Saturday, August 9, 2008

Day 6, Cappadoccia Tour




Goreme Open Air Museum, Pasabag Valley, Drevent Valley, Avanos, Kaymaykali underground city, Pigeon valley, Uchisar, Urgup

Menjelajahi Cappadocia yang indah tidak mungkin kita lakukan dengan jalan kaki. Medannya yang berliku dan saling berjauhan mau ga mau mengharuskan kita ikut tour. Kalau kita bisa sewa mobil sendiri lebih asyik sebetulnya, karena biaya tour lumayan mahal juga.Tapi karena tidak ada pilihan lain, jadi kali ini kami ikut tour yang ternyata private, padahal tau gitu ikut yang rame-rame aja. Tapi sayang tour yang sudah kami booked udah ga bisa di cancel. Ya ga pa pa juga sih sekali-kali ngerasain seperti orang kaya yang selalu ikut tour private J. Enaknya, tour yang kami pilih ini udah bisa mengunjungi hampir semua tempat ‘highlight’ di Cappadocia. Walaupun agak terburu-buru, tapi setelah dijelaskan oleh guide kami, suamiku masih sempat menjelaskan ulang ke anak-anak.

Goreme Open Air Museum (GOAM)

Tour guide kami bernama Faiza. Dia seorang gadis Turki asal Nevsehir. Umurnya kira-kira 28 tahun. Bahasa Inggrisnya sebetulnya kurang bagus untuk ukuran seorang tour guide. Tapi ya gimana lagi, dia yang nongol menjemput di hotel kami, masak mau disuruh pergi hehe. Dia datang bersama seorang supir tua bernama Mehmet. Di Turkey nama Mehmet pasaran buanget. Kami dijemput dengan mobil model kijang gitu, tapi lebih nyaman dan keren. Duh noraknya daku, setelah bertahun-tahun naek sepeda terus kemana-mana gitu loh. Wah pokoknya berasa jadi orang kaya deh xixixi.

Kami langsung dibawa ke GOAM yang letaknya tak jauh dari desa Goreme. GOAM ini daerahnya berbukit-bukit batu. Di beberapa tempat terdapat banyak ‘fairy chimney’ yang di dalamnya ada gereja-gereja peninggalan jaman Byzantium. Katanya gereja ini dibuat oleh para pendeta di abad 10 hingga 12. Jangan bayangkan gereja yang megah dan mewah. Gerejanya ya berada di dalam gua yang sempit itu. Hanya ada altar kecil ditengah, beberapa kuburan dan lukisan-lukisan para santa di dinding dinding gua. Khas yang bisa diliat di GOAM ini memang lukisan-lukisan di dinding gua gereja. Nama gerejanya dibuat oleh orang setempat. Ada Apple church, santa barbara church, snake Church, Sanders Church dan lain-lain. Mereka mengajarkan ajaran Kristen dulu lewat gambar-gambar di dinding karena pada saat itu orang belum bisa baca tulis. Di salah satu gereja ada lukisan Jesus waktu masih muda. Lalu di gereja yang lain ada lukisan seorang pendeta berpayudara besar tapi berjenggot. Rupanya dulu ia adalah pendeta perempuan yang ingin menjadi laki-laki. Gambarnya unik-unik deh. Aku jadi melihat orang jaman dulu yang tampaknya lebih dekat dengan Tuhan, ga seperti orang di jaman sekarang yang makin lama makin sekuler.

Pasabag Valley alias Monk Valley

Setelah melanjutkan perjalanan lagi, kami berhenti di sebuah lembah. Lembah ini punya keunikan tersendiri karena ujung-ujung batu berbentuk chimney itu seperti berkepala. Di dalamnya terdapat banyak lubang-lubang. Rupanya batu berlubang ini dulu dijadikan para Monk untuk tempat bermeditasi. Mereka bisa bermeditasi disana selama 1-2 bulan. Karena itu lah lembah ini disebut Monk Valley

Drevent Valley
Lembah ini disebut juga Imajinary Valley. Selama perjalanan ke lembah ini Faiza bercerita tentang proses terjadinya keunikan daerah Cappadocia. Cappadocia artinya ‘the land of beautiful horses’. Dulu, jutaan tahun yang lalu ada sekira 3- 6 buah gunung berapi di area ini, yang kemudian meletus dan mengeluarkan material yang membentuk batu-batuan. Akibat banjir dan erosi, batu-batuan itu terkikis, tapi hanya sampai bagian ‘leher’ nya saja. Karena itu lah formasi batu-batuannya seperti membentuk kepala.

Ada cerita versi lain yang menjelaskan kenapa daerah Cappadocia formasi nya menjadi seperti susunan cerobong asap. Tapi ini hanya mitos belaka. Katanya orang jaman duluuu sekali, yang pertama kali datang ke Cappadocia masih percaya sama peri-peri. Dan mereka percaya bahwa dulu peri-peri tinggal di dalam tanah. Batu-batuan berbentuk cerobong asap itu adalah cerobong-cerobong asap rumah para peri. Hmm…ga masuk akal banget kan. Yaa namanya juga mitos J.

Kembali ke Drevent Valley, di lembah ini banyak sekali formasi batu-batuan yang bentuknya lucu-lucu dan aneh. Kita bisa melihatnya sebagai bentuk apapun sesuai imajinasi kita. Itu lah sebabnya lembah ini disebut juga Imajinary Valley. Yang paling terkenal di lembah ini adalah batu berbentuk Onta, dan memang bentuknya persis banget Onta. Lala dan Malik aku minta untuk berimajinasi melihat batu-batuan itu. Lala menemukan batu berbentuk kepala lumba-lumba, kangguru dan marmut. Sedangkan Malik melihat huruf H dan kepala hiu. Pokoknya bebaskan pikiran sebebas-bebasnya dan kita akan melihat bentuk batu beraneka rupa sesuai imajinasi kita.

Sarikaya Cave Resto Uranos
Tak terasa, siang sudah menjelang. Perut tentu saja keroncongan. Kami ga menyangka kalau kami bakal dibawa ke restoran yang super unik. Mobil membawa kami ke sebuah daerah bernama Uranos. Dari kejauhan kami melihat sebuah bukit. Memang bukit itu terkesan garing dan biasa-biasa saja. Tapi uniknya di bawah bukit ada bangunan seperti pintu besar yang di depannya ada sepasang patung burung elang. Di dinding sebelah atas tertera tulisan,”Sarikaya Cave Restaurant’. Wow, restaurant dalam gua rupanya? Batinku. Lalu Faiza mengajak kami masuk. Dan ternyata..eng..ing..eng, benar saja, restorant ini memang berada di dalam gua si bukit itu! Tapi tentu saja sudah didekorasi sedemikian rupa sehingga menjadi nyaman dan enak dipandang.

Di dalam ruang utama sudah banyak turis yang rupanya makan disana juga. Kayanya semua turis yang ikut tour dibawa makan ke tempat ini deh. Makanannya lumayan enak. Pottery kebabnya paling enak diantara pottery kebab di tempat lain yang pernah kumakan. Dan baklava nya dong, duuuh… the best baklava in my life deh, ceilee J. Rasa baklava nya ga terlalu manis, ga giung, tapi gurih manis, waah pokoknya toop banget!

Baru pertama kali ini aku makan kumplit ada appetizer, makanan utama dan dessert. Berasa orang kaya bener hehe. Appetizernya dua macam sup, sup lentil yang dikasih daging asap dan sup bayam. Menu utama disini memang pottery kebab, tapi aku pilih ikan. Sayangnya ikannya bener-bener ga dibumbuin apa-apa Cuma dipanggang doang. Tinggal kita sendiri yang kasih bumbu jeruk nipis dan garam, waah nyesel tau gitu pesen pottery kebab deh. Dessertnya ya si baklava yang uenak tenan itu dan buah-buahan.

Asyiknya lagi, di tengah-tengah ruangan ada pemusik yang memainkan musik khas Turki. Pemusik ini jadi kerubungan anak-anak dan tentu aja jadi objek foto juga.

Avanos
Saat mobil berjalan menuju Avanos, pemandangan sedikit berubah. Di pinggir-pinggir jalan berbukit ini aku melihat kebun kentang, melon, anggur dan buah apricot tentu saja. Buah bulat berwarna kuning itu memang banyak tersebar dimana-mana di Cappadoccia. Malik senang mengambil apricot yang berjatuhan di tanah dan mencicipinya. Ternyata rasanya manis!

Tak lama, mobil kami telah parkir di depan sebuah rumah. Rumah ini mengingatkan aku pada rumah- rumah di Indonesia. Rumah besar dan tua dengan halaman yang luas. Seorang pria paruh baya menyambut kami.”Ibrahim,” katanya mengulurkan tangan pada suamiku. Ibrahim rupanya adalah salah satu pemilik pottery maker ini. Perusahaan keluarga milik Ibrahim telah berjalan puluhan tahun. Kami memasuki sebuah ruang workshop. Seorang lelaki berkacamata menyambut kami. Ibrahim yang bahasa Inggrisnya cukup bagus, langsung memintanya untuk mempraktekan cara membuat keramik.

Pria itu mengambil segumpal tanah liat yang kemudian dicelupkannya ke dalam air. Diremas-remasnya si tanah liat lalu ia meletakkan tanah lempung itu diatas sebuah alat putar. Alat putar bekerja bila ia menggesek-gesek kakinya ke kaki alat. “Misi Aik ketemu!” sahut Aik. Misi Aik kali ini memang mencari mesin pembuat pottery. Lala dan Malik terpukau melihat bagaimana segumpal tanah liat berubah menjadi sebuah botol keramik dengan pinggang di tengahnya. Pria yang sudah bekerja selama 17 tahun bersama Ibrahim itu memegang-megang bagian atas botol dengan telunjuknya. Dan taraa! Ujung atas botol keramik berubah menjadi seperti bunga. Botol keramik ini harus dikeringkan selama 2 minggu sebelum kemudian diproses lebih lanjut.

Kami kemudian dibawa masuk ke showroom milik Ibrahim. Wow! Aku tak menyangka, rumah yang dari depan tampak biasa-biasa ini, ternyata memiliki show room begitu luas. Piring-piring keramik beragam jenis bergantungan di dinding, mulai dari yang murah hingga yang paling mahal. Di tengah-tengah ruangan, segala jenis keramik mulai dari kaligrafi, gambar bunga, lukisan manusia terpajang di atas meja. Malah di sebelah pojok ruangan ada keramik gentong raksasa setinggi pinggangku.

Lalu kami bertemu lagi dengan seorang lelaki berkacamata yang sedang mengukir sebuah piring besar. Rupanya setelah tanah liat menjadi sebuah piring, proses selanjutnya adalah menghias keramik tersebut. Untuk melukis di piring sang pelukis harus membuat polanya terlebih dulu. Setelah pola jadi, baru lah ia bisa melukisnya dengan berbagai warna. Dan ternyata ia tak boleh melakukan kesalahan, karena salah sedikit saja si piring akan cacat. Karena itu proses melukis di atas keramik harus dilakukan dengan hati-hati sekali. Tak heran kalau akhirnya piring besar ini baru selesai dikerjakan setelah 2 bulan! Hmm..kebayang betapa harus telatennya sang pelukis.

Sambil melihat keramik-keramik pajangan, Ibrahim menjelaskan tentang arti lambang bunga tulip yang menjadi simbol negara Turki. Rupanya saat jaman Ottoman, orang-orang kerap mengekspresikan cinta lewat bunga tulip. Mereka pun menggambarkan bunga tulip dalam lukisan-lukisan sebagai lambang cinta. Tulip merupakan lambang cinta bagi mereka. Itu lah sebabnya lantas negara Turki mengambilnya sebagai simbol negara.

Kaymaykali Underground city

Kami keluar dari rumah Ibrahim pukul empat sore. Tour kami akan berlanjut ke Kaymaykali Underground city. Kota di bawah tanah ini letaknya agak jauh dari Avanos, hampir satu jam perjalanan. Aku dan anak-anak malah sempat tertidur karena lelah. Tak terasa, tiba-tiba kami sudah sampai di pelataran parkir Kaymaykali. Setelah pelataran parkir, kami disambut oleh jejeran toko-toko souvenir. Faiza terburu-buru mengajak kami masuk karena khawatir kota bawah tanah ini akan segera tutup. Ketika memasuki gerbang Kaymaykali, kami seperti hendak memasuki sebuah gua. Hawa luar yang panas mendadak menjadi sejuk bahkan lama-lama malah dingin menggigit.

Pigeon Valley
Di daerah ini, penampakan formasi batuannya lucu, seperti cerobong asap, tapi dipuncak-puncaknya berbentuk jamur dan disitu jaman dulu para pigeon’ membuat sarangnya. Makanya disebut Pigeon Valley.

Uchisar
Disini ada ‘the three beauty’, formasi batuan yang berjejer 3.

Urgup

Desa di sebelahnya Goreme, tapi menurutku lebih unik Goreme. Di sini juga banyak cave hotel, tapi desa ini ga se-cozy Goreme.



2 comments:

  1. keren banget ya teh agnes..kek rumah lebah..berlobang lobang..
    katanya masuk heritage unesco loh. si gue jg pengen ksini ahh untung ad yg ngedongeng duluan xixi...

    ReplyDelete
  2. emang Ki, amazing deh, moal rugi mun kadieu, sok buruan kaditu, cowo Turki karasep da, lho maksutnya xixixi

    ReplyDelete