Saturday, August 21, 2010

East Europe Trip, Day 11: Old Town Prague, 27 Juli 2010




Selasa, 27 Juli 2010

Old Town Suare Prague : Astronomical Clock, Church of Our Lady Before Tyn, Church of St.Nicholas

Prague ternyata ruame buangeet sama turis! Cari parkir pun susahnya setengah mati. Dan karena Old Townnya bisa dilalui dengan jalan kaki, kami pun memutuskan untuk ga pake mobil, karena untungnya mobilnya juga memang harus waktunya untuk dibalikin. Jadi ketika suamiku ke airport mengembalikan mobil dan angkut koper, aku dan anak-anakku jalan-jalan sendiri di old town square nya Prague. Phfuih, aslii..dari kota-kota yang kami kunjungi di Eropa Timur, kota ini lah yang paling penuh sama turis. Mulai turis cina, jepang, malaysia, spain, france, Belanda, UK, USA, pokoknya dari seantero dunia kayanya ada deh di tempat ini. Agak heran juga sih kenapa ya, padahal menurutku kotanya lebih cozy dan indahan Budapest dan kalo siang hari, daerah Charles Bridge dan sekitaranya nya di Prague ini tampak kumuh menurutku. Tapi belakangan baru aku tau, tempat kongkow-kongkow nya lebih banyak di Prague dan kalo untuk yang berduit, pilihan masuk museum, konser dan tour-tour macem-macem lebih variatif di Prague. Selain itu, rupanya Prague itu terkenal sebagai tempat shoping yang relatif murah.

Yang paling jadi atraksi di Old Town Square ini sepertinya si Astronomical Clock. Ga heran kalau jam ini jadi landmark dan dimana-mana suvenir, gambarnya ya jam ini. Apalagi setiap beberapa jam sekali si jam bakal bunyi dan nongol tuh patung-patung kecil di bagian atas, yang kata Aik, patung-patung temennya Jesus alias nabi Isa. Jam 4 sore, orang-orang menyemut di depan Astronomical clock Cuma buat nungguin si jam bergerak dan patung-patungnya keluar satu-satu. Weleh weleeh…segitunya ya. Tapi si jam ini memang unik, ga heran kalau bisa menyedot turis. Jam yang dibuat tahun 1410 ini selain bisa menunjukan jam juga bisa menunjukan waktu terbit dan terbenamnya matahari, juga tempat bintang-bintang dan fase-fase bulan. Uniknya lagi, jam ini ada angka arabnya, angka biasa dan angka romawi.

Selain Astronomical Clock, suasana bangunan tua, dua buah gereka dengan arsitektur indah dan kereta kuda yang berseliweran membuat pengunjung merasa berputar ke mesin waktu ratusan tahun lalu. Di daerah ini pula lah aku mencoba mencicipi Czech Goulash karena penasaran, waktu di Budapest ga sempet ngerasain si Goulash ini. Kalo lagi traveling gini, aku terpaksa ga bisa strik soal makan, susah bo nyari dimana, yang penting ga babi lah jadinya. Dan setelah nyisipin si Goulash daging sapi ini aku makin kagum sama masakan Indonesia, masakan Indonesia memang ga ada duanya deh. Si Chezh Goulash ini mirip rendang penampakannya plus ditambah roti dan salad, sementara Hungarian Goulash bentuknya soup. Tapi rasanya wuih jauh kaditu kadieu lah sama rendang padang mah.

Di Old Town ini juga kami menemukan roti bolong bertabur gula dan kacang khas Chezh, namanya Trednil, dan juga Palacinky, pancake khas Chezh. Trednil menurutku rasanya lumayan lah, tapi kata temen-temen kalo dimakan anget-anget ini kue enak banget. Sementara si Palacinky, rasanya sama aja kaya pancake biasa, tapi bedanya ini lebih besar sebesar adonan martabak asin. Isinya kita bisa pilih macem-macem, mulai dari coklat, strawberry, pisang dan macem-macem deh.


Charles Bridge dan Malastrana

Setelah suamiku balik dari airport, kami pun melanjutkan perjalanan menyusuri Charles Bridge yang menghubungan daerah oldtown dengan Malastrana, daerah sebrangnya sungai. Bedanya sama Chain Bridge, Charles Bridge ini bisa dilewati pejalan kaki, dan di pinggir-pinggir jembatannya banyak patung-patung Jesus lagi disalib dan patung-patung lainnya. Sebelum lewat jembatan juga ada toko souvenir banyak banget yang buka sama jam 11 malem. Waktu aku coba ngelongok ke dalem, seorang perempuan asli Chezch menegur aku,”Halo apa kabar, Malaysia?” tanyanya. Rupanya menurutnya di kota ini banyak orang Malaysia yang belajar sekolah kedokteran di salah satu Universitas Prague.

Kami keliling old twon, charles bridge dan Malastrana sampe malem, karena kebetulan pas ada festival musik juga. Penonton tumplek blek nonton dari pinggir sungai karena panggungnya dibuat diatas sungai. DI Malastrana, ini mirip castle district nya Budapest, banyak rumah-rumah cantik dan gang-gang sempit juga, tapi castle district lebih mungil dan cozy. Di tempat ini juga banyak dijual seafood yang harganya cukup mahal. Lalu ada tour bour ala di Venezia juga untuk melihat sudut-sudut daerah Malastrana.

Info-Info:
- Ternyata cewe-cewe Chezh dan Budapest, biasa aja, dan tingginya juga relatif pendek-pendek, ternyata bener, orang asal Belanda itu memang termasuk orang-orang paling tinggi Sedunia kalo di rata-rata.

No comments:

Post a Comment