Monday, August 16, 2010

East Europe Trip, Day 4: Budapest : Synagog, Great Hall Market dan Labyrinth, 20 Juli 2010




Selasa, 20 july 2010

Synagog dan Great Market Hall

Kami cabut dari apartemen jam 11 siang. Tujuan kami hari ini adalah melihat Synagog terbesar kedua sedunia yang letaknya tak jauh dari apartemen kami, namanya Budapest Great Synagogue (Dohany utcai Zsinagoga). Hanya berjalan sejauh satu kilometer, sampailah kami di Synagog tersebut. Synagog itu atapnya cantik dan unik banget, dengan hiasan David ster dimana-mana.
Siangnya ke pasar Great Market Hall (Központi Vásárcsarnok) . Sayangnya karena ga pake tomtom kami nyasar-nyasar lebih dari satu jam, setelah ketemu tempat parkir di Szerb utea, menurut peta jalan sudah dekat, tapi lah kami ko malah nyasar juga, akhirnya dari jam satu siang kami baru sampai di pasar central market hall jam tiga sore. Pasar itu terdiri dari dua lantai, lantai bawah penuh dengan orang-orang yang berjualan rempah, sayuran, buah dan daging. Sementara di lantai dua, dipenuhi dengan jualan textile khas Hungary yaitu kain-kain sulaman dan souvenir lucu-lucu. Yang unik adalah sulaman tempat roti dan alas bir. Baju-baju handmade yang dibuat sendiri dengan tangan atas bawah khas Hongaria juga banyak dijual.

Di lantai satu, pernak-pernik paprika bergantungan selang-seling dengan bawang putih digantung. Hongaria terkenal dengan paprikanya, jadi suvenir paprika berikut paprikanya dikemas dalam bentuk-bentuk lucu dalam botol, dalam kantong, tempelan kulkas, wadah makanan, kebanyakan bergambar paprika, lucu deh.

Keluar dari pasar, kami baru sadar bahwa bangunan pasar itu tua,dengan arsitektur unik dan cantik, jalan sedikit ke sebelah atas, ternyata pemandangannya juga cantik, ada jembatan dan bangunan-bangunan kuno yang arsitekturnya bagus-bagus. Sebetulnya aku masih betah dan ingin melanjutkan perjalanan melihat suasana dekat jembatan, tapi apa daya kami sudah janji sama anak-anak mau ke Labyrinth di Castle district.

Labyrinth

Kami sampai di castle district sekira jam 5 sore. Dari luar pintu masuk ke dalam labyrinth hanya seperti rumah biasa, bagian depannya pun sempit. Jika melongok ke dalam pun hanya ada tangga ke bawah. Tapi setelah turun tangga, wow, ternyata, kami seperti berada dalam ruang bawah tanah yang dibuat cozy dan cantik. Dengan lampu remang-remang disana-sini, plus beberapa layar komputer dan bangku serta meja-meja klasik membuat tempat kassa dan cafe nya terlihat cozy.

Labyrinth sebenarnya dulu merupakan tempat tinggal orang-orang di masa prehistoric. Lalu pada saat perang dunia II, tempat ini pernah dijadikan rumah sakit dan tempat penampungan orang dan perbekalan makanan. Karena itu lah dibagian depan gua-guanya terdapat gambar-gambar binatang prehistoric. Meskipun gambar-gambar ini ga asli, tapi cukuplah untuk membuat anak-anakku terpesona sejenak menghilangkan ketakutan mereka. Yup! Lala dan Malik ketakutan banget masuk ke labirin ini, mau tapi takut gitu loh, apalagi Malik, sejak masuk tangannya udah dingin dan deg-degan katanya. Malah karena di dalam gua dingin banget ditambah takut juga Aik ga nahan mau pipis, ya gimana mau balik ke pintu masuk udah kadung di dalem. Akhirnya aik pipis di plastik yang aku selalu bawa dalam tas aku.

Sebetulnya masuk gua bawah tanah ini ya seperti masuk gua biasa, dingin, gelap ditambah suara tetesan-tetesan air kadang memang bikin serem kalau yang pergi sendirian. Tapi uniknya kami dibekelin lantern alias lentera, jadi bener-bener berasa mau mencari jalan dalam gua gelap yang ga tau ujungnya. Kami memang sempat nyasar beberapa kali, karena tempatnya asli gelaap banget. Terus setelah gambar-gambar binatang prehistoric, di bagian lebih ke dalam lagi suka tiba-tiba ada patung yang bikin anak-anak ketakutan. Yang paling unik adalah patung besar kepala raja yang tenggelam di tengah genangan air. Lalu ada juga patung kuda berkepala manusia. Yang paling indah, ada pohon anggur berikut air mancur wine mengitarinya berwarna kemerahan dengan hiasan lampu disana-sini, keren!

Selama di dalam, kami juga bertemu dengan pasangan-pasangan turis dari berbagai negara dengan berbagai bahasa ada Spain, Prancis, Inggris, macem-macem deh. Malik selalu mau bareng sama orang lain, sementara ayahnya masih asyik foto-foto. Pokoknya Malik ketakutan setengah mati. Sebelah tangannya pegang lantern, sebelah lagi pegang tanganku. Tapi mesti begitu, ternyata dia penasaran juga. Keluar dari tempat itu, brosur penjelasan tentang patung-patung dan sejarah yang ada di dalamnya dibaca juga, padahal berbahasa Inggris. Dan dengan pedenya dia jelaskan padaku hasil bacaannaya hehe.

Pulang dari sini kami sempet foto-foto lagi di Fisherman’s Bastion, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan ke arah rumah pak Aas dan bu Shinta. Kami dijamu makanan enak, bener-bener perbaikan gizi. Dan karena saat mau pulang pak Aas meminjamkan GPS nya, sejak itu kami hampir ga pernah nyasar ga jelas lagi, alhamdulillah!

Pulang dari rumah pak Aas jam 10 malam, kami sengaja hunting foto Chain Bridge tengah malam. Budapest tengah malam memang lebih indah dibandingkan siang hari. Gemerlap lampu yang menghiasi Buda dan Pest betul-betul memberikan nuansa berbeda, Budapest jadi ga keliatan kuno dan tua lagi, cantik deh!

No comments:

Post a Comment