Thursday, August 12, 2010

East Europe Trip, Day 1-2: Amsterdam-Praha-Budapest, 17 dan 18 Juli 2010




17 Juli 2010, Sabtu

Amsterdam-Praha-Budapest

Liburan kali ini bener-bener beda, sebab gara-gara telat pesen ticket kereta Praha-Budapest, jadinya kami dapat harga muahal banget. Akhirnya kami mikir plan B. Alhamdulillahnya, suamiku udah ngurus SIM Internasional beberapa minggu sebelumnya, tadinya sih belum niat dipake karena belum berani setir kiri dan takut mahal kalo sewa mobil. Tapi ternyata, untuk pergi rombongan sekeluarga, sewa mobil itu jatuhnya sama aja dengan naik transportasi umum. Dengan catatan asal ga ngelanggar aja, karena kalo ngelanggar dendanya aduh maak! Jadi akhirnya kami putuskan untuk sewa mobil selama keliling-keliling di Eropa Timur, biaya sewa mobilnya per hari ‘Cuma’ 25 euro saja, sama dengan harga sewa mobil di Indo kan, jadi bener-bener mendingan sewa daripada beli harga tiket kereta Praha Budapest doang, yang kalo buat berempat harganya bisa melebihi harga sewa mobil untuk sepuluh hari.

Kami berangkat jam 17.45 naik pesawat Easy jet dari Schippol ke Praha yang harga tiketnya juga lebih murah daripada kalo naik kereta. Tapi berhubung cuaca buruk di Praha, pesawat delay, akhirnya kami baru berangkat jam 19.50. Sayangnya, aku lupa bawa nasi mateng, Cuma lauk pauknya doang, alhasil kami makan malam dengan tahu isi dan bihun yang memang aku bawa dari rumah. Ya lumayan deh buat ganjal perut di malam pertama.

Alhamdulillah, perjalanan pesawat lancar. Sampai airport Praha, langsung lah kami mencari alamat si tempat penyewaan mobil yang ga jauh dari airport. Deg-degan juga karena baru pertama kali ini suamiku bakal nyetir mobil di Eropa, setelah setahun ga nyetir mobil, harus bisa setir kiri pulak. ‘Kenalan’ sama mobilnya aja butuh satu jam kali hehe. Mulai dari liat-liat lampu, persneling, nyalain AC terus latihan maju mundur di tempat parkir, wah serba deg-degan deh. Tambah deg-degan lagi pas keluar tempat parkir karena kami nekat ga nyewa GPS, soalnya harga sewa GPS sama dengan harga sewa mobil jeh, ogah banget kan, jadi bismillah berbekal peta aja.

Keluar dari tempat parkir, suamiku nyetir bener-bener merayap, makllum lah pemula berikut ga ngerti jalan pulak. Alhasil kami kukurilingan nyasar 1 jam kali di Praha sebelum akhirnya berhasil menemukan arah jalan tol ke Budapest yang harus melewati Brno dan Bratislava.

Sekitar jam 11 malem, setelah salah jalan itu akhirnya suamiku sudah mulai cukup lancar nyetirnya, langsung deh aku bisa tarik napas lega. Tapinya ditengah jalan hujan dueres pol, terpaksa mobil kami jalan pelan-pelan, berikut sekitar jam satu tengah malam, suamiku ngantuk berat. Kalo di Indo sih aku berani gantiin nyetir tapi disini aku ga punya SIM dan ga berani juga coba setir kiri takut didenda berabe dah. Alhasil, di tempat istirahat pinggir jalan kami berhenti dan tidur sejenak sekira 2 atau jam. Karena diluar hujan masih deres, kadang jendela di buka dikit, dalamnya mobil jadi kebasahan. Kalo AC dinyalain terus ga mungkin juga, kalo jendela ditutup, takut penghuni mobilnya mati semua hehe. Jadi aku sering bangun untuk buka jendela sekali-kali. Pokoknya tidur ga bisa nyenyak blas, berikut posisi tidur duduk ga nyaman banget. Bener-bener pengalaman pertama naik mobil yang mendebarkan dan melelahkan hehe.

18 Juli 2010, Minggu

Sekira jam 6 pagi kami tiba di Bratislava. Perjalanan dari Praha ke Budapest dengan mobil menurut om Google membutuhkan waktu sekira 5,5 jam lewat mobil, tapi gara-gara pemula setir kiri, ga pake GPS, hujan deras dan beberapa kali berhenti untuk tidur di jalan, akhirnya sampe Budapest baru sekitar jam setengah sembilan pagi padahal kami berangkat dari Praha jam 11 malem, gile kan ngaretnya berapa jam tuh.

Berhubung kami baru bisa check in apartemen jam dua siang, jadi kami keliling-keliling kota Budapest dulu sambil ngapalin jalan. Untungnya hari itu hari Minggu jadi jalanan lumayan lengang. Ga berbekal GPS memang cukup merepotkan karena perjalanan jadi lama banget, yang harusnya Cuma butuh setengah jam bisa jadi dua jam karena nyasar-nyasar.

Secara umum, kota tua Budapest menurutku cantik. Aku selalu suka dengan old town di Eropa, karena memang selalu menampilkan aura yang berbeda. Budapest terbagi dua area yaitu area ‘Buda’ dan Pest. Area ini dipisahkan oleh sungai Danube dengan beberapa jembatan megah diantaranya. Yang paling terkenal yaitu Chain Bridge, karena pemandangan dari promonade Danube memandang kemegahan jembatan dan daerah Buda Castle district disebrangnya memang sungguh memanja mata.

Citadella
Tadinya kami langsung ingin ke pusat old town nya, di Vorosmarty square, tapi berhubung nyasar-nyasar, akhirnya ngeliat tanda ke arah Citadella, ya udah langsung lah kami pergi ke Citadella.

Citadella berada di Gellert Hill yang merupakan daerah paling tinggi di Buda. Setelah jalan menanjak, di area paling atasnya ada patung Szabadság szobor atau Liberation Monument yang dibangun pada tahun 1947 untuk merayakan kebebasan Hungaria dari cengkeraman Nazi.

Di Citadella, kami bisa memandang Budapest dari atas, tentu saja pemandanganya sungguh cantik. Parliement, gedung tua mentereng berarsitektur indah yang terletak di Pest, juga jembatan-jembatan yang berjejer menghubungkan Buda dan Pest menambah keunikan tersendiri.

Sebelum sampai di puncak kami melihat jejeran jejeran toko souvenir di sebelah kiri dan beberapa tank-tank perang masa lalu di sebelah kanan. Wajar aja ada tank-tank perang dipejeng disitu, sebab di sebelah dalamnya terdapat museum perang yang cukup besar.

Setelah hampir dua jam menikmati Citadella, kami memutuskan untuk kembali ke Pest ke daerah old town. Tapi saat hendak pulang menuju tempat parkir kami bertemu dengan orang Indonesia! Namanya pak Aas orang KBRI Budapest yang sedang mengantarkan tamunya dari KBRI Roma. Alhamdulillah banget kami bisa bertemu dengan beliau karena beliau orangnya baik sekali, kami diundang ke rumahnya di hari berikutnya, dijamu sate ayam, gule dan es buah yang seger banget. Bahkan dengan relanya beliau meminjamkan GPS! Ya Allah…betul-betul kami dapat rejeki nomplok, pertolongan Allah memang ga pernah disangka-sangka ya. Padahal kami baru kenal, tapi beliau rela meminjamkan GPS nya sampai kami bawa ke Belanda dan nanti akan dikirimkan via pos. Alhamdulillah, berkat bantuan GPS beliau, akhirnya kami ga nyasar-nyasar lagi dan bisa lancar keliling Eropa Timur.

Vorosmarty Square

Kami pun lalu menuruni Gellert Hill menuju arah old town. Tapi karena saat itu belum berbekal GPS, kami lagi-lagi nyasar. Lah ga taunya koq rasanya aku melihat nama jalan apartement kami. Betul saja, segera kami mencari tempat parkir yang lumayan susah meski akhirnya dapat. Setelah check in dan ISOMA sejenak lalu kami cabut lagi ke arah Vorosmarty Square, yang merupakan salah satu pusatnya kota tua di daerah Pest.

Vorosmarty Square ini merupakan tempat kongkow-kongkow seperti centrum pada umumnya. Di sini ada Gerbeaud Café, café tua yang terkenal di Budapest. Menurut review yang aku baca, café ini terkenal dengan cake dan ice cream nya. Tapi berhubung melihat prist lijstnya kayanya mahal-mahal, kami lalu Cuma beli es krim nya aja. Dan ternyata es krim nya uenak! Dengan satu euro saja, kami sudah bisa makan es krim beralaskan wafel dengan rasa es krim yang slurup enak deh pokoknya! Ga salah itu si review J

Di tempat ini terdapat kantor-kantor penting juga tempat shoping toko-toko terkenal di Eropa seperti Berschka. Sehabis makan es krim, duduk-duduk di bangku yang banyak di sediakan di jalan sebelah Gerbeaud café, bahkan sempat tertidur karena semalaman kurang tidur, kami pun lalu melanjutkan perjalanan. Dari Vorosmarty Square kami berjalan ke arah Vaci Ut, yang merupakan pedestrian street terkenal di kota ini. Di sinilah toko-toko tempat shopping berjejer-jejer juga toko souvenir. Karena hari Minggu, toko-toko kebanyakan tutup. Kami hanya melihat toko souvenir saja yang buka. Souvenir khas Budapest adalah paprika! Hiasan paprika dalam beragam bentuk ada dimana-mana, contohnya tempelan magnet berbentuk paprika merah menyala bertuliskan ‘Budapest’. Gantungan paprika kering berjejer-jejer pun banyak menghiasi toko-toko souvenir.

Di ujung Vaci Ut kami menemukan pasar khusus souvenir yang letaknya di bawah jalan. Dua buah patung anak kecil berbaju merah, khas Hungaria berdiri menyambut. Kami pun segera masuk. Sayangnya harganya mahal-mahal banget. Secret box yang digemari anak-anak harganya mahal bukan kepalang, begitu juga dengan baju atasan bordir khas Hungarian, celemek-celemek dan catur ala Hungarian. Jadi ya cukup lah lihat-lihat saja.

Danube Promonade, Chain Bridge dan Parliement

Dari Vaci Ut, kami lalu berjalan terus menuju Danube Promonade. Menyusuri jalan ini sungguh asyik karena pemandangan Buda di seberang sungai Danube, Chain Bridge dari kejauhan sungguh indah, apalagi di malam hari. Selain itu, tram tua berwarna kuning yang berseliweran di pinggir sungai juga membuat tempat ini semakin unik dan klasik. Beberapa blok sebelum Chain Bridge, ada patung Litle Princes yang cukup terkenal. Patungnya sih begitu doang, seperti anak kecil mungil sedang duduk di atas pagar pinggir rel tram dekat sungai. Tapi entah kenapa patung ini begitu terkenal dan orang-orang yang lewat pasti memotret atau dipotret dengannya. Tapi dari tempat inilah katanya the best view chain bridge bisa terlihat.

Kami lalu teruus berjalan berkilo-kilo menyusuri promonade hingga jembatan, berjalan di atas jembatan Chain bridge, dan terus berjalan hingga sampai di seberang Parliement. Parliement ini begitu menonjol kalau dilihat dari atas. Di lihat dari seberang sungai pun, parliement tetap tampak indah. Karena sudah capek berjalan, foto-foto, sudah kelaparan dan hari pun sudah tambah gelap, kami ga kuat pulang balik jalan kaki. Akhirnya kami mencoba naik metro bawah tanah yang rupanya dibuat di bawah sungai, pantesan aja tangga menuju metronya curam setengah mati. Dalam sekejap kami pun sudah tiba lagi di Pest.

Sekilas info tentang Budapest:
- Ternyata ada pengemis juga disini, kami ketemu 2 orang pengemis di deket Chain Bridge, dan seperti biasa, kerudungan hmh…Selain pengemis, banyak juga orang cacat berkaki satu yang juga jadi peminta-minta.
- Disini jarang banget aku ngeliat perempuan pake kerudung, turis berkerudung pun langka. Plus orang berkulit gelap juga jarang lho, ga kaya di Belanda yang banyak bener.
- Mata uang Hungarian memakai Hungarian Forint ( HUF) dengan tanda Forint (Ft) yang cukup memusingkan karena nol nya banyak hehe. Satu Euro bisa dikatakan = 250 ft. Jadi kalau mau beli suvenir seharga 2000 Ft, berarti 8 euroan.
- Di dekat apartemen kami ada salon khusus anjing, dengan dekorasi salon yang childish dihiasi bunga-bunga, lucu banget, anjing-anjing pudel yang mungil dan manis-manis itu antri dipotong dan direbonding kali ya hihihi. Pantesan aja banyak nenek-nenek jalan bawa-bawa anjing pudel, kayanya orang Budapest seneng pelihara anjing-anjing mungil yang lucu ini.
- Jalanan di Budapest kecil-kecil, cari tempat parkir agak susah, tempat parkir mobil kami bahkan harus masuk beberapa lantai di bawah tanah dengan jalan sempit banget dan curam. Suamiku jadi makin tambah mahir parkir gara-gara tempat super sempit ini. Enaknya, parkir hari Minggu di Budapest gratis, dan parkir di tempat umum juga ga terlalu mahal, satu jam sekira 0,75 cent euro. Dan kalo nyari parkirnya di tempat yang agak jauh dari keramaian malah ga perlu bayar juga.

4 comments:

  1. hihihi ngebayangin perjalanannya yang seru banget!. Pengalaman ya, Mbak. Btw, nggak ada yang bisa minjemin GPS nya, Mbak?

    ReplyDelete
  2. Lala Aik sudah besar2 ya Nes....senengnya jalan2 terus....alhamdulillah

    ReplyDelete
  3. Ga enak cha klo minjem temen soalnya rata2 mereka jg mau liburan ya, tp alhamdulillahnya pas di budapest ketemu org Indo baik banget dan dia mau minjemin GPS nya, pdhal baru kenal coba, n sekarang udah dibalikin tuh lewat pos :-)

    ReplyDelete
  4. Iya teh udah mau abg mereka :-) Soalnya kalo liburan sekolah ga keluar rumah bete teh, hampir 2 bulan jeh, lagian mumpung deket murah meriah :-)

    ReplyDelete