Friday, December 8, 2006

"Ketika Aku Terhina"

Ketika Aku Terhina


Aku hanyalah setitik air diantara luasnya samudra.

Aku, siapa aku ini, manusia yang entah telah berapa lama mendua

Menduakan cintaku padaNya

Hanya karena meminta puji, pujinya manusia.



Aku siapakah aku ini

Mengapa aku resah gelisah

Ketika dunia berkata

Hai kamu gila

Kenapa harus resah dan gundah

Bukahkah puji hanya milik Allah semata?


Aku tak ingin lari dari semuanya

Aku ingin menikmati saja

Hari-hari tanpa puji

Hari-hari penuh caci

Karena semua membuatku tahu diri

Mengerti bahwa aku tak punya diri


Aku bukan siapa-siapa

Aku hanyalah sebuah titik diantara luasnya samudra

Akankah mengalahkan samudra

Oh tidak, jangan jangan lakukan semua

Sesungguhnya samudra itu hanyalah ingiin menampung

Semua kesahmu semua nodamu

Sesungguhnya ia hanyalah ingin menyucikan jiwa-jiwa


Jiwa-jiwa yang ingin mendekat kepadaNya

Kepada sang pemilik Cinta

Sungguh nikmatnya tiada dua

Bila aku bisa menerima semuanya

Hina caci maki itu biasa

Karena segala puji hanya milik Dia


Dia sang penguasa samudra

Dia sang pemilik langit dan jagatraya

Dia yang menuntunku kejalan samudra

Dia yang membuatku merana untuk sebuah jalan cinta

Oh sungguh indahnya tiada tara.


Sungguh sungguh sungguh tiada mutiara seindah dalam samudra

Sungguh sungguh sungguh tiada rela Ia dibagi dua

CInta ya cinta itu hanya untukNya

Jangan jangan kau bagi ia dengan sebuah nista

Nista namanya kalau kau masih saja resah gelisah gundah

Ketika kau dihina


Sudah biarlah

Biarlah mereka berkata apa

Karena sesungguhnya engkau memang layak terhina

Engkau sungguh sungguh layak terhina

Kau tahu mengapa

Karena engkau bukan siapa-siapa


Engkau hanyalah setitik noda diantara samudra

Engkau hanyalah sebuah keniscayaan diantara semua

Hanya dan hanya Dia sesungguhnya yang Maha sempurna

Jangan jangan kau duakan cintaNya

Biar biarkan mereka berkata apa

Karena dikala kau memendam rasa

Sesunggguhnya cinta itu memburai menaungi seluruh jiwa


Allahuma sholli Ala syayidina Muhammad...

Sungguh tak Aku ciptakan Muhammad kecuali agar engkau meneladaninya

Sungguh tak mungkin Aku membuatmu menderita

tanpa Aku membuatmu sempurna jiwa dan raga

Tunggu hingga tiba masanya
Jika kau selalu rela menyucikan jiwa


Maha suci Engkau ya Allah dengan segala rasa cinta

Sungguh aku tak ingin mendua

Sungguh aku tak akan mendua

Karena dibalik raga ini Engkaulah didalamnya

Engkaulah pengatur jagat jiwa

Sungguh aku hanya bisa menjadi mata-mata


Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah


Sallamunqoulamirrobirrahim..

Groningen, 8 Desember 2006

Ketika mendung bercahaya

35 comments:

  1. Duh, melow banget mba' Agnes...
    Mana disini lagi mendung, ujan dan angin kenceng... :(
    Semoga semuanya dimudahkan dan dilancarkan ya mba'... Amien
    Salam hangat dari VG :):)

    ReplyDelete
  2. I hope everything is going okay with you ya mbak Agnes :-)

    ReplyDelete
  3. Sebuah pikiran yang melintas saat membaca ini :

    "Saya juga.., hiks.."

    ReplyDelete
  4. Dimanapun,
    Apapun,
    Kapanpun,
    Siapapun,
    Dapat mengambil makna
    Dari setiap uji coba
    Bagaimanapun bentuknya
    Manis pahit tak berbeda
    Sebab semua
    Pemberian Yang Maha Kuasa....
    (By: Andi Analta Amier)

    Bunda Agnes , aku numpang lewat aja ya :-)

    ReplyDelete
  5. Ikut mengamini Mbak Sofie, dan juga semoga tidak ada apa2 bunda.

    ReplyDelete
  6. Me juga...
    Doakan agar Me juga
    agar tak menduakan cinta padaNya...
    Insya Allah

    visit Bila site :-)
    http://betterkidz.com

    ReplyDelete
  7. hummm....i'm wondering what's the background underlying this poem?

    ReplyDelete
  8. bunda agnes ...smg baek2 aja yaaa :x luv yu

    ReplyDelete
  9. Agnes, darling.....senyum atuh....

    ReplyDelete
  10. Now I'm all right mbak :-) Tx banget buat perhatiannya mbaa :-)

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah mbaa, sesudah kesulitan memang selalu ada kemudahan. Makasih banyak yaa doanya :-)

    ReplyDelete
  12. Sekarang udah oke Wi, makasih banyak ya, aku terharu waktu baca komen dewi dan temen-temen di MP yang perhatian bgt sama aku, makasih ya say :-)

    ReplyDelete
  13. terharu, banyak yang mendoakan. Makasih ya mbaa :-)

    ReplyDelete
  14. Insya Allah dah oke mbak, hikmahnya banyak banget :-) Makasih ya mbaa :-)

    ReplyDelete
  15. Duuh bener banget srie, manis pahit memang tak beda, cuma digilirkan dalam kehidupan manusia. Tx banget buat kirimannya ya say :-)

    ReplyDelete
  16. Ya biasa lah li, hidup memang isinya cuma pergiliran manis dan pahit kan ya. Dan setiap dikasih pahit, insya Allah akan semakin bikin kita kuat, smoga :-)

    ReplyDelete
  17. Hiks terharu, makasih ya mbaa, insya ALlah sekarang dah oke. Luv u too mbaa :-)

    ReplyDelete
  18. *senyum* dah senyum sus sekarang hehe, makasih yaa :-)

    ReplyDelete
  19. Alhamdullillah nis, ayeuna tos damang, nuhun pisan perhatianna :-)

    ReplyDelete
  20. alhamdulillah, kita masih diingatkan ya Nes.

    ReplyDelete
  21. Sebuah renungan jiwa yang sangat bagus, memang kiita semua tidak ada apa2nya dibandingkan dgn kekuasaaan Allah. Buat apa kita sombong........? Betul gak bunda agnes?

    ReplyDelete
  22. Allah itu sesuai persangkaan hambanya. Kalau kita menyangka Dia Jahat akan terasa jahat seluruh dunia.

    Dan entah kenapa, terkadang kita juga sering memandang rendah diri kita. Padahal manusia itu, sebaik-baiknya ciptaan Yang Esa, loh

    ReplyDelete
  23. Iya mbak alhamdulillah banget, oya makasih linknya tea, cucok bener deh :-)

    ReplyDelete
  24. Tergantung konteksnya kali ya de, secara umum memang begitu. Tapi selalu ada hal-hal yang tidak umum, bukan begitu :-)

    ReplyDelete