allah. "Allah ada disini ( sambil menunjuk
lantai di sebelah Lala), disini (menunjuk hidungnya sendiri
:-)), dan disini (menunjuk pintu). Allah ada disemua,"
katanya lucu. Lalu Malik menghampiri saya,"Allah juga ada disini Bun,”
katanya sambil menunjuk bola transparan. “Tapi di dalem situ Allah bisa
bernapas." Saya tersenyum mendengarnya. Artinya Malik paham bahwa bila
manusia yang berada di dalam bola itu pasti tidak bisa bernapas.




"Oh
menurut Aik begitu ya?" tanya saya. "Iya, Allah ada dimana-mana,”
jawabnya yakin. "Siapa yang kasih tau Aik?" saya penasaran. "Juf
(bu guru),” balas Malik sambil nyengir. Saya kaget! Sungguh! Saya
tinggal di Belanda dan anak saya bersekolah di sekolah negeri. Apa betul di
negara sekuler ini masih ada guru yang mau berbicara soal Tuhan dengan
muridnya? “"Betul begitu Ik? Juf yang kasih tau? Memang Aik tanya sama
Juf?" Mata saya sepertinya hampir melotot karena tak percaya. "Iya Bun,
Echt (betul banget)!" Malik mengangguk kuat.




Wah
anak saya betul-betul berani bertanya kepada ibu gurunya soal Allah?! Saya
semakin kaget. "Aik gimana tanyanya sama Juf?" Saya sungguh
penasaran. "Juf, Wat is Allah?" jawabnya. "Oh ya, Aik tanya begitu?"
Saya masih tak percaya. Malik mengangguk. "Terus Juf jawab apa Ik?"
Dan jawaban Malik membuat saya semakin tak percaya. "Allah is allevorm
(semua bentuk). Allah is vierkant (segiempat), Allah is
driehoeken(segitiga)." Aik menirukan Jufnya. "Bunda, Allah juga bisa
ngomong Italia, Deutchland(Jerman), Prancis, semua negara-negara Allah bisa
ngomong," lanjut Malik lagi.
Saya
yakin betul, belum pernah saya dan suami saya mengatakan hal ini pada Malik.
Jadi apakah Malik betul-betul mendapat jawaban itu dari juf nya?






Akhirnya untuk menghilangkan rasa penasaran,
sepulang sekolah saya meminta konfirmasi kepada juf."Apakah Malik pernah
bertanya tentang Allah?"tanya saya.
Bu guru itu pun menjawab,” No...he never ask me
about that
!" Olala...jadi semua betul-betul imajinasi Malik! Tapi
mengapa ia bisa mengarang cerita seperti itu? Hati saya tak berhenti
tertawa juga menerka-nerka, barangkali
inilah bentuk pencarian Tuhan ala bocah, pikir saya.




Dan
pencarian Malik masih saja berlanjut. Beberapa hari sesudahnya saya ingatkan
suami saya untuk menjawab pertanyaan Malik soal terbuat dari apa Allah. Lala
yang pemahamannya sudah lebih baik langsung menjawab,”Allah terbuat dari semua,
betul kan Ayah?" Mendengarnya Malik langsung protes,"Mbak Lala fout (salah)!" Mbak Lala itu
Allah? (dengan nada suara menyalahkan) Ayah itu Allah? (masih dengan nada yang
sama) Aik itu Allah? (nadanya semakin menyalahkan) Bukan!" Jawab Malik
sengit. "Manusia nggak ada yang tau Allah terbuat dari apa Ik," suami
saya langsung menengahi.




"Allah
terbuat dari niks (bukan apa-apa)!" Seru Malik galak. Tapi karena jawaban
asal dari mulutnya itu saya pikir betul, saya pun langsung menimpali. "Oh
iya Aik betul sekali, Allah terbuat dari niks.” Tiba-tiba Lala
menambahkan,"Tapi kita bisa tau Allah terbuat dari apa nanti di
surga." "Iya La betul sekali. Mbak Lala pinter, Aik juga pinter
pengen tau tentang Allah. Seperti nabi Ibrahim yang mencari siapa Tuhannya itu
lho. Inget kan Aik..." Lalu suami saya kembali mengulangi cerita nabi
Ibrahim. Malik sok cuek, seperti tak mendengarkan ayahnya bercerita. Tapi
sambil memainkan legonya rupanya diam-diam dia serius mendengarkan ayahnya
bercerita. Setelah cerita selesai, tiba-tiba Malik berbisik pelan,” Maksud Aik,
Allah terbuat dari niks (bukan apa-apa), karena harus dilihat dulu nanti di
surga," Hmm…lagi-lagi saya tersenyum sambil bergumam dalam hati, syukurlah
rupanya Malik mulai bisa menemukan ‘pencarian’ Tuhannya.




Selesaikah
pencarian Malik? Oh rupanya belum. Hari berikutnya lagi ketika suami saya
sedang menggoda Malik dengan berebutan buah melon, Malik bertanya,”Melon ini
buat ayah atau buat Allah? “ Suami saya balas bertanya,”Allah bisa makan ya Ik?"
Dengan penuh percaya diri Malik menjawab,”Bisa. Kalo nggak makan nanti Allah
mati." Hehehe saya geli sekali dan ingin tahu imajinasi Malik lebih lanjut.
"Allah makannya apa Ik?" tanya saya. "Makan melon, makan
semua!"




Mendengarnya,
Lala yang berdiri di sebelah Malik cekikikan sambil berkata sok
dewasa,"Aik...Aik...Allah itu terbuat dari niks, jadi Allah makan
niks." Malik tak mau kalah,"Allah terbuat dari niks tapi bisa liat semua, bisa
liat melon juga, bisa makan juga." Lalu analisa Malik berlanjut.
"Allah punya gigi? atau ndak?" Ayahnya menjawab,"Allah terbuat dari niks, berarti nggak punya gigi
Ik." Setelah beberapa saat termenung, Malik berkata, "Allah ndak punya gigi,
Allah itu baby atau oma (nenek)?" Hehehe saya tertawa lagi. "Allah itu bukan baby, bukan oma, bukan
semua," balas ayahnya. " Allah itu Tuhan! Hmm...Aik...Aik..."
timpal mbak Lala sok dewasa. Saya tak berhenti tertawa, tapi saya maklum, anak
seusia Malik memang hanya mengerti hal-hal yang kongkret. Tak heran bila
‘pencarian’nya tentang Tuhan menjadi dialog yang ganjil dan lucu.




Namun,
beberapa minggu kemudian tawa saya berubah. Saat itu suami saya tak berhenti
menggelitiki Malik, dan Malik marah besar. "Sebesar apa marahnya Aik ke
ayah? tanya saya. " Dari Belanda sampe Afrika. Eh ehm.. maksud Aik Sebesar
bumi!" kata Malik. Tapi Lala membela ayahnya,"Kalo mbak Lala, mbak
Lala sayang sama ayah, sayangnya dari matahari sampe pluto." Lantas Malik
pun menyahut,"Aik marah sama ayah dari matahari sampe pluto!" Tapi
yang membuat saya heran, kalimatnya tak berhenti sampai disitu. Dengan semangat
ia berkata,"Dan Aik sayang sama Allah dari matahari sampe pluto!"




Ya
Allah…saya sungguh terharu mendengarnya. Apakah pencarian Tuhan ala Malik
memang berakhir indah? Dengan cinta yang begitu besar kepada Tuhannya? Entahlah,
saya hanya bisa berdoa semoga semua itu benar dan kekal adanya. Namun yang
pasti, saya semakin yakin bahwa pelajaran tentang Tuhan bagi anak-anak sungguh
abstrak dan tak mudah. Anak-anak adalah mahkluk spiritual, dan saya,
orangtuanya sekalipun, tak berhak untuk mematahkan imajinasi mereka tentang
Tuhan. Tugas saya hanya lah membimbing serta mengarahkan. Dan ternyata dengan
caranya sendiri ia menemukan Tuhan versi bocah. Bahkan dengan cinta yang tak
terbayangkan, dari matahari hingga pluto!














36 comments:

  1. Mbak Agnes, Ruth juga sudah mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan serupa...kadang bikin pusing juga hehehehehe..tapi saya suka jujur aja klo memang belum bisa menjawabnya..PR buat mamanya :-)

    ReplyDelete
  2. Menurut lebih dari 2500 pakar astronomi - ternyata Pluto itu bukan planet lho Mbak Agnes. Jadi pengetahuan tata suryanya mungkin akan ganti... cintanya dari matahari hingga...mmmm... bumi? Hehehe... Duh Aik pinter sekali, moga-moga cintanya pada Tuhan tak pernah berkurang.

    ReplyDelete
  3. subhanallah wa alhamdulillah wa la illaha illallah hu Allahu akbar(u)

    ReplyDelete
  4. Bunda Agnes,subhanallah, terima kasih sharingnya...=).

    ReplyDelete
  5. Anak-anak yang hebat:). Orang tuanya juga hebat:).

    ReplyDelete
  6. Mbak Agnes, luar biasa sekali anak2nya...
    Ga bisa ngebayangin gmn hebatnya orang-tuanya :)

    ReplyDelete
  7. Sebenernya aku garuk-garuk Ian, kenapa ya pada bilang subhanallah hehe, anyway thanks udah mampir yaa :-)

    ReplyDelete
  8. Iya wi, emang peer kita banyak ya :-) Kadang kalo aku bingung aku balikin aja pertanyaannya biar dia mikir sendiri hehe Selamat pusing ama pertanyaan Ruth ya, welcome to the club deh :-)

    ReplyDelete
  9. Amin mbak buat doanya, semoga aik ga cuma omdo ya hehe. Soal pluto hehehe iya mbak bener sekarang pluto dah ga jd planet lagi, tp dia pas ngomong itu berita pluto bellum ada mbak, jd piye ya harap maklum saudara2 hehe. Tapi sekarang dia kalo ditanya emang udah ganti, katanya cintanya dari dunia sampe alam semesta hehe, dasar bocah, hobine ngayal :-) Tx ya mbak...

    ReplyDelete
  10. Hai Ari :-) coba-coba dijelaskan kenapa dikau bilang subhanallah biar daku nggak bingung hehe. Tx ya dah mampir :-)

    ReplyDelete
  11. Sama-sama bu adi, makasih jg sudah mampir :-)

    ReplyDelete
  12. Bunda agnes, suami istri yg kompak...
    wah mesti siap2 niy klo sasha sudah mulai bisa bicara dan berpikiran kritis...
    deg deg an jg niy takut ga bisa jawab heheee....peer ya

    ReplyDelete
  13. Waah mbak mamiek jgn gitu ah, anak-anak kita kan sama2 hebat, huehehe pede.com :-) maksudnya, yaa namanya anak-anak ya gitu itu mbak, kadang bener kadang ngawur nyebelin, ini lagi insap kayaknya malik hehe

    ReplyDelete
  14. Hadooh wit segitunya deh ah, blum ngerasain aja wiwit, ntar gede dikit vari juga mesti berimanjinasi tentang Tuhan deh, tunggu tanggal maennya ya :-)

    ReplyDelete
  15. Hadooh wit segitunya deh ah
    ===============
    kan masih usaha, merayu, biar dpt tandatangan :p

    ReplyDelete
  16. Hehehe iya bener mbak, musti siap-siap dari sekarang :-) Tapi justru kayaknya ga perlu nyiapin jawaban macem-macem kali ya, imajinasinya biar merdeka. Tinggal nyiapin rambu-rambu biar tetep berada di jalan yang lurus ceileh apaan seh :-) Tx ya mbak :-)

    ReplyDelete
  17. Hahaha dasar nih wiwit, lagi onlen toh say, ya deh ya deh... nih ta' kirim tandatanganku, ta' tiup 3 kali dari sini awas kalo masih belum dpt juga ya hihi

    ReplyDelete
  18. Waduhhhh Malik pinter bgt dah...

    smaa nih Mbak aku juga suka pusing klo Kabin dah tanya ini itu..hikkksss pa lagi tanyanya klo nyangkut ttg ke Tuhanan gitu....

    makasihhhh sharingnya yaaa

    ReplyDelete
  19. Terimakasih share nya ya Mbak, bisa buat jaga2..:-)

    ReplyDelete
  20. Hehehe welcome to the club ya ci :-) emang semua emak sedunia pusing deh urusan anak mah hehe

    ReplyDelete
  21. Lala sekarang 6,5 thn bulan desember ntar tujuh taun mbak. Tapi emang karakternya beda ya, jd dulu lala imajinasi tentang Tuhannya nggak kek malik, kalo malik mah 'pemberontak' hihi Makasih juga udah mampir mbak :-)

    ReplyDelete
  22. Subhanallah...., cinta Malik sudah sedemikian besar pada Allah ya..., dari matahari sampai pluto :-), senangnya punya orangtua yang cerdas :-)

    ReplyDelete
  23. Subahanallah bunda makasih ya sharingnya, buat- tambahan kalu Aldaïr nanya- nanya tentang Allah lagi, untung bunda sama ayahnya Malik kompak gitu ya..enak banget ngebayanginnya..hihihih

    ReplyDelete
  24. Masya Allah...jauh banget imajinasi Malik tentang Allah.. ! Moga dia selalu menemukan Allah dihatinya..
    Malik memang anak cerdas dan punya ayah bunda yang bijak..

    ReplyDelete
  25. Moga-moga nggak cuma omdo dia mbak hehe minta doanya ya mbak :-) Makasih lo :-)

    ReplyDelete
  26. Subhanallah...semoga pencarian Aik..berakhir seperti Nabiullah Ibrahim A.S....
    Mbak Agnes...masih ingat saya ndak ya...? Yudis..yg pernah kuliah di Jepang...
    kok blog-nya diganti ke multipy..?
    Mas Ismail jg saya cari blog-nya udah ndak ada....

    Sekarang saya di Surabaya...tinggal dengan Istri tercinta..( :> ndak sabar pengen punya pengalaman2 seru dengan anak2 seperti keluarga mbak..)

    OK mbak...semoga selalu dalam keberkahan...
    Wassalamu'alaikum...

    ReplyDelete
  27. Thanks sharingnya mbak. Hmm, bekal buat 'besok' nih..

    ReplyDelete
  28. Subhanallah Kak Aik cerdas yah,mudah2an k aik jadi anak sholeh..lam kenal ya.

    ReplyDelete
  29. Cinta padaNya sebegitu besar???? Hah?? Aku gitu juga nggak ya??
    Wah harus belajar pada anak-anak nih...

    ReplyDelete
  30. Wah bagus banget nih. Mudah2an anak2 kita semkain dekat pada Tuhannya. Amin. Salam kenal.....!

    ReplyDelete
  31. anak2 yang cerdas..pasti mencontoh kedua orang tuanya ya.. subhanallah..

    ReplyDelete
  32. Nes, baru tahu euy, disini banyak tulisan yang bagus dan enak dibaca. Asik cara nuturnya. Trims ya sudah berbagi. :-)

    ReplyDelete